Episode 2

965 Words
Seminggu kemudian. Amanda menggeliatkan tubuhnya, wanita itu terbangun dan menguap perlahan. Saat ini Amanda sudah berada di dalam pesawat menuju London, Inggris. Sebentar lagi pesawat akan segera mendarat di bandara internasional London City. Amanda melepaskan headset di telinganya dan memandang ke arah jendela dengan tersenyum, sudah setahun dia tidak pulang ke London karena harus menjalankan perusahaan cabang JH Corp di Indonesia. Amanda adalah keturunan Indonesia dan Inggris. Papanya asli orang Inggris dan Mamanya asli orang Indonesia, wajah cantiknya perpaduan antara Eropa dan Asia. Rambutnya panjang berwarna coklat, hidungnya mancung dan bibirnya yang seksi bisa membuat kaum adam yang melihatnya berdecak kagum. Matanya berwarna hazel bening dengan alis yang tebal menawan. Tubuhnya porposional tinggi berisi dan seksi, siapapun yang melihat wanita secantik Amanda pasti langsung jatuh cinta padanya. Sedangkan di sisi lain. Aaron melihat jam di pergelangan tangannya, pria itu terlihat gelisah karena wanita yang sangat di tunggu-tunggu kedatangannya sebentar lagi akan mendarat tapi saat ini Aaron tidak bisa meninggalkan ruang rapat. Pria itu mengambil ponsel di sakunya dan mengirim pesan mengatakan dia akan sedikit terlambat kepada Amanda. Tapi Aaron berharap dia bisa tepat waktu untuk bisa ke bandara. Rapat masih berjalan alot, dua kubu saling bertentangan dan tidak ada yang mau mengalah. Aaron sebagai CEO di perusahaan itu tentu saja harus ikut andil dalam memecahkan segala masalah. Sedangkan di bandara internasional London City, Alan terlihat keluar dari dalam mobilnya, dengan memakai kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu Alan berjalan dengan begitu gagahnya. Pesona CEO Smith Corp itu memang luar biasa, siapa yang tidak mengenal Alan Abraham Smith, di dunia bisnis kemampuan pria 27 tahun itu tidak perlu di tanyakan lagi. Banyak para wanita anak dari para pejabat dan pebisnis terkenal yang ingin bisa dekat dan menjadi kekasihnya, tapi tidak ada yang bisa mendekatinya semudah Sabrina. Hanya Sabrina Cortes yang bisa menyembuhkan sakit hati Alan karena di tinggal pergi Sofia untuk selamanya. Bahkan mereka sudah berpacaran selama dua bulan ini. Tapi sebenarnya Alan masih belum sepenuhnya mencintai Sabrina, pria itu hanya menjadikan Sabrina sebagai teman di saat kesedihan melanda. Masih dengan gaya coolnya, Alan berjalan sambil melihat gambar di layar ponselnya yaitu foto Amanda Alfredo. "Amanda, ternyata dia cukup cantik," gumam Alan. James sang asisten telah memberikan foto Amanda sejak beberapa hari yang lalu, tapi Alan memang baru membuka pesan dari James tersebut. Ternyata saat melihat foto Amanda yang cantik itu ada sedikit rasa kagum yang di rasakan Alan, tapi pria segera menepis perasaan tersebut. Apa-apaan wanita ini, baru melihat fotonya saja langsung membuat mataku hampir buta karena kecantikannya, tapi di balik wajah cantiknya itu dia adalah wanita yang penuh dengan kebusukan, seorang pembunuh wanita yang aku cintai. Batin Alan mengeraskan rahangnya. Setiap mengingat kejadian satu tahun yang lalu di mana Sofia di temukan meninggal karena tabrak lari itu, hati Alan bagai di remas dan di sayat pisau, rasa sakit kehilangan itu masih terasa sampai saat ini. Tiba-tiba dari arah depan terlihat seorang wanita yang sangat cantik berjalan sambil menarik koper. Amanda berjalan dengan anggun sambil membawa kopernya yang cukup besar itu, rencananya dia akan tinggal selama dua bulan di London lalu kembali ke Indonesia lagi. Alan sempat terpaku melihat seorang bidadari yang berjalan ke arahnya. "Cantik," gumam Alan tanpa sadar. Alan akan berpura-pura dan memulai misinya dengan cara yang sudah sangat tidak jaman lagi. Yah, dia akan berpura-pura menabrak Amanda lalu berkenalan dengannya. Bruukk!! "Maaf, saya tidak sengaja!" ucap Alan yang memang sengaja menabrak-kan dirinya kepada Amanda. Amanda mentap pria tampan di depannya ini dengan tatapan yang tidak biasa. Sedangkan Alan sedikit terpaku melihat mata hazel bening itu. "Tidak apa-apa tuan," jawab Amanda tersenyum. Kemudian wanita cantik itu berlalu dari hadapan Alan. Membuat pria itu langsung tersadar dari kekagumannya. Kagum? Alan kagum dengan Amanda? oh tidak akan, Alan tidak akan kagum dengan wanita itu. Tapi sialnya memang Alan sedikit terpana dengan kecantikan wanita itu. Sial, kenapa dia begitu cantik! Lagi-lagi Alan merutuki kebodohannya sendiri karena hampir jatuh dalam pesona Amanda. Tidak, ini tidak di biarkan begitu saja. Alan harus tetap menjalankan misinya. Yaitu membalas perbuatan Amanda dengan membuat hatinya sakit. Tapi itu nanti, saat ini Alan harus bisa berkenalan dengan Amanda dan mengambil hatinya terlebih dahulu. "Tunggu nona!" Seru Alan mengejar Amanda yang sudah terlihat jauh dari pandangan. "Hei, Nona berambut panjang!" Amanda menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Alan karena mendengar pria itu seakan memanggilnya. "Anda memanggil saya Tuan?" tanya Amanda. "Ah, iya saya memanggil anda." Amanda menaikan alisnya. "Ada apa Tuan memanggil saya?" Alan bingung harus menjawab apa, jujur dia bukan orang yang bisa berakting. "Apa kamu tidak mengenaliku Nona?" tanyaan menunjuk dirinya sendiri. Amanda mengerutkan dahinya, aneh sekali pria ini. Batinnya. "Maaf, saya tidak mengenal Anda Tuan." jawab Amanda jujur. Dia memang tidak kenal dengan pria itu. Kali ini Alan harus memikirkan cara agar terlihat begitu natural dan tidak seperti dibuat-buat. "Aku Alan Abraham Smith!" Alan menyodorkan tangannya kepada Amanda. Amanda sambutan Alan dengan tersenyum. Mungkin Papanya menyuruh seseorang untuk menjemputnya. Tapi diakan akan dijemput oleh Aaron. Ah Amanda hampir lupa, wanita itu membuka ponselnya yang dari tadi masih mode pesawat. "Baiklah Alan, apakah kamu asisten Papaku?" tanya Amanda berjalan mendahului Alan. "Hahaha, apakah kamu tidak mengenalkanku Nona, aku adalah putra tuan Bryan Abraham Smith," ucap Alan tergelak. Apakah Amanda tidak mengenal pria berpengaruh seperti Alan? mungkin hanya wanita itu yang tidak tahu. "Alan? apakah kamu Alan Abraham Smith?" tanya Amanda menoleh ke arah Alan yang saat ini sudah berjalan di sampingnya. Alan ikut menoleh dan tersenyum. Ternyata wanita itu mengenal namanya saja, berarti wajahnya masih belum familiar untuk Amanda. "Jadi apakah anda sudah mengenal siapa Nona?" saya tanya Alan senang. "Tidak, saya tidak mengenal anda Tuan, hanya saja nama Anda memang terdengar sangat familiar." Tuh kan, Amanda memang hanya mengenal nama Alan saja dan tidak mengenali wajah tampannya itu. "Betul sekali, Amanda," jawab Alan menatap wajah cantik Amanda. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD