Meragukan

1107 Words
Semua keluarga terkejut melihat mobil mewah yang hanya ada satu di dunia datang dan parkir didepan mansion utama keluarga Fandrana. Mereka membulatkan mata dan menoleh melihat ke arah Sarena yang saat ini ikut bingung. Tak lama kemudian, keluarlah Jeffry dari dalam mobil tersebut dan membungkukkan badannya didepan semua orang. Sebenarnya Jeffry tidak suka membungkuk karena ia bukan b***k, tapi ini demi penyamarannya agar tak terbongkar. “Sayang, ini?” tanya Sarena mendekati Jeffry yang saat ini berdiri didekatnya. “Ini mahar yang ditunjukkan. Oh iya, harganya bukan 150juta dollar, melainkan 500juta dollar.” Jeffry menoleh menatap Sarena yang membulatkan mata. “Maaf jika saya terlambat membawanya.” “Sayang, ini serius?” tanya Sarena yang sepertinya tidak percaya dengan apa yang ia lihat didepannya. “Yes. I'm serious, demi kamu.” “Thank you, Sayang,” ucap Sarena lalu memeluk Jeffry. Agar dianggap serius, ia harus mengeluarkan uang sebanyak itu demi Sarena, walaupun ia berat mengeluarkan uang untuk musuh. Namun, ini demi penyamarannya, walaupun keluarga Fandrana akan menganggapnya tidak masuk akal. Seluruh keluarga Fandrana terkejut melihatnya, mereka belum sadar dari tatapan mereka melihat mobil biru didepan. “Kak Alvin melihatnya, ‘kan?” tanya Sarena menatap sang Kakak. “Sekarang Kak Alvin tidak ada kesempatan untuk mengatakan tidak. Karena yang Kak Alvin minta sudah didepan.” “Ini untuk Kakak, ‘kan?” tanya Alvin menatap Sarena. “Enak saja. Ini mahar aku, jadi buat aku,” jawab Sarena membuat Jeffry memalingkan wajah dan tertawa kecil. Jeffry menganggap Alvindo benar-benar serakah, sudah mendapatkan kekayaan, namun masih mau mengambil hak adiknya. “Jadi, kamu berpikir aku tak bisa membelinya? Memangnya dia dapat uang darimana? Darimana ha? Mencuri? Tidak mungkin dia bisa membeli mobil ini,” serang Alvindo dengan kata-kata yang tidak baik. Hal itu memancing kemarahan Sarena. “Kak Alvin kenapa sih?” tanya Sarena. “Sengaja ya melakukan ini pada Jeff?” “Memang sengaja. Karena tidak masuk akal orang sepertinya bisa membeli mobil ini, mendapatkan kredit dari Bank? Tidak mungkin sebanyak ini, kan? Kamu tidak meragukannya?” Alvindo terus menerus menyerang Jeffry yang berusaha tidak membalas perkataan kakanya Sarena. Jika bukan karena balas dendam, Jeff tidak akan pernah mau berurusan dengan keluarga Fandrana, untuk apa bergabung dengan keluarga mafia? Tidak masuk akal sama sekali. Semua ini hanya berusaha ia lakukan demi membalaskan dendamnya. “Gepa tidak merasa aneh?” tanya Alvindo pada Erang, sang Kakek. “Oh kamu meragukannya? Sudahlah. Yang terpenting dia membawa mahar yang kita minta, mau darimanapun juga ini bukan urusan kita,” sergah Erang yang sejak tadi diam karena tidak mau berbicara terlalu jauh. “Gepa, ini tidak masuk akal,” keukeuh Alvindo. “Kak, sudahlah. Kenapa sih harus dipersoalkan. Jeff sudah membawa mahar yang kalian minta, apa harus dipersoalkan lagi, benar kata Gepa tidak perlu tahu ini didapatkan dimana dan uangnya darimana. Yang penting Jeff membawa apa yang kalian minta.” “Apa kamu membantunya?” tanya Alvindo yang memang sejak dulu ambisi untuk memiliki seluruh harta Fandrana. “Aku tak pernah membantunya sama sekali, dan jangan mengira ini dibeli dengan uangku,” geleng Sarena berusaha menahan amarah pada kakaknya, karena kakaknya itu sudah keterlaluan sekali meremehkan orang lain. “Kak Alvin jangan menganggap Jeff remeh seperti itu. Itu salah.” “Kenapa? Dia bukan konglomerat yang tak bisa ku remehkan?” “Sudahlah. Kalian