Mereka berdua beriringan keluar dari Heaven Flowers. Sierra membawa beberapa tangkai bunga yang dipetiknya di taman tadi meskipun Sean memintanya untuk membuangnya. Walaupun bagi Sean bunga itu tidak berguna, tapi Sierra sangat menyukainya, terlebih bunga dua tangkai mawar juliet itu. Sierra menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Sean mengikutinya.
"Astaga!" Pekik Sierra.
Sean mengernyit. "Kenapa?"
"Toko bunganya. Aku lupa, seharusnya sekarang aku sudah kesana. Aku juga belum bilang sama pemiliknya kalau sudah satu minggu lebih tidak menjaganya. Bagaimana ini?"
"Kau tidak perlu memikirkannya. Aku yang akan mengurusnya."
"Tapi, barang-barangku juga masih banyak yang tertinggal disana."
"Kau tidak perlu memikirkannya. Sudahlah, ayo masuk dan kau juga harus mandi dan sarapan kan?"
Sierra terdiam sejenak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya dia mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju mansion.
Setelah Sean pergi keluar, Sierra harus keluar untuk mengambil barangnya yang tertinggal ditoko. Dia juga harus menemui pemilik tokonya. Rasanya tidak enak jika Sean yang melakukan itu bukan? Kalau mengatakannya pada Sean, Sierra yakin lelaki itu pasti tidak akan memperbolehkannya keluar.
-
Sierra berdiri diatas balkon kamarnya. Setelah mandi dan sarapan bersama Sean tadi, dirinya langsung masuk kekamar untuk memastikan kalau Sean sudah pergi atau belum. Sierra tersenyum dan menghela napas lega melihat dua mobil hitam melaju keluar dari gerbang utama dan melintasi jalan taman sepanjang lima ratus meter. Sierra mulai keluar kamar dan jalan kaki melewati jalan taman itu. Memang kalau dipagi hari keadaannya cukup sepi. Para pengawal dan pelayan sedang sibuk makan dan lainnya. Mereka mulai bekerja sekitar pukul sembilan pagi sehingga memudahkan Sierra untuk keluar dari rumah.
Sierra menghentikan langkahnya tepat digerbang depan. Dirinya menoleh ke kanan kiri dan setelah memastikan tidak ada pengawal, dirinya berlari keluar supaya tidak ketahuan. Sekitar seratus meter Sierra berlari, dia pun berhenti berlari dan berjalan seperti biasanya. Sierra menghentikan taksi dan pergi menggunakan taksi menuju toko bunganya.
Taksi itu mulai melaju membawa Sierra di pusat kota Saint Louis. Sekitar sepuluh menit akhirnya taksi yang ditumpanginya berhenti tepat didepan toko bunga. Setelah membayar ongkos taksi, Sierra segera keluar dari taksi dan masuk kedalam toko tersebut.
"Permisi. Mrs. Santana?" Panggil Sierra dan celingukan mencari bosnya.
Mrs. Santana keluar dari dalam dan menatap Sierra kesal. "Untuk apa kau datang kemari?! Kau sudah aku pecat seminggu yang lalu karena pergi tanpa menutup tokonya!"
Sierra menunduk karena merasa bersalah. Memang seharusnya dia datang lebih awal. Tapi Sierra benar-benar lupa tentang toko bunga itu. "Maafkan saya, Madam. Waktu itu saya-"
"Aku sudah tidak butuh penjelasanmu lagi! Sudahlah. Lebih baik kau pergi saja." Sentak Mrs. Santana.
Sierra menundukkan kepalanya dan keluar dari toko tersebut. Dirinya menghela napas pelan lalu menoleh ketoko itu sebelum akhirnya pergi dari sana. Sierra berjalan sepanjang trotoar sambil menunduk. Ini adalah pertama kalinya dia dibentak dan dipecat seperti itu. Memang Sierra tidak tahu banyak tentang sesuatu yang ada disekitarnya. Berhenti sekolah sejak usianya lima belas tahun dan selama itu hanya tinggal didalam kamar. Apa yang diketahui oleh gadis seperti itu? Sierra tertegun saat mendengar suara klakson mobil yang melaju lambat. Dirinya segera menoleh kearah mobil itu dan melihat lelaki yang sudah tidak asing baginya membuka kaca mobil dan tersenyum padanya.
"Javier?"
Javier menginstruksikan supirnya untuk menepikan mobilnya dan membukakan pintu untuk Sierra. "Masuklah."
Sierra pun mengikuti Javier dan masuk kedalam mobil. Dirinya duduk tepat disamping lelaki itu. "Ada apa? Kau punya masalah?" Tanya Javier saat mobil yang mereka tumpangi kembali melaju.
"Sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku untuk mentraktirmu." Jawab Sierra dan meringis.
"Kenapa?"
"Aku baru saja dipecat karena tidak bekerja satu minggu lebih."
"Kau tidak bekerja satu minggu lebih? Bukankah hari itu hari pertamamu bekerja disana?" Tanya Javier dan berekspresi sedikit terkejut dan bingung.
"Seminggu yang lalu aku sakit dan baru keluar dari rumah sakit kemarin." Jawab Sierra pelan.
Javier mengangguk. "Tidak apa-apa. Mungkin bukan sekarang kau mentraktirku. Siapa tahu kau akan mendapatkan pekerjaan lagi."
Sierra tersenyum. "Mudah-mudahan." Balasnya dan kembali menatap jalanan. "Kita mau kemana?" Tanya Sierra bingung karena tidak tahu kemana Javier akan membawanya.
"Jalan-jalan." Jawab Javier dan tersenyum.
"Kemana?"
"Washington. Kau belum pernah kesana bukan? Aku ingin mengajakmu kesana."
Sierra terdiam. Dia memang ingin ke Washington. Tapi dia juga tidak bisa pergi terlalu lama sedangkan jika ke Washington membutuhkan waktu hampir empat jam.
"Maaf Javier. Aku harus pulang sekarang. Mungkin lain waktu saja."
"Memangnya kenapa? Bukankah baru saja kau dipecat? Aku rasa jalan-jalan adalah yang terbaik untuk menghiburmu."
"Aku harus pulang sekarang. Kau bisa berhenti disini saja." Pinta Sierra.
Javier pun menyuruh supirnya untuk menepikan mobilnya. Sierra segera keluar dari mobil dan menoleh saat Javier membuka kaca mobil.
"Aku menunggumu main kerumahku lagi." Ucap Javier dan tersenyum.
Sierra membalas senyumannya dan mengangguk. "Iya. Terima kasih Javier."
Javier pun menutup kembali kaca mobil dan mobil yang ditumpanginya melaju meninggalkan Sierra yang berdiri ditepi jalan. Sierra menghela napas pelan dan melanjutkan langkahnya. Dia berharap mudah-mudahan Sean tidak mencarinya dan tidak tahu kalau dirinya keluar rumah.
-
Setelah berjalan sekitar seratus meter akhirnya Sierra sampai digerbang depan. Dia melihat sekitar lima pengawal berdiri didepan pintu seolah-olah sedang mencari seseorang atau menunggu seseorang. Sierra menghentikan langkahnya saat salah satu pengawal melihatnya dan berteriak kalau dirinya melihat Sierra. Sierra menegang melihat tatapan tajam Marcos yang berlari kearahnya bersama dengan dua pengawal.
Dua pengawal itu menundukkan kepalanya didepan Sierra, berbeda dengan Marcos yang masih menatapnya tajam. "Kau darimana?" Bahkan suara Marcos tidak enak didengar.
Sierra menundukkan kepalanya. "Maaf, aku hanya-"
"Apa kau tidak tahu?! Sean mencarimu seperti orang gila! Aku tidak tahu apa yang kau perbuat padanya sampai Sean menjadi gila hanya karena wanita penghibur sepertimu! Aku tidak akan diam kalau Sean dalam bahaya hanya karena w************n sepertimu!" Gertak Marcos.
Tubuh Sierra menegang mendengar penghinaan yang keluar dari bibir lelaki itu. Wanita penghibur? w************n? Apa serendah itu Marcos menilainya? Mata Sierra memanas dan dia semakin menundukkan wajahnya. Belum pernah ada yang membentaknya bahkan menghinanya seperti itu? Kenapa akhir-akhir ini Sierra selalu dibentak? Apa belum cukup dirinya dipecat dari toko bunga. Tanpa bisa dikontrol, airmata gadis itu keluar dan Sierra langsung menghapusnya.
"Maaf kalau Sean seperti itu hanya karena mencariku." Gumam Sierra dan melanjutkan langkahnya.
Marcos mencekal lengan Sierra saat gadis itu berjalan melewatinya. Marcos menarik Sierra agar gadis itu berdiri kembali didepannya karena Marcos merasa belum selesai berbicara dengannya.
"Tunggu! Kau mau kemana? Pergi pada Sean dan mengadu?!" Suara Marcos masih meninggi seperti sebelumnya.
"Lepaskan aku."
"Aku belum selesai berbicara denganmu, pelacur."
Sierra menatap Marcos seketika saat mendengar lelaki itu memanggilnya dengan sebutan menjijikan itu. "Aku bukan pelacur."
"Tidak ada pencuri yang mengaku kesalahannya. Sean sedang tidak ada dirumah. Dia langsung pergi mencarimu saat tahu kau kabur. Jadi, kalau memang kau ingin kabur, kau bisa kabur sekarang dan tidak perlu kembali lagi. Lagipula, banyak w************n sepertimu dirumah b****l itu."
"Terserah apa yang ingin kau katakan. Tapi, satu hal yang harus kau tahu. Aku bukan wanita p*****r atau w************n seperti yang kau pikirkan. Jadi, lepaskan tanganmu." Ucap Sierra.
Saat Marcos ingin membalas perkataan Sierra, dia melepaskan cengkeramannya karena melihat mobil yang ditumpangi Sean melaju kearahnya. Mobil itu terhenti tepat disamping mereka, Sierra dan Marcos menatap kearah mobil. Sean keluar dari mobil dan meraih tubuh Sierra kedalam pelukannya. Sierra terkejut karena Sean yang langsung memeluknya, sangat berbeda dengan Marcos yang justru menghinanya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Sean khawatir setelah melepaskan pelukannya.
Sierra hanya tersenyum tipis dan menggeleng. Sean menangkup wajah Sierra dan mengernyit saat tahu kalau Sierra baru saja menangis. "Kau kenapa? Apa ada sesuatu sampai membuatmu menangis?"
"Aku tidak apa-apa." Jawab Sierra pelan.
"Benarkah? Lalu kenapa kau pergi tanpa mengatakan apapun tadi? Kau kemana saja?"
"Aku, maaf Sean kalau aku tidak bilang padamu aku ingin mengunjungi toko bunga."
Sean menghela napas. "Aku kan sudah bilang padamu, urusan toko bunga biar aku saja yang kesana. Kenapa kau tidak mendengar ucapanku?!" Suara Sean naik satu oktaf membuat Sierra kembali menunduk. Bahkan Sean ikut membentaknya. "Sudahlah. Yang penting kau sudah tidak apa-apa." Imbuh Sean dan menuntun Sierra masuk kedalam mobil.
-
Sierra menyender di dinding pintu setelah Sean menutup pintu kamarnya. Dirinya menghela napas dan menunduk. Kenapa Sean terlihat marah padanya hanya karena dia pergi sebentar? Sierra juga tidak tahu kenapa Marcos sangat membencinya. Dia masih diam mendengarkan Sean dan Marcos yang sedang berbincang-bincang didepan pintu kamarnya.
"Kita sudah membuat Mark kecanduan dengan obatnya, Sir."
"Bagus. Aku tidak menyangka tubuhnya merespon sangat cepat dengan obat itu. Kita kesana, aku ingin melihatnya." Ucap Sean.
Sierra kembali mendesah mendengar deru langkah Sean semakin menjauh. Dirinya berjalan menuju tempat tidur dan berbaring disana. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Berada dikamar seperti ini mengingatkannya dengan kehidupannya saat dirumah b****l.
Tepat pukul sebelas malam gadis itu terbangun dari mimpinya. Sierra membuka matanya perlahan mendengar keributan diruang tamu. Dirinya pun keluar kamar dan melihat ayah dan ibunya sedang bersama dengan seorang wanita seumuran dengan ibunya. Wanita itu terlihat ketakutan dengan wajah yang mulai memucat. Kening Sierra mengernyit mendengar tamu yang dua malam berturut-turut itu datang ke rumahnya.
"Tolong, tolong aku Maria. Setidaknya kau mau menjaga putraku. Aku pergi bersama dengan putraku."
"Bethany, kau tenang saja. Kau tidak perlu khawatir, aku yakin wanita itu tidak akan membunuhmu dan putramu."
"Wanita itu, Zooey, dia hampir membunuh putraku karena suamiku, karena dia memutuskan untuk menjadikannya sebagai pewarisnya setelah aku mengatakan semuanya pada Leo." Ucap wanita yang dikenal dengan nama Bethany Logan. "Kau, aku mau kau berjanji padaku untuk menjaga putraku apapun yang terjadi. Aku mohon, aku mohon pada kalian."
Orangtua Sierra saling menatap satu sama lain dan akhirnya mereka mengangguk. "Iya, kami akan menjaganya."
"Terima kasih Maria, Omar. Aku harus pulang sekarang, putraku ada dimobil sedang menungguku."
Saat Bethany akan keluar rumah, Maria mencegahnya karena ada sesuatu yang akan dibicarakan sedangkan Sierra kembali masuk kekamarnya. Dia tidak ingin ikut campur dengan masalah orang dewasa. Setelah Sierra masuk kedalam kamar, dirinya berjalan kearah balkon dan membuka pintu balkon kamarnya untuk mengintip keadaan diluar rumahnya. Sierra tertegun melihat mobil hitam yang terparkir didepan rumahnya dan seorang lelaki yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya. Lelaki itu berdiri disamping mobil. Sierra tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena lelaki itu memakai topi dan jacket tebal berwarna gelap. Cukup lama Sierra memperhatikan lelaki itu sampai akhirnya lelaki itu mendongak karena merasa diperhatikan.
Mereka saling memandang satu sama lain cukup lama hingga akhirnya Sierra mengalihkan tatapannya dan masuk kedalam kamar. Dirinya kembali menutup pintu balkon dan berbaring diatas ranjang.
"Siapa lelaki itu? Apa dia anaknya wanita yang sedang berbicara dengan Mom dan Dad?" Gumam Sierra seorang diri dan kembali diam untuk memikirkan hal itu.
Sierra menggeliat saat merasa ada seseorang yang menyentuh wajahnya. Dirinya membuka matanya pelan dan mengernyit menatap Sean sedang duduk ditepi ranjang. Sierra menoleh kearah jendela dan tertegun setelah sadar ternyata sudah sore hari. Apa dia tertidur terlalu lama? Padahal Sierra tidak ada niat untuk tidur tadi siang saat Sean menyuruhnya masuk kekamar.
"Apa kau kelelahan?" Tanya Sean untuk memulihkan kesadaran Sierra.
"Tidak. Aku, aku memang selalu tertidur kalau berada di dalam kamar." Jawab Sierra bohong. Padahal dia memang sedikit merasa lelah karena berjalan kaki tadi siang dan karena bentakan Marcos, bosnya dan Sean.
"Kau bahkan tidak makan siang. Kau baik-baik saja kan?"
Sierra diam dan menatap Sean. Kenapa lelaki ini sangat peduli padanya? Apa karena ini Marcos jadi membencinya? Sierra menunduk untuk menghindari tatapan Sean membuat lelaki itu merasa bingung. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Sierra menggeleng dan kembali menatap Sean. "Aku tidak apa-apa."
"Kalau ada sesuatu, kau tinggal mengatakannya saja padaku."
"Iya."
Sean tersenyum tipis dan bangkit. "Kau harus siap-siap, karena malam ini kita akan keluar."
"Kemana?"
"Ke sebuah acara. Mandilah, nanti biar pelayan yang akan mengambilkan pakaian untukmu."
-
Sierra keluar dari kamar dengan gaun merah menyala yang diberikan Sean untuknya. Gaun tak berlengan yang panjangnya sampai menutupi kaki tidak menyulitkan Sierra menuruni anak tangga. Rambutnya sengaja tidak diikat dan dibiarkan begitu saja. Sierra memperhatikan Sean yang sudah berdiri di dekat tangga bersama dengan Marcos. Sean menoleh dan tersenyum pada Sierra.
"Gaunnya sangat cocok untukmu." Gumam Sean saat Sierra sudah berdiri didepannya.
Sierra hanya tersenyum dan melirik Marcos yang masih menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Ayo." Sean merangkul pinggang Sierra dan menuntunnya untuk masuk kedalam mobil yang sama.
Malam ini adalah malam yang panjang untuk Sean. Dia akan menjalankan rencananya dengan Marcos malam ini. Disebuah acara perayaan WG Group yang diselenggarakan di Galaxy Years, salah satu hotel yang mempunyai ballrom terbesar di Saint Louis.
Limosin yang ditumpangi mereka akhirnya memasuki halaman Galaxy Years. Sean merangkul Sierra memasuki hotel tersebut diikuti Marcos dan empat pengawal lainnya. Sampai didalam, banyak tamu undangan yang menghampiri mereka. Dari kejauhan sudah nampak Javier yang sedang merangkul seorang wanita menatap tajam ke arah Sean dan Sierra.
"Kau tunggu saja disini." Bisik Sean dan mencium pipi kanan Sierra lalu meninggalkan gadis itu dimeja.
Marcos mengikuti langkah Sean yang berjaan semakin masuk kedalam sebuah lorong di ballrom tersebut.
"Kau sudah membawa Mark?" Tanya Sean dan mempercepat langkahnya.
"Sudah Sir. Kami sudah menyuruhnya untuk melakukannya."
"Bagus. Lalu bagaimana dengan keadaannya?"
"Mark sudah kecanduan dengan obat itu dan dia akan bertingkah seperti orang gila jika tidak diberikan obat itu Sir."
Sean menghentikan langkahnya dan menyeringai. "Lalu kemungkinan dia akan mati?"
"Kemungkinannya 89% Sir."
Sean terkekeh. "Kerja bagus. Aku ingin melihat keadaannya sekarang."
Marcos menunduk dan menunjukkan ruangan Mark yang ada didalam kamar nomer 234B. Sean dan Marcos masuk kedalam kamar itu dan melihat Mark sedang duduk meringkuk disebuah sofa. Keadaan mental Mark sudah berubah total dibandingkan dengan sebelumnya. Lelaki itu hanya akan berubah agresif jika diberikan atau diiming-imingi dengan obatnya. Dan itulah tujuan Sean, menggunakan Mark untuk membunuh Javier malam ini.
Marcos mengernyit karena earphone ditelinganya bersuara. "Sir, kami kehilangan Ms. Harrison." Lapor salah satu pengawal yang diperintahkan untuk mengawasi Sierra.
Marcos menegang dan memperhatikan Sean yang masih berdiri didepannya. Lelaki itu belum tahu kalau membawa Sierra justru akan menghancurkan rencananya. Marcos mendesah kasar membuat Sean menoleh dan menatapnya penuh tanda tanya.
"Kenapa?"