Ketika Gladys datang, Nadia, Lita dan Eva tengah mengobati lebam pada wajah Alin. Penampilan gadis itu sudah lebih baik dari sebelumnya. Alin melihat Gladys, langsung berjalan menghampiri lalu bersujud seperti terakhir kali. “Maafin aku Gladys. Aku emang jahat. Kamu udah baik banget sama aku. Selalu lindungan aku dari bullyan. Dan kamu adalah satu-satunya orang yang mau jadi temen aku. Dan balasan aku, aku justru ngehancurin hidup kamu.” Gladys meremas kencang tangan Satria di genggamannya. Gladys memejamkan mata sekilas, lalu sedikit membungkuk membantu Alin untuk berdiri. “Gue maafin lo.” Alin tersenyum tak percaya. “Kamu gak bohong ‘kan? Aku gak lagi mimpi kan?” “Gak. Lebih tepatnya, gue mau berusaha maafin lo. Lagian, semua itu udah jadi masa lalu. Meskipun yang hilang itu mustahi