diam saja, jangan banyak bicara,. Gepa jadi pusing mendengarkan kalian.” “Saya harap yang saya berikan bisa diterima.” Jeffry baru buka suara, ia tidak mau ikut campur karena tidak mau merusak rencananya walaupun didalam hatinya ingin sekali mem-bom mulut Alvindo. “Apa pun yang saya lakukan dan darimanapun saya mendapatkan mobil ini, itu tidak masalah bukan?” “Iya. Besok kalian sudah akan menikah. Jadi siapkan saja diri kalian.” Erang kembali melanjutkan langkah kakinya menuju dalam rumah. ia malas mendengar kedua cucunya itu berdebat, sementara mereka diam saja. “Bagus, Jeff. Kamu memang sangat mengesankan,” puji Rejal. “Terima kasih, Tuan.” “Baiklah. Saya masuk dulu, kalian lanjutkan saja,” kata Rejal menyusul langkah kaki Erang yang sejak tadi sudah sangat kesal. Rejal tahu bahwa ini semua bukan yang diinginkan Erang, namun tidak ada yang bisa Erang lakukan karena ia sudah merestui Jeffry, semoga saja tidak ada hal yang akan dilakukan Erang untuk memisahkan keduanya. Alvindo mendekati Sarena dan Jeffry, langkah kakinya disusul dengan istrinya, yang selalu saja melengket bagai prangko. “Jangan pernah menyesal, Saren. Kamu sudah memilih jalan ini dan kamu harus rasakan akibatnya,” kata Alvindo menatap adiknya dengan seksama. “Karena tidak semua hal yang kamu lihat akan sempurna.” “Kak, restui aku dan Jeff, karena hanya dengan begitu Kakak akan melihatku bahagia,” lanjut Sarena menoleh sesaat melihat Jeffry. “Karena hanya Jeff yang dapat membuatku bahagia.” “Dimanapun kamu mendapatkan uang untuk membeli mobil ini, aku akan menguliknya. Jadi, jangan pernah lari dari kejaran nantinya,” ancam Alvindo menyunggingkan senyum yang mereka tahu itu senyuman mengejek. Alvindo lalu masuk ke rumah, ia langsung memasuki lift dan menuju kamarnya, setiap lantai memiliki pemilik sendiri. Alvindo kesal sekali, ia menghentak kakinya masuk ke kamarnya. Lalu Regina menarik suaminya dan mereka duduk di tepi ranjang. “Sayang, kamu yakin akan membiarkan Saren menikah?” tanya Regina menatap suaminya. Ia juga butuh jawaban suaminya. “Kita biarkan saja untuk kali ini. Karena akan lebih mudah menyingkirkannya.” “Bagaimana caranya kamu menyingkirkannya? Selama ini, Jeff tahu rahasiamu, kamu yang suka membuat skandal, kamu yang suka menjelek-jelekkan dewan direksi dan kamu yang melakukan korup, semua itu diketahui Jeff, jadi bagaimana jika dia mengancammu? Bagaimana jika dia malah akan membuat kita kehilangan semuanya? Kalau Daddy dan Gepa tahu masalah ini, bukankah kamu akan diblacklist?” “Jangan mengingatkanku hal ini. Karena aku juga tahu. Karena itu akan lebih mudah kalau dia tinggal di sini dan kita akan buat dia tidak nyaman. Ia bisa membawa Saren pergi.” “Jangan berikan kesempatan kepada siapa pun untuk memiliki apa yang kamu incar dan impikan. Kamu tahu kan Saren adalah saingan terbesarmu. Dia adikmu tapi dia bisa mendapatkan bagian lebih besar.” “Gepa masih hidup, jadi kita tidak perlu membahas itu dulu.” “Ya aku hanya mengingatkan kamu.” “Masalah Saren dan Jeff akan aku urus.” “Jadi, kamu mau membiarkannya menikah?” tanya Regina menatap suaminya. “Iya. Kita biarkan saja kali ini, karena hanya dengan begitu semuanya aman. Lagian pernikahan mereka besok, aku mana bisa memikirkan hal lain.” “Aku tidak mau kamu gagal kali ini,” kata Regina. Alvindo menoleh dan melihat istrinya. Ia tahu impiannya dan ia tahu impian istrinya. Jadi, apa pun yang terjadi walaupun harus membuang keluarganya, akan ia lakukan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD