Prolog
Alan Abraham Smith adalah seorang CEO muda yang memiliki sebuah dendam terhadap seorang wanita yang telah menabrak kekasihnya hingga meninggal dunia.
Selama setahun penyelidikan ternyata di ketahui pemilik mobil tabrak lari itu adalah seorang wanita yang bernama Amanda Alfredo, putri dari Jhonatan Alfredo yang merupakan sahabat baik sang Papa.
Demi membalaskan kematian sang kekasih yang sangat dicintainya itu Alan terpaksa berpura-pura mendekati wanita itu dan akan menikahinya.
Padahal semenjak tiga bulan terakhir ini pria itu juga dekat dengan Sabrina, sepupu dari Amanda. Bahkan mereka sudah berpacaran. Tapi karena sebuah tekad balas dendamnya Alan memutuskan Sabrina dan akan mulai mendekati Amanda.
"Apakah penyelidikanmu benar-benar akurat James?" tanya Alan kepada asisten pribadinya yang bernama James.
"Iya tuan Alan, polisi kesulitan mengenali mobil itu karena tidak ada bukti yang kuat, tapi selama setahun ini aku mencari bukti ternyata mobil itu milik Amanda Alfredo yang saat ini wanita itu telah berada di Indonesia untuk mengurus perusahaan cabang milik Papanya yaitu tuan Jhonatan Alfredo." Jawab James.
Alan terlihat mengeraskan rahangnya saat mendengar penjelasan James itu, mata elangnya merah menyala menandakan bahwa dia sedang menahan emosinya saat ini.
Sebuah dendam membara di hatinya, wanita itu selama setahun telah bebas berkeliaran setelah menabrak Sofia yang saat itu akan melangsungkan pertunangannya dengan Alan.
Pria itu tidak akan tinggal diam, sebuah keputusan besar akan dia ambil dalam hidupnya, menikahi Amanda dan akan menyiksa wanita itu perlahan hingga Amanda merasakan kesakitan di seluruh hidupnya.
"Kapan wanita itu kembali ke London?" tanya Alan sambil mengetukan jarinya ke meja kebesarannya.
"Kabarnya seminggu lagi Amanda akan pulang ke London tuan," jawab James menunduk.
James adalah Asisten yang sudah Empat tahun ini mengabdi kepada Alan, pria yang dulunya begitu hangat dan ramah tapi setelah kematian sang kekasih Alan menjadi sosok pria yang dingin dan Arogan.
Tidak pernah menunjukkan senyuman di wajahnya, bahkan pria itu terkenal kejam di dunia bisnis.
"Aku akan menjemputnya di bandara, kamu harus mengatur waktuku nanti," ucap Alan.
"Tapi tuan, ada kabar sedikit tidak baik, Amanda Alfredo adalah sepupu dari Nona Sabrina Cortes, kekasih anda," ucap James sedikit takut.
Alan terlihat memikirkan sesuatu, dia dan Sabrina belum lama berpacaran, perasaannya juga belum terlalu dalam. Memang Sabrina selalu ada untuknya di kala hatinya terpuruk. Tapi dia tidak bisa melibatkan Sabrina dalam rencananya kali ini.
"Sabrina, aku akan mengatur wanita itu, selama ini memang hanya dia yang bisa menyembuhkan kesedihanku, tapi aku harus menjalankan misiku ini James, aku akan mengorbankan Sabrina kali ini demi membalaskan Sofia," jawab Alan memandang lurus ke arah depan.
Pria itu menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya. Sekelebat bayangan wajah Sofia hadir di pelupuk matanya.
Pria itu benar-benar mencintai Sofia sepenuh hati, hanya Sofia yang bisa membuatnya semangat hidup.
"Aku ingin setelah menikah kita berbulan madu ke Madives sayang."
"Apapun untukmu pasti akan selalu terpenuhi My Love, yang penting hanya kamu yang ada di sisiku, aku ingin bersamamu selamanya, sampai maut memisahkan kita."
"Janji ya, kamu tidak akan pernah meninggalkanku?"
"Sofia sayangku, berapa kali aku harus berjanji kepadamu bahwa hanya kamu yang bisa membuat hidupku sangat bahagia Jangan pernah berfikir kalau aku akan meninggalkanmu My Love."
Tes!
