Part 16 Pelantikan ketua osis

1236 Words
Pengurus OSIS lama akan segera berakhir dan digantikan pengurus baru. Will, Alex, Shinta dan Aisyah adalah pengurus OSIS lama, tapi mereka juga akan menjadi pengurus OSIS baru. Karena anggota OSIS hanya diwajibkan kelas 1 dan 2 saja. Kelas 3 hanya memantau, karena harus fokus ke ujian. Alhasil Will dan yang lainnya sering keluar di jam pelajaran, mereka sedang sibuk dengan pergantian pengurus baru. Kudengar Will menjadi salah 1 kandidat ketua OSIS yang baru. Saingannya hanya 2 orang, Rudi dari kelas 2-3 dan Vicki dari kelas 2-1. Will memang terlihat berwibawa dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang bisa diacungi jempol. **** Jam pelajaran terhoror sepanjang masa sedang ku jalani lagi, matematika. Aku juga heran, kenapa pelajaran ini yang paling sering ada di jadwal pelajaranku. Seperti biasa, aku memang tidak terlalu antusias dengan pelajaran yang 1 ini. Tapi karena kejadian kemarin, Pak Hartono menjadi hapal sekali denganku. Ada pesan masuk ke ponselku, Kak Doni.. Dia mengabarkan kalau besok sore akan pulang. Senang rasanya Kak Doni pulang. Kangen. "DINA!!!"sambil menggebrak meja didepan. "Subhanallaaaaaaah...!"aku terkejut, sampai sampai ponselku terlempar jatuh ke lantai. "LAGI LAGI KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN SAYA YA!!"bentak Pak Hartono. "Maaf Pak.. saya lari keliling lapangan lagi Pak??"tanyaku penuh harap. Kalau hukumannya cuma lari sih aku senang senang saja. Pak Hartono terlihat sedikit berfikir "Kali ini tidak!! Kamu pergi ke Perpus!!.kerjakan soal ini, setelah selesai, serahkan kepada saya!!"katanya lalu menyodorkan selembar soal matematika full kertas A4. "Ya Allah... Ini mah lebih nyeremin dari setan..,"ucapku lirih sambil menatap kertas soal ditanganku. Teman teman yang mendengar ku tertawa cekikikan. Aku segera keluar dari kelas lalu berjalan ke Perpus. Dijalan aku masih berfikir. Bagaimana cara mengerjakan nya. Aku benar benar blank! Saat sampai Perpus, aku sedikit terkejut. Ternyata pengurus OSIS sedang rapat disini. Aku melihat Will didalam sedang berbicara entah apa, karena saat aku mau masuk, dia menjadi diam dan semua orang menatapku. "Haaaii.. Maap numpang lewat. Anggep aja aku nggak ada.. . Silahkan dilanjutin lagi.."kataku ke mereka sambil melipir melipir masuk Perpus mencari tempat duduk. Mereka lalu melanjutkan lagi rapat yang terhenti karena aku masuk. ===== TIK . TOK . TIK . TOK Entah sudah berapa lama, ku bolak balik soal di hadapanku. Hei Dina!! Ini bukan martabak yang dibolak balik bisa mateng! Kerjain b**o! Pikir pake otak! Kataku dalam hati. Aku menenggelamkan kepalaku di atas meja, kertas soal itu kupakai menutupi kepalaku. Lalu... " aaaaarrrrrrghhhhhh" aku sedikit berteriak kesal. Anak anak OSIS pun kembali menatapku. Aku hanya melemparkan senyum ke mereka. Aku sudah putus asa. Lalu aku melihat sekelilingku. Ah.. Ada Aisyah. Aku sedikit demi sedikit mendekat ke Aisyah. Setelah agak dekat, kucolek bahunya pelan. Dia menoleh kebelakang. "Apa?"katanya berbisik. "Ini gimana ngerjainnya?"tanyaku ikut berbisik pula. "Kamu cari perkara lagi, Din??"dia malah mulai kultum. "Aku nanyain jawabannya bukan kultum. Kultumnya ntar aja!"aku masih berbisik sambil menundukan badanku mensejajari meja, dengan maksud agar aku tidak terlihat oleh pengurus yang lain. Tapi teman teman disebelah Aisyah yang ikut mendengar kami malah tertawa cekikikan. Lalu Will berdiri disebelahku. Aku menoleh ke arahnya. Tatapan matanya datar, khas will banget deh. Aku tersenyum ke arahnya. "Ngapain?"tanya nya dingin. "Hehehe. Mau minta ajarin Ais..."kataku manja lalu menunjukan kertas soal ditanganku. Beberapa pengurus OSIS malah tertawa melihatku. Will mendengus sebal. Lalu dia malah duduk disampingku. Dan mengajariku cara menyelesaikan soal soal ini. Dengan telaten dan sabar dia mengajariku satu semi satu soal itu. Dan akhirnya aku bisa mengerjakan nya karena bantuan Will. Akhirnya kelar juga. Yeeeyyyy. "Ya udah sana balik kelas.."perintah Will. "Ogah.. Sini aja.. " sahutku sambil merebahkan kepalaku di meja. "Mau ngapain lagi sih?'tanya Will agak kesal. "Eumm.. Pengen liat kamu rapat OSIS. hehehe.."sambil kuangkat 2 jariku kesamping telingaku. Will hanya geleng geleng kepala lalu kembali bergabung dengan para pengurus OSIS yang lain. Di kepengurusan OSIS lama ,Will ini menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Senang rasanya jika melihat Will sedang berbicara didepan umum seperti ini. Aku menatapnya bahkan tanpa berkedip, sambil tersenyum tanpa henti. Dan kudengar besok akan ada pemilihan ketua OSIS periode baru. **** Hari ini, merupakan hari bersejarah, karena saatnya pemilihan ketua OSIS periode baru. Di lapangan depan, sudah disiapkan mimbar untuk kampanye calon ketua OSIS baru, mereka nantinya akan menyampaikan visi misi jika terpilih menjadi ketua OSIS. Aku berjalan menuju kelas ku. Beberapa anak OSIS terlihat sibuk sekali. Saat sampai kelas, aku melihat Will didalam memakai pakaian OSIS lengkap, dasi dan topi juga dikenakan. Dia sepertinya hendak keluar kelas, Lalu diam sebentar melihatku yang akan masuk. Dia berjalan ke arahku dan tersenyum.kulihat dia gugup. Wajarlah, ini kan hari penting. "Doain aku ya, Din."pintanya. "Pasti Will. Semangat yah.. Jangan grogi, santai aja.." Dia mengangguk lalu akan keluar kelas. "Will...!! Sebentar.." Panggilku. Dia berbalik ke arah dan menatapku heran. Aku lalu mendekat kepadanya dan membetulkan posisi dasinya yang belum pas. "Nah.. udah.."ucapku. Dia kembali tersenyum. Lalu berlalu keluar. Setelah bel berbunyi kami semua berbaris di Lapangan. Acara pemilihan akan segera dilakukan. Satu persatu calon maju untuk berpidato diatas mimbar dan menyampaikan visi dan misi mereka. Kini giliran Will yang naik mimbar, dia berpidato dengan baik pula dan dia mendapat tepuk tangan yang paling meriah diantara dua calon yang lain. Pendukungnya banyak sekali. *** Setelah kami diberikan kertas suara untuk milih, kami lalu dibubarkan, karena penghitungan suara hanya disaksikan oleh perwakilan tiap kelas saja. "Diiiiiii....!"teriak Aisyah saat aku akan balik kelas dengan Nita. Aku berhenti, menoleh ke arahnya. "Apaan?" "Yuk ikut, kamu jadi perwakilan kelas kita."katanya membuatku mengerutkan alis. "Aku? Lah kan kalian udah banyak tuh yang wakilin kelas kita.. Alex, Kamu, Shinta?"ucapku. "Nggak bisa! perwakilannya harus diluar anak OSIS, Din.." "Oooo.. Ya udah yuk.. Nita..aku ke Perpus ya.."Nita kemudian kembali ke kelas. Kami menuju Perpus, karena ruangan OSIS agak sempit, sedangkan kali ini yang ikut lebih banyak. Didalam perpus sudah banyak yang datang. Aku masuk dengan Aisyah, duduk dekat dengan Shinta. Setelah ketua OSIS lama memberikan sambutan, tibalah penghitungan suara. Satu persatu kertas suara dibaca, dan suara dihitung. Dari hasil quick count kulihat Will yang unggul, beda tipis dengan rudi. Karena bosan, aku melihat sekeliling Perpus ini, Perpus memang luas, bahkan 2 lantai. Samar samar aku melihat ada siswi yang sedang membaca buku dilantai 2, sendirian. Kuamati lekat lekat, dan bertanya tanya dia ini anak kelas berapa. Karena sangat asing wajahnya bagiku. "Shin... Itu anak kelas berapa ya?"kusenggol Shinta yang ada disebelahku. Shinta melihat ke arah yang kutunjuk. "Ihhh.  dinaaaa...." Teriak nya lalu menghadap ke depan lagi sambil bergidik ngeri. Nih anak kenapa sih?bukannya dijawab malah ngomel. Kulihat lagi anak itu, dia kemudian berjalan ke dekat tangga, dan anehnya ditangga ada tali yang menjuntai ke bawah, dan anak itu meraih tali itu lalu memasukan kepalanya dan kemudian berayun ayun. DIA BUNUH DIRI. Terlihat kotorannya keluar diantara kedua kakinya. "Astagfirulloh haladziiiiiim"teriakku sama sepertu reaksi Shinta tadi. Otomatis semua mata tertuju kepadaku. Mereka menatapku heran. "Kenapa Din?"tanya rudi melihatku panik. "Hah.. Eh.. Enggak papa, Lupa belum ngerjain PR matematika."kataku bohong. Lalu bau busuk pun tercium diruangan ini. Aku pusing. Dan langsung ijin ke Toilet. Aku muntah muntah, saat keluar toliet, sudah ada Aisyah dan Shinta didepan. "Din, nggak papa kan?"tanyanya cemas. Aku hanya menggeleng tapi masih memegangi perutku. "Kamu sih, Din, pake diliatin.."gerutu Shinta. "Lah aku kan gak tau itu setan!kamu gak bilang tadi!" "Kupikir kamu udah mudeng pas aku bilang tadi!" Kami malah berdebat. Aku lalu memegangi kepalaku dengan kedua tanganku yang bertumpu pada kedua pahaku dan menghadap kebawah. Sepertinya acara penghitungan suara dihentikan sebentar karena mungkin bau tadi. "Kamu nggak papa? Minum dulu.."tiba tiba Will sudah berjongkok dihadapanku, membawa teh hangat. "Makasih ya, Will."aku menerimanya lalu segera kuteguk sedikit demi sedikit. Setelah keadaan aman, maksudnya bau itu hilang, kami masuk kembali ke Perpus dan meneruskan penghitungan suara. Dan akhirnya Will lah yang terpilih menjadi ketua OSIS periode ini. Semua bersorak sorai dan memberi selamat padanya. Kulihat will senang sekali. Aku ingin mendekat memberi selamat tapi dia masih dikerumuni banyak teman yang lain. Kuurungkan saja niatku. Lalu aku pergi saja dari sana, kembali ke kelasku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD