Part 1 Kelas Baru
Aku berjalan didampingi seorang wanita yang akan menjadi wali kelas ku yang baru. Sudah 5 kali dalam hidupku aku dan keluargaku berpindah kota.
Bu Wulan, dialah wali kelasku sekarang. Wanita anggun, baik hati dan cantik untuk seusianya.
Beliau memberikan informasi dimana Kantin, Toilet, Kantor guru dan tiap sudut sekolah ini saat berjalan bersamaku ke Kelas baruku.
Sampailah kami di kelas 1-4, kelas yang akan kutempati selama 1 tahun ini. Di lantai ini ada 4 ruang kelas untuk kelas 1. Dari kelas 1-1 sampai kelas 1-4.
Kami ada di lantai 2. Di sebelah kananku aku bisa melihat pemandangan Sekolah. Ada lapangan basket dan beberapa ruang kelas yang juga berhadapan dengan ruang kelas di lantai ini.
Jantungku berdegup kencang, walau ini bukan pertama kalinya, aku masih saja grogi, cemas dan takut.
Bismillahhirohmannirohiim.
Ucapku dalam hati.
"Selamat pagi anak- anak," sapa Bu Wulan.
Kelas yang tadinya ramai mendadak hening. Para siswa yang tadinya sibuk dengan kegitan mereka masing masing mendadak berhenti.
Ada beberapa anak yang berbisik sambil menatapku. Hampir semua mata melihatku, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Risih? Pastilah, tapi aku sudah biasa diperlakukan seperti ini saat masuk ke kelas baru.
"Anak- anak ... Ada murid baru ... Pindahan dari Semarang ...
Ayok kenalkan diri kamu, "pinta Bu Wulan sambil menatapku lembut.
"Selamat pagi teman teman... Perkenalkan, namaku Dina Olivia Wibowo. Salam kenal, "kataku singkat.
Bu Wulan mengernyitkan kening. Tak lama beliau tersenyum.
"Oke, nanti kalian bisa kenalan lagi saat jam istirahat ya. Mungkin ada yang pengen tau tentang Dina lebih jauh bisa tanyakan langsung," jelas Bu Wulan.
"Ini pelajaran apa? kok nggak ada gurunya?" Sambung Bu Wulan.
"Bahasa Bu ... Dikasih tugas doang tadi." teriak salah 1 siswa.
"Ya sudah, lanjutkan lagi. Jangan ribut, kerjakan tugas dengan tenang" perintah Bu Wulan.
"Dina, duduk di belakang, sama William. Nggak papa kan?"kata Bu Wulan sambil menunjuk bangku dibelakang sendiri. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Kulihat pria yang bernama William itu masih acuh saja melihatku.
Aku pun berjalan ke arah bangku ku.
"Permisi," sapaku berusaha sopan.
Dia tidak merespon sedikitpun. Menoleh pun tidak.
Sombong! Gerutu ku dalam hati.
Aku mengeluarkan buku dan pena dari dalam tas. Lalu hanya tengak tengok melihat teman -teman disekitarku yang sedang fokus mengerjakan tugas mereka masing masing.
'Aku kan belum punya buku panduannya, gimana aku ngerjainnya!' Gumamku dalam hati.
Lalu buku panduan milik William digeser ke tengah. Aku melihatnya, lalu menatap William datar.
Aneh!
Kutatap lekat lekat wajahnya, kulitnya putih, agak pucat, terdapat lingkaran hitam pada bola matanya.
Hello panda.. Sapaku dalam hati sambil tersenyum kecil.
"Tugasnya dari halaman 4-5 pilihan ganda sama essay. Dikerjain pakai kertas, ntar dikumpulin sebelum istirahat! jadi mending cepet dikerjain!"katanya tiba -tiba, masih tetap menatap kertas dihadapannya.
GLEk!
Aku yang tadi tersenyum, mendadak diam.
'Ih horor deh nih orang.
Nggak mau deket deket ah.'
=========
Bel istirahat berbunyi, tugas dikumpulkan oleh salah 1 siswa dan akan diserah kan ke Ruang guru.
William segera beranjak dari bangkunya, pergi keluar kelas.
"Hai Dina ... Kenalin aku Nita,"kata seorang siswi yang duduk didepanku.
"Hai ... Nita. Salam kenal ya,"ucapku sambil mengulurkan tangan.
"Kantin yuk, Din."ajak nya.
"Boleh," sahutku.
Kami berjalan bersama ke Kantin yang ada di Dekat kelas 3. Karena ramai, kami membeli minum dan beberapa cemilan saja. Lalu kembali ke kelas.
Semilir angin membuatku sedikit merapatkan kedua tanganku menutupi lenganku saat kami berjalan di Koridor depan kelas 3.
Aku melihat ke samping kiriku, ke arah angin itu datang.
Karena tidak fokus, tiba- tiba ...
Brugg!!
Aku menabrak seseorang.
"Makanya kalau jalan liat- liat!" katanya sedikit kesal.
"Maaf," sahutku.
WILLIAM!
"Will ... Jangan jutek gitu napa!"pinta Nita.
William hanya berlalu meninggalkan kami tanpa melihat ke arahku.
Dingin dan misterius. Itulah kesan pertamaku tentang Will.
"Yuk, balik kelas aja, Din." ajak Nita sambil menarik tanganku.
==========
Sampai di Kelas, aku masih menikmati jus buah yang kubeli di Kantin tadi. Kelas agak sepi, karena sebagian besar sedang di Kantin maupun main dikelas sebelah.
Nita yang duduk didepanku, berbalik menghadapku.
"Sabar ya, Din, sebangku sama Will ... Dia emang kaya gitu anaknya. Dari SMP. Malah dari orok kayaknya."kata Nita sambil makan cilok.
"Iya, Nit. Emangnya kamu bareng SMP nya sama dia?"tanyaku penasaran.
"Iya, kita juga deketan kok rumahnya."
Aku pun hanya berohria.
Bel masuk berdering!
Will berjalan ke meja kami. Lalu duduk begitu saja. Kulihat dia berkeringat cukup banyak, wajahnya bahkan lebih pucat dari sebelumnya, nafasnya sedikit terengah - engah. Seperti habis berlari jauh.
"Kamu sakit?"tanyaku basa basi mencoba mencairkan suasana.
Dia hanya menggeleng.
Saat akan kutanya lagi, guru kami lebih dulu masuk ke kelas. Kali ini pelajaran biologi.
Pak Budi yang mengajar. Beliau membawa manekin organ tubuh manusia ke kelas kami.
Saat beliau menjelaskan beberapa organ dalam manusia berikut penjelasan tugas dan fungsi nya, Will terlihat gemetaran menatap manekin didepan.
Ni anak kenapa sih?
"Will?"panggilku.
Dia masih tidak merespon.
Kusentuh bahunya, berusaha menyadarkannya.
"Will!!" kali ini aku lebih keras memanggilnya.
Dia seakan tersadar lalu menatap ke arahku bingung.
"Dipanggil Pak Budi tuh!" kataku.
Will melihat ke arah Pak Budi, tapi dia malah lari keluar kelas. Dengan wajah panik. Semua teman teman bingung melihat tingkahnya. Tapi sepertinya mereka tidak ambil pusing dan bersikap tidak peduli.
Pak Budi menyuruh ku mencarinya, karena ini masih jam pelajaran. Aku berjalan di sepanjang koridor Sekolah. Hampir putus asa mencarinya. Karena hampir sudah kukelilingi seluruh sekolah mencarinya, tapi Batang hidungnya tak nampak.
Saat aku berhenti didepan Mushola Sekolah, aku seperti mendengar desahan nafas yang terengah engah didekatku. Aku hafal suara ini. Karena tadi di kelas aku mendengarnya juga. Kuamati sekitarku. Aku berjalan mengelilingi Mushola, dan kulihat Will duduk di samping Mushola sambil menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.
Kudekati perlahan.
"Will,"panggilku lirih.
"Ngapain kamu kesini?"katanya agak keras dengan posisi yang masih sama.
"Kamu nggak apa - apa? Ada apa Will?"tanyaku lagi.
"Bukan urusan kamu! "katanya ketus.
"Kamu kok galak banget, Will. Ada masalah apa emangnya? Muka kamu pucet, kayak abis liat setan aja, " canda ku lalu duduk di sampingnya.
Sikap dan reaksi nya mirip Kak Doni. Kakakku dari kecil sering melihat makhluk tak kasat mata. Dan sering bersikap aneh seperti Will.
"Kamu indigo yah??"tanyaku.
Dia kemudian mengangguk pelan.
"Kok kamu tau?" Tanya nya heran.
Aku terkekeh geli. Dia malah terlihat makin kesal.
"Kamu pikir lucu?"katanya lagi masih emosi lalu menatapku tajam.
"Bukan. Bukan gitu Will... "
"Coba kalau kamu ada di posisi ku!! "tantangnya.
"Oke oke. Maaf. Tapi Will, Justru semakin kamu emosi semakin kamu bisa dikendalikan sama 'mereka' "kataku santai.
"Sok tau...!" dia memalingkan wajahnya tak mau melihatku.
"Ih, ni anak dibilangin juga!"kataku sedikit jengah.
"Kalo kamu liat juga, pasti kamu bakal kaya aku!!" Katanya lagi.
"Mungkin sih. Tapi kan Will.. Manusia dan jin memang diciptakan berdampingan... Kamu coba lah lawan rasa takutmu itu... sering sholat kek, baca Al Quran gitu.. Banyak kok cara,"jelasku.
"Aku non muslim!" Timpalnya sekarang lebih tenang
"Oh iya yah ... nama kamu aja William ... Kok aku lupa. Hehehe, maaf yah."kataku tak enak.
"Kakakku juga kaya kamu kok, dari kecil. Jadi aku nggak aneh liat kamu. Eh kamu dari kapan bisa liat?"tanyaku penasaran.
"Setelah lulus SD"jawabnya cuek.
"Oh gitu ya.. Eum, keturunan ya Will?" Tanyaku masih kepo.
Dia menggeleng.
"Oh bukan? Eum.. Iya kali ah.. Biasanya kan keturunan. Kakak ku itu keturunan dari Papah soalnya. Terus kamu punya kemampuan apa?" tanyaku terus menerus.
"Dibilang bukan! Kemampuan apa sih?"katanya lalu beranjak pergi.
"Eh.. Will mau kemana? Tungguin"
Aku berlari menyusulnya.
"Kemana sih? Cepet banget jalannya." Rengekku yang terus mencoba mensejajarkan langkah dengan nya.
"Kelas,"
"Ooo ... Eh will ... Bisa nggak sih kamu ngomong itu agak panjangan dikit. Suara kamu bagus loh ... Kayanya kamu cocok nih jadi vokalis band." kataku mencandainya.
" Bawel! "dia masih kesal tapi tidak semarah tadi. Aku hanya tertawa cekikikan.
Kami masuk kelas dengan tatapan teman teman yang menyelidik. Bahkan ada yang bisik bisik.
"Lama banget Dina? William? "Tanya Pak Budi.
"Nge-bujuk Will nya Pak, susah nya setengah mati," Kataku santai.
Will masih cuek lalu berjalan kembali ke bangkunya.
"Ya sudah kamu duduk, Din. Makasih ya."kata Pak Budi.
"Jangan ilang- ilang mulu ya... Ntar aku pasangin GPS lho!"ancamku ke Will saat aku sudah duduk disampingnya.
Will hanya melirik tajam ke arahku.
Aku sambut dengan senyum lebar.
======
Selama beberapa jam di kelas, Will kulihat tenang, tidak ada hal aneh lagi.
"Will, rumah kamu dimana?" tanyaku basa basi saat Will fokus mengerjakan tugas.
"Nggak dibawa," katanya santai.
"Ih jayusss," umpatku sambil mencubit lengannya.
"Ih sakit tau !! "katanya menutup lengan yang telah kucubit.
"Segitu doang sakit ... hmm, payah." Candaku
"Kamu tuh brisik deh, Din!"katanya lagi.
"Habisnya, kamu diem aja! Gak bosen apa?" Ujarku sedikit merajuk.
"Heh!! Ribut aja nih anak dua."kata Nita melihatku dan Will bergantian.
"Tuh temenmu! " tunjuk Will ke arahku.
Aku hanya tertawa lepas melihat Will. Nita malah geleng- geleng kepala
========
Bel pulang berbunyi.
Will kulihat kembali gemetaran, dia menatap ke pintu dengan tatapan kosong. Pasti dia melihat makhluk astral lagi.
Kugenggam tangan Will.
Lalu ku anggukan kepala. Sambil berbisik, "Jangan takut, Will. "
Will menengok ke arahku dengan dahi yang bercucuran keringat
Kupejamkan mataku, berdoa dalam hati, kubacakan ayat kursi dan suratan pendek lainnya.
Tak lama ...
"Din ... Hilang, "kata Will pelan.
Kubuka mataku,"Serius?Alhamdulillah!" kataku senang
Will melepaskan tanganku yang masih menggenggamnya tadi.
"Eh, lupa ... hehe." kataku cengengesan. "Eh, Will ... Kening kamu masih keringetan. Ih jorok!"lalu saat dia hendak mengelap dengan lengan bajunya, kutahan tangannya.
"Pake nih," aku memberikan sapu tangan ku kepadanya.
"Jangan pake baju atau tangan. Baju kamu nanti kotor."kataku.
Dia menerima sapu tanganku lalu mengelap keringatnya dengan ragu.
"Makasih ya, Din. Aku cuci di Rumah nanti, besok aku kembaliin."katanya masih memegang sapu tanganku.
"Santai, Mas Bro." jawabku santai.
Kami berhenti diantara parkiran motor. Aku mencari satu persatu motor Kak Doni.
"Yah ... Ditinggalin deh," kataku berbicara sendiri.
Will berjalan ke arah motornya.
Motor sport yang cukup mahal menurutku. Lalu dia berhenti didepanku.
"Kamu mau pulang sama siapa?"tanyanya.
"Eum ... Kakakku, tapi kok nggak ada ya? Apa udah pulang ya?"kataku bingung sambil celingukan.
"Emangnya Kakak kamu sekolah disini juga?"tanyanya.
"Iya, Kak Doni kelas 3."
"Ya udah aku anterin aja,"katanya.
Aku diam beberapa saat, tak menyangka will akan berubah sebaik ini kepadaku.
"Ayoook ... Cepetan! Pake ngelamun lagi!!"katanya mengagetkanku.
Aku segera naik ke motornya berpegangan di bahunya.
"Motormu tinggi amat Will. Susah naiknya." Gumamku.
Dia diam saja, lalu memberikan helm nya kepadaku.
"Pake nih,"katanya cuek.
Ku terima helm dari Will. Dia lalu menjalankan motornya.
Setelah kuberitau alamat rumahku, tak sampai 15 menit kami sampai dihalaman depan rumahku.
Aku turun dengan berpegangan pada bahu Will.
"Mampir dulu yuk," ajakku.
"Eum ..." gunam Will.
"Udah ayok ah ... Masuk dulu."aku mencabut kunci motornya dan membawanya masuk ke Rumah.
"Din ... Dinaaaaa!"teriak Will dari depan.
"Siapa Din?"tanya Mama yang ada dirumah.
"Temen Dina,"
"Tumben baru sehari kamu udah dapet temen? Suruh masuk deh, " sahut Mama.
"Tuh didepan ... Mamah temuin deh. Aku bikin minum."kataku lalu berjalan menuju ke Dapur.
Tak lama kubawa dua gelas orange jus ke teras dan beberapa cemilan.
Mama & Will terdengar sedang asik mengobrol di Teras.
"Wah, diminum dulu Nak Will,"kata Mama.
"Mah, Kak Doni mana sih? Bukannya pulang bareng malah aku ditinggalin!" gerutu ku sambil meminum orange jus tadi.
"Katanya ada perlu tadi, jadi kamu ditinggal. Katanya udah sms kamu. maaf ya ngerepotin Nak Will jadinya, "kata mama ke will.
"Gak papa, Tante."kata Will ramah.
Bisa ramah juga nih anak, batinku
Mama lalu pamit masuk kedalam.
Will diam saja tapi terus menatap ku tajam.
"Kamu pikir aku jahat banget apa?" ucapnya dingin menatapku.
"Hah?" pekikku dengan kerutan kening yang entah berapa lipat.
Ni anak ngomong apa sih? Kayak dukun aja.
"Aku bukan dukun," tuturnya santai.
"Heh.., kamu Will? Kok tau!" Tanyaku kaget.
"Aku bisa tau, apa yang ada didalam sini. " ucap Will sambil mengetuk pelipisku dengan telunjuknya diikuti dengan senyum tipis dibibirnya.
"Serius? Beneran? Jadi dari tadi kamu tau apa aja yang aku pikirin?"tanyaku masih tak percaya.
"Yang paling inget, kamu nyapa aku pake sebutan 'hello panda' " katanya sambil terkekeh.
Aku hanya diam seketika. Aku kaget. Jadi dia tau apa saja yang kupikirkan dari tadi di Sekolah.
Lalu masuklah motor Kak Doni.
"Din, kirain belum pulang."kata Doni lalu turun dari motornya.
"Gak bilang bilang sih mau pergi! Dina nungguin tau gak!" Kataku kesal.
"Maaf, Kakak ada perlu sebentar terus tadi balik ke Sekolah, kirain kamu masih disana, "kata Kak Doni lalu melihat ke arah Will duduk.
"Temen Dina?" tanya Kak Doni.
"Iya Kak, saya Will," mereka pun berjabat tangan.
"Oh syukur deh, dianterin kamu ya Dina nya, "tanya Kak Doni sambil melepas jaket dan sepatunya.
"Iya Kak, tadi dia bengong aja nungguin Kakak, ya udah, aku anter aja, kasian." kata Will menatapku dengan tatapan meledek.
Kak Doni hanya tersenyum.
"Ya udah, dilanjutin lagi ngobrol nya. Aku masuk dulu."kata Kak Doni.
"Heh ... Konci motorku mana?" Kata will sebal.
"Ngapain sih? Ntar aja napa. Lagian di Rumah mau ngapain?" tanyaku sambil menyimpan kunci motor Will disaku ku.
"Aku mau pergi sama Alex,"
"Alex siapa?"
"Temenku, anak kelas 1-1."
"Oh kamu punya temen juga to. Kirain nggak punya." candaku ke Will.
"Udah sini cepetan ah. Diitungguin nih aku nya."katanya setengah merajuk.
Aku mengembalikan kunci motornya. Lalu dia pamit pulang ke Rumahnya.
Aku pun masuk kedalam untuk berganti baju diKamar, sholat dhuhur terlebih dahulu lalu makan dengan Kak Doni.
"Dia indigo ya, Din?"tanya Kak Doni.
"Ga tau, Kak, dia sering liat setan sih. Kata Kakak indigo itu pasti bakat dari kecil dan punya kemampuan khusus. Tapi kata Will, dia nggak punya kemampuan apa- apa."
Kak Doni hanya mengangguk sambil masih menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Tapi auranya kadang biru keunguan. Suruh ikut kegiatan rohis diSekolah aja, Din. Kakak juga ikut jadi pengurus,"saran Kak Doni.
"Dia non muslim, Kak."
Kak Doni hanya berohria sambil manggut manggut paham.