Setetes air mata jatuh di sudut mata Alan. Pria itu menghapusnya kasar.
Rasa sakit itu tiba-tiba muncul kembali, Alan terkadang masih tidak bisa menahan perasaannya kalau mengingat tentang Sofia. Tidak, Alan tidak ingin terlihat rapuh lagi, dia harus bisa kuat demi misinya tercapai, yaitu menyiksa Amanda sampai wanita itu tidak bisa menangisi hidupnya.
Sedangkan di sisi lain.
Amanda Alfredo wanita berusia 23 tahun yang sangat gila bekerja dan sudah menjabat sebagai presiden direktur di perusahaan cabang milik sang Papa yaitu JH Corp salah satu perusahaan terbesar kedua di London setelah perusahaan milik Alan Abraham Smith, yaitu Smith Corp.
Wanita itu tersenyum menatap ponselnya yang saat ini sedang melakukan Video Call bersama sahabat baiknya Aaron Carter, Amanda dan Aaron sudah bersahabat lama semenjak mereka kuliah.
Sebenarnya Aaron sudah menaruh hati pada Amanda sejak dulu, tapi karena persahabatan mereka Aaron tidak berani menyatakan perasaannya pada Amanda.
Amanda juga menyukai Aaron, tapi karena wanita itu terlalu mengejar karir dan juga tidak mau persahabatannya dengan Aaron hancur akibat perasaan suka yang dia pendam akhirnya wanita itu memutuskan untuk berteman saja dengan Aaron.
Kedua orang itu sama-sama memiliki perasaan tapi tidak ada yang berani mengungkapkan.
"Seminggu lagi jemput aku di bandara ya," ucap Amanda tersenyum.
Aaron selalu meleleh saat melihat senyum cantik Amanda itu.
"Tentu sama my Princess, jujur aku sudah sangat merindukan mu," jawab Aaron tersenyum.
Amanda tersipu ketika mendengar ucapan Aaron itu, tapi wanita itu segera menetralkan perasaannya agar tidak semakin besar kepala.
Aaron memang begitu konyol dan sangat suka menggoda Amanda, maka dari itu Amanda tidak pernah menanggapi serius perkataan pria itu.
"My Princess, nanti di sambung lagi ya, aku sudah mau rapat ini," ucap Aaron melihat jam di pergelangan tangannya.
"Oke deh, sampai jumpa Aaron, jangan lupa untuk menjemput ku di bandara loh," jawab Amanda.
"Iya My Princess,"
Aaron memang selama ini mempunyai panggilan sayang untuk sahabatnya itu.
My Princess adalah panggilan untuk Amanda sajak masih kuliah, Amanda menutup panggilan video call itu karena Aaron akan ada rapat.
Di Indonesia saat ini juga masih malam hari, Amanda merasa sudah sangat mengantuk, wanita itu meletakkan ponselnya di nakas dan segera merebahkan tubuhnya di ranjang king size nya.
Setelah bekerja seharian dengan banyaknya masalah yang harus dia urus membuat Amanda begitu lelah.
Yang dipikirkannya saat ini hanyalah keinginannya untuk cepat pulang ke London.
Satu tahun sudah dia meninggalkan kota itu, tentunya dia sudah sangat merindukan Papa dan juga nenek tersayang.
Amanda sudah tidak sabar ingin segera berkumpul dengan keluarga besarnya. Baginya tidak ada yang penting selain kebersamaan dengan keluarga meskipun harta dan jabatan tinggi tapi bagi wanita itu, bisa bersama dengan keluarganya adalah hal yang terindah di hidupnya.
Dan tentunya dia juga sangat merindukan Aaron, sahabatnya.
Amanda tersenyum sendiri mengingat bagaimana selama ini ia bisa sangat rapi menyembunyikan perasaannya terhadap Aaron.
Sungguh Amanda tidak bisa mengutarakan isi hatinya pada sahabatnya itu. Entah sampai kapan dia harus menyembunyikan ataukah dia sama sekali tidak akan mengutarakannya.
"Aku sangat merindukanmu Aaron, tidak sabar ingin cepat segera bertemu denganmu." gumam wanita itu.
Amanda tidak tahu bahwa keputusannya untuk pulang ke London akan merubah nasib hidupnya nanti.
Bersambung