syarat yang diajukan Deon untuk Almira.

1638 Words
"Halo!" Jawab Almira dengan perasaan enggan, karena dia tidak mau bicara dengan pria yang selama ini memiliki obsesi terhadap dirinya. Deon yang berada di seberang telepon pun langsung tersenyum saat mendengar suara Almira, karena akhirnya dia bisa mendekati nya kembali, setelah hampir putus asa ketika mendengar Almira akan menikah dengan Hassel, tapi saat ini. Pernikahan itu takkan pernah terjadi dan saingan beratnya sudah pergi untuk selamanya. Kini, kesempatannya untuk bisa mendapatkan Almira sangatlah besar dan dia akan melakukan banyak cara, agar bisa mendapatkan wanita yang membuat dirinya tergila-gila itu. "Halo! Mira, kamu sedang apa? Bagaimana keadaan kamu? Apakah kamu … Baik-baik saja?" Tanyanya dengan suara lembut dan Deon menunjukkan jika dia masih memiliki perasaan cinta untuk Almira. Almira menghela napas pendek, lalu berusaha untuk tetap tenang, walaupun dirinya enggan bicara dengan pria ini. "Aku baik-baik saja. Hanya saja … Aku belum menerima kepergian Hassel yang mendadak ini dan … Apa mau kamu, tiba-tiba menelepon aku? Apakah kamu mau mengganggu hidupku lagi, Deon?" Tanya Almira dengan ketusnya. Membuat Deon langsung tertawa dan dia tidak marah sama sekali. "Hahahaha … Mira sayang! Kamu jangan ketus seperti itu? Sekarang … Kamu sudah sendiri lagi dan tak ada lagi yang bisa menghalangi aku untuk mendekati kamu dan … Apakah kamu tahu, tentang keadaan perusahaan papa kamu? Atau mungkin mau aku beritahu tentang kondisi perusahaan nya yang sedang tidak baik-baik saja itu?" Ucap Deon sambil tertawa sendiri. Membuat Almira semakin muak terhadapnya. "Aku tahu dan aku tidak perlu mendengar semua itu dari kamu! Jadi … Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan. Maka aku …." Belum selesai Almira bicara. Deon langsung menyelanya. "Tunggu sebentar! Mira sayang, kenapa kamu terburu-buru ingin mengakhiri pembicaraan kita ini? Padahal aku … aku memiliki solusi yang bagus untuk perusahaan keluarga kamu akan bisa melewati krisis dan bisa stabil lagi tanpa harus mengalami kebangkrutan," jawab Deon sambil tersenyum dan di tangannya ada sebuah dokumen yang berisi tentang perusahaan keluarga Almira, yang ternyata Krisis itu disebabkan olehnya sendiri dan kini, dia akan bertindak seperti pahlawan yang akan menolong perusahaan itu demi mendapatkan Almira, agar menjadi miliknya. "Ckckckck … Kali ini, kamu pasti akan menjadi milikku Mira! Tak akan ada lagi yang bisa menghalangi aku untuk bisa memiliki kamu, karena penghalang terbesar itu sudah mati dan takkan muncul lagi di dunia ini," gumam Deon sambil tertawa melihat berkas yang ada di tangannya. Sedangkan Almira, dia langsung terkejut dengan ucapan Deon yang bisa membantu perusahaan ayahnya untuk bisa keluar dari krisis yang melanda perusahaannya. Sehingga, saat itu pula. Almira pun langsung menjawab ucapan Deon. "Kamu? Apakah kamu sungguh bisa membantu perusahaan keluargaku untuk melewati krisis ini dan … Kamu bisa membuat perusahaan keluarga ku bisa stabil seperti sebelumnya? Apakah kamu tidak sedang bercanda Deon?" Tanya Almira sambil menggertakan giginya, menahan rasa kesal serta ketidakberdayaan nya itu. Deon dengan penuh percaya diri, dia pun langsung menjawabnya. "Tentu saja! Aku bisa membantu perusahaan keluarga kamu melewati krisis ini bahkan aku juga bisa … Membuat perusahaan keluarga kamu stabil seperti sebelumnya. Tapi … Ada syaratnya dan itu tergantung kepadamu!" Ucap Deon sambil tersenyum sendiri. Almira pun mengepalkan tangannya dan dia ingin sekali menampar wajah Deon yang kurang ajar itu Tapi demi perusahaan keluarga, dia rela menahan itu semua. "Syarat apa yang kamu inginkan, aku … Mungkin aku bisa memenuhi syarat yang kamu berikan. Tapi … Kamu harus berjanji jika kamu bisa membuat perusahaan keluarga ku bisa melewati semuanya," ucap Almira sambil menahan rasa kesal di dalam hatinya. Tapi, saat ini dia sungguh sangat membutuhkan bantuan dari Deon, karena hanya dia yang bisa membantu perusahaan keluarganya agar tidak mengalami kebangkrutan. Mendengar itu, Deon semakin bahagia dan tentunya itulah yang dia inginkan. "Baiklah! Karena kamu ingin aku membantu perusahaan keluarga kamu. Maka Syarat yang aku ajukan adalah …." Deon menghentikan ucapannya sebentar membuat Almira semakin penasaran. "Apa syaratnya? Deon jangan bertele-tele seperti ini? Apakah kamu sengaja melakukan ini, karena kamu sedang mengejek aku?" Ucap Almira yang tak bisa menahan rasa kesal terlalu lama di dalam hatinya. Mendengar itu, Deon langsung tertawa keras "Hahahahaha … Maaf! Maafkan aku Mira sayang! Aku tak bermaksud membuat kamu kesal menunggu jawaban dariku. Hanya saja … Tadi aku sedang berpikir bagaimana cara menyampaikan syarat itu, karena … Jika bicara di telepon itu, terdengar kurang menyenangkan. Bagaimana kalau kita bertemu di sebuah hotel dan kita bicara di sana! Bagaimana? Apakah kamu mau Mira sayang?" Pinta Deon dengan senyuman aneh yang menunjukkan ada niat busuk di dalam ajakannya itu. Almira langsung terkejut saat mendengarnya, karena dia merasa ada yang aneh dengan permintaan Deon itu. "Aku! Aku … Bisakah aku menolaknya? Aku tidak mau bertemu di tempat semacam itu! Lebih baik kita bertemu di restoran atau di sebuah cafe saja. Karena tempat semacam itu sangatlah nyaman untuk membicarakan tentang urusan kita ini. Jadi … Aku pikir kita …." Belum Almira selesai bicara, Deon langsung menyelanya. "Tidak! Aku hanya ingin kita bertemu di hotel dan aku sudah menyiapkan tempat yang bagus untuk kita bicara dengan santai. Jadi … Aku hanya butuh jawaban kamu, apakah kamu bersedia ataukah tidak? Jika kamu tidak bersedia maka … Masa depan perusahaan kamu itu akan …." Belum Deon selesai bicara, Almira pun langsung menjawabnya secara tergesa-gesa. "Baiklah! Kalau begitu aku … aku akan menemui kamu di tempat itu! Jadi … Katakan saja, kapan dan di Hotel mana kita akan bertemu?" Tanya Almira yang sudah tidak mau banyak bicara lagi dengan Deon. Deon tersenyum bahagia dan secepatnya dia menjawabnya. "Sore ini, di Hotel RC nomor 607," jawab Deon. "Baiklah! Aku akan ke sana!" Jawab Almira yang kemudian menekan tombol merah dan dia langsung mengakhiri panggilan telepon itu dengan tiba-tiba, membuat Deon langsung terkejut saat itu juga. "Mira sayang, kamu …." Deon langsung menatap layar ponselnya yang berubah menjadi warna hitam dan dia langsung menghela napas panjang. "Haist! Sudah dimatikan begitu saja! Hahahaha … Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin cepat bertemu denganku. Kalau begitu …. Baiklah! Aku akan menyiapkan semuanya dan tentunya, malam ini dia harus menjadi milikku, ya … Dia harus menjadi milikku dan setelah itu, dia tidak akan bisa menolak untuk menikah denganku. Karena … Jika aku bisa mendapatkan tubuhnya malam ini, maka dia juga tidak akan bisa lagi menolak aku untuk menjadi suaminya dan hingga saat itu tiba, aku akan menjadi pria yang paling bahagia di dunia ini, karena aku bisa memiliki serta menjadikan Almira sebagai istriku. Ya! Dia pasti akan menjadi milikku dan kamu Hassel … Kamu hanya bisa menatap di neraka bagaimana wanita yang kamu cintai menikah denganku dan setiap malam dia akan tidur dalam pelukanku untuk selamanya," ucap Deon dengan semua bayangan tentang semua rencananya yang akan berjalan lancar Sehingga, dengan penuh semangat. Deon pun langsung bangun dari tempat duduknya dan secepatnya menyiapkan sebuah surga indah di kamar yang sudah dia pesan. Karena malam ini, akan menjadi malam terindah yang akan dia habiskan bersama wanita yang sangat dia cintai. Sementara itu. Di tempat lain. Hansen yang sudah tiba di Jakarta mengikuti petunjuk dari mimpi yang dia dapatkan. Saat ini, sedang duduk di atas tempat tidur di dalam sebuah kamar hotel yang dia sewa dan saat ini, dia pun sedang membaca informasi tentang berita Hassel yang wajahnya mirip dengannya dari salah satu anak buahnya yang dia suruh untuk menyelidikinya dan saat ini, Hansen langsung terkejut saat melihat berita tentang kematiannya. "Dia! Dia meninggal karena kecelakaan mobil?" Ucap Hansen dengan tatapan terkejut, apalagi melihat tanggal serta waktu kecelakaan itu terjadi, Hansen mengingat sangat jelas, saat itu dia merasakan perasaan sangat sakit dan seolah dia mau mati saat itu juga. Padahal dia tidak tahu, mengapa dia bisa seperti itu. "Hari dan tanggal kematian pria ini, sama persis dengan apa yang aku rasakan saat itu? Lalu … Siapakah dia? Mengapa wajahnya mirip sekali denganku dan mengapa dia datang menemui aku lewat mimpi itu? Ada apa ini?" Ucap Hansen yang kemudian terus membaca semua data tentang Hassel yang membuat Hansen semakin terkejut. "Eh! Dia mau menikah sebentar lagi dan wanita yang akan menikah dengannya adalah wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama ini?" Ucap Hansen yang malah kagum, karena begitu setianya Hassel terhadap calon istrinya. "Dia memang pria sejati dan jarang sekali ada pria seperti ini? Ya … Walaupun masih ada aku yang tidak jauh beda dengannya. Hahahaha .. hanya saja, bedanya aku tak memiliki kekasih seperti dirinya. Jadi aku … Ya hanya akan setia kepada mama yang paling aku cintai," ucap Hansen sambil tertawa sendiri karena dia menertawakan dirinya yang belum menemukan wanita yang cocok di dalam hatinya. "Haistt! Ternyata kehidupan Hassel sangatlah indah sekali! Dia menjalani kehidupannya dengan sangat baik dan sangat sempurna. Tidak seperti aku yang … Ahh … Sudahlah! Aku ini hanya seorang penjahat tidak bisa dibandingkan dengan pria sebaik dia, walaupun pada akhirnya dia harus mati meninggalkan dunia yang sangat sempurna baginya. Tapi aku sangat yakin, jika saat ini kami pasti akan sangat bahagia, melihat aku yang akan membantu kamu untuk menjaganya," ucap Hansen Yang kemudian langsung menutup berkas informasi tentang Hansen saat itu juga. "Baiklah! Aku akan mewujudkan semua keinginan kamu yang tertunda itu dan juga … Aku akan menyelidiki dalang dibalik kecelakaan kamu yang membuat kamu harus meninggalkan dunia ini," ucap Hansen sambil meremas dadanya. "Hassel! Tunggu aku! Tunggu aku! Aku pasti akan menangkap orang yang menjadi dalang dibalik kematian kamu, karena aku sangat yakin, jika kecelakaan itu murni bukan kelalaian Hassel tapi ada orang lain yang mau mencelakainya. Jadi aku … Aku akan terus menyelidiki semuanya, agar kamu bisa tenang di alam baka," ucap Hansen yang memiliki tekad yang sangat kuat apalagi, pesan orang mati yang datang ke mimpiku. Aku harus mewujudkan nya," ucap Hansen dengan penuh semangat dan setelah itu. Hansen pun menyelesaikan semua pekerjaan yang dia bawa ke Jakarta, karena dia tidak mau lepas tangan dari perusahaan yang sudah payah dia rintis Hingga sebesar saat ini Sehingga, saat itu. Hansen pun sibuk dengan semua pekerjaan yang dia kerjakan secara online. Hingga. Tiba-tiba saja. Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Hansen terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD