Bab 9: Mama Tidak Akan Pergi Lagi Kan? 1

1755 Words
# Nyonya Ratri membantu Helena merapikan barang-barangnya. "Apa Axel mengizinkanmu tinggal bersama Mama dan Papa?" tanya Nyonya Ratri. "Iya dia memberikan ijin," jawab Helena santai. Nyonya Ratri tampak terdiam sejenak. Tentu saja tengah memikirkan tentang Zio. Ketika Helena mengusulkan untuk menjemput Zio dan membawanya tinggal bersama untuk beberapa hari sampai Axel datang tampaknya bukan ide bagus. Akan lebih baik kalau dia diam-diam meminta suaminya untuk menjemput Zio kemudian. Dia tidak ingin terlalu memaksa Helena. "Oh, tapi aku akan ke rumah dulu. Mama bisa menemaniku kan? Bagaimanapun, rasanya aneh datang ke tempat yang tidak aku ingat seorang diri," keluh Helena. Perkataan Helena membuat Nyonya Ratri tampak terkejut, tapi dia dengan cepat mengesampingkan pemikirannya. Helena mungkin hanya ingin tahu seperti apa rumah yang selama ini ditempati olehnya dan keluarga kecilnya. "Tentu saja. Kau pasti ingin tahu seperti apa rumahmu. Itu hal yg lumrah. Kau bisa sekalian bertemu dan menyapa Zio, dia pasti merindukanmu," ucap Nyonya Ratri. "Menyapa? Mama sebenarnya aku ingin membawa Zio. Tidak baik seorang anak tinggal seorang diri di saat kedua orang tuanya tidak berada di rumah. Kemarin-kemarin aku tidak bisa melakukannya karena aku masih dirawat di sini tapi sekarang setelah aku keluar, aku tidak bisa membiarkan anakku sendiri tinggal di rumah tanpa diriku dan Axel," ucap Helena. Nyonya Ratri menghentikan aktivitasnya dan menatap Helena sejenak. "Tentu! Tentu saja. Zio sudah lama tidak berkunjung ke rumah, dia pasti senang sekali," Kebahagiaan jelas terpancar dari wajah Nyonya Ratri. Ini namanya pucuk dicinta ulam pun tiba. Dengan begini tidak akan sulit untuk membuat Helena dekat dengan anak kandungnya sendiri. Mungkin saja, kecelakaan ini adalah berkat dari Tuhan, kesempatan agar keluarga kecil Helena bisa memulai lagi dari awal. Sebenarnya sudah lebih dari setengah tahun sebelum Helena kecelakaan, Helena melarang kedua orang tuanya untuk membawa Zio menginap atau bahkan mengunjungi Zio. Semuanya dimulai semenjak pertengkaran antara Helena dan Nyonya Ratri mengenai keinginan Helena untuk memasukkan Zio ke sekolah asmara segera setelah Zio menginjak bangku Sekolah Dasar nanti Tentu saja Axel sama sekali tidak mengetahui tentang pertengkaran itu. Kedua orang tua Helena juga sama sekali tidak mengatakan perbuatan Helena pada Axel karena mereka tidak ingin semakin memperparah hubungan antara Axel dan Helena yang mereka nilai sangat dingin satu sama lain. Kesibukan Axel yang sering bepergian keluar negeri atau keluar kota juga membuat keanehan mengenai absennya kedua orang tua Helena menemui Zio pada akhirnya luput dari perhatian Axel. Nyonya Ratri melangkah mendekati Helena dan menyentuh bahunya lembut. Ada berbagai perasaan yang membuncah di dalam dirinya sebagai seorang ibu dan juga sebagai seorang nenek. "Mama senang kau memutuskan untuk menginap di rumah selama beberapa hari bersama Zio sampai Axel kembali," ucap Nyonya Ratri. Helena membalas dengan senyuman yang sama. Dirinya sama sekali tidak menyadari kalau keputusan kecilnya akan membawa perubahan yang sangat besar dalam keluarganya dan sekaligus kebahagiaan yang tidak terhingga bagi kedua orang tuanya sendiri. # Zio sedang bermain bersama pengasuhnya saat dia mendengar suara Nenek dan Kakeknya di ruang tamu. Anak itu langsung melesat menuju ruang bawah dengan langkah kaki kecilnya. Tapi langkahnya melambat saat melihat Helena. Nyonya Ratri maju dan menyapa Zio yang sudah lebih dari setengah tahun tidak pernah dia temui. "Zio, Nenek datang. Mana pelukannya?" ucap Nyonya Ratri sambil merentangkan tangan. Dia sendiri sudah sangat merindukan cucu satu-satunya itu. Zio langsung berlari kencang dan masuk ke dalam pelukan Neneknya dengan senyum malu-malu. Pengasuh Zio menyusul dari belakang dan menyapa Helena dengan sikap hati-hati dan penuh hormat. "Nyonya, maaf. Saya ... sekarang akan segera membawa tuan kecil kembali ke atas." Dia tergagap begitu melihat Helena Pengasuh itu menunduk di depan Helena. Helena tersenyum. "Kau adalah?" tanya Helena. Dia tentu saja tidak ingat dengan semua orang di rumah itu karena amnesia yang di deritanya dan itu sangat mengganggu. Pengasuh itu tampak bingung untuk sejenak sebelum menjawab. "Errr, Nyonya sekali lagi maaf. Saya adalah pengasuh Tuan kecil yang baru. Anda sudah mempekerjakan saya sebelum kece ... maksud saya liburan Anda." Hampir saja pengasuh itu kelepasan padahal Axel sudah memberi perintah agar semua pekerja di rumahnya tidak pernah menyebutkan tentang kecelakaan Helena dan menggantinya dengan liburan. "Oh, begitu rupanya." Helena tersenyum kaku. Ini menjadi sangat canggung karena dia merasa sangat asing dengan segalanya yang ada di dalam rumah ini. Nyonya Ratri memahami kegelisahan putrinya saat ini. Memiliki keberanian untuk datang kesini saja sudah merupakan sebuah langkah besar bagi Helena. Jadi dia memutuskan untuk membantu putrinya. "Tolong siapkan pakaian ganti Zio. Sampai Axel kembali, Zio akan tinggal di kediamanku bersama dengan Mamanya," ucap Nyonya Ratri. Sejujurnya dia tidak asing lagi dengan pengasuh Zio yang baru karena semua pengasuh Zio selalu lebih akrab dengan Nyonya Ratri dibandingkan dengan Helena yang dingin dan tidak peduli pada putranya. Pengasuh itu menoleh sesaat ke arah Helena. "Aku akan membawa Zio menginap di rumah orang tuaku untuk beberapa hari," Helena menambahkan. "Baik Nyonya," jawab pengasuh itu akhirnya. Raut wajahnya terlihat lega karena tampaknya sang Nyonya sama sekali tidak terganggu atau tersinggung dengan kehadiran Zio di dekatnya dan Nyonya Ratri. Beberapa saat kemudian, pengasuh itu sudah berlalu ke lantai atas untuk mempersiapkan kebutuhan Zio Zio menatap Mamanya yang baru dia lihat lagi setelah hampir sebulan lamanya dengan penuh kerinduan yang terpancar jelas di wajahnya yang menggemaskan. Meski begitu dia tetap menempel pada Neneknya. Helena menarik napas panjang. Dia juga tidak mencoba untuk memanggil Zio. Tidak tahu mengapa, dia hanya merasa kalau Zio mungkin lebih kangen kepada neneknya daripada kepada dirinya yang jelas-jelas adalah ibu kandung anak itu. "Nah, Zio tidak kangen sama Mama?" tanya Nyonya Ratri. Zio menatap Helena untuk beberapa saat kemudian menunduk lagi. "Kangen," ucap anak itu. Nyonya Ratri menatap Helena. "Dia mirip denganmu bukan?" tanya Nyonya Ratri. Helena tersenyum kecil. Kini setelah melihatnya sendiri, Zio memang lebih seperti dirinya dalam versi mini dengan jenis kelamin berbeda. "Kurasa itu membuatnya terlihat imut. Dia beruntung," ucap Helena akhirnya. Untuk suatu alasan dia bangga dengan dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian pengasuh Zio sudah turun dengan menenteng sebuah tas kecil berisi keperluan Zio. "Semuanya ada di sini Nyonya,” ucapnya sambil dengan hati-hati dan sopan memberikan tas itu kepada Helena. Helena menerima tas kecil itu. "Terima kasih," ucap Helena. Pengasuh itu tampak tersentak untuk sesaat. Bagaimana tidak? Helena yang sebelumnya mereka kenal, tidak akan pernah mengucapkan terima kasih, terlebih pada mereka, para pembantu. "Sama-sama Nyonya." Nada suara pengasuh Zio itu malah terdengar semakin gugup. Helena menarik napas kecil. Entah kenapa sejak dia menginjakkan kaki di rumah ini, mulai dari penjaga yang membawa mereka masuk, pelayan yang membukakan pintu hingga pengasuh ini semuanya tampak sangat takut kepadanya. Dia memang tidak ingat bagaimana dirinya dulu. Tapi sekarang, ketika dia bahkan tidak mengingat apa pun tentang kehidupan masa lalunya, dia tidak mau repot-repot untuk bersikap jahat kepada siapa pun selama orang itu tidak mengganggunya lebih dulu dan menghormatinya dengan benar. Helena akhirnya memutuskan untuk menghubungi Axel dan memberitahu kalau dia akan membawa Zio untuk menginap di rumah kedua orang tuanya. "Sekarang aku akan membawa Zio juga untuk menginap di rumah Mama dan Papa. Apa kau keberatan?" Helena menekan tombol Send dan tidak berapa lama kemudian ponselnya berbunyi. Nama Axel tertera disana dan tidak butuh waktu lama bagi Helena untuk langsung menerimanya. "Halo Axel," ucapnya di telepon. Helena sama sekali tidak sadar kalau kalimatnya tanpa sengaja mengundang pandangan semua orang tertuju ke arahnya, baik para pembantu maupun pandangan Nyonya Ratri dan Zio. Empat tahun pernikahan pasangan ini dan tidak pernah sekalipun ada yang melihat atau mendengar pasangan ini saling menelepon secara langsung. "Kau pulang naik apa dari RS?" "Taksi. Kenapa?" Helena balas bertanya. "Biar sopir yang mengantar kalian ke rumah Mama dan Papa." Helena diam untuk sesaat. Dia hampir saja lupa dengan tujuannya semula. Bisa jadi Axel meneleponnya lebih dulu tanpa sempat membaca pesan yang dia kirim. "Aku akan membawa Zio menginap di rumah keluargaku. Apa kau keberatan?" tanya Helena, mengulang kembali pesan yang dia kirimkan sebelumnya. "Tentu tidak, dia anakmu juga. Lagi pula jarak ke sekolah Zio tidak seberapa jauh dari rumah keluargamu." Helena tersenyum. Axel memang seorang pria yang pengertian. Dia bisa menilai itu sejak pertama kali dia bertemu dengan suaminya itu begitu dia sadar dari koma. "SIM milikmu harus di urus lagi. Bersabarlah dengan menggunakan sopir kemana pun kau akan pergi sampai SIM milikmu selesai di urus." "Tidak masalah. Aku akan menunggu," ucap Helena. Satu lagi kenyataan yang baru dia sadar, yaitu dia bisa mengemudi. Karena Helena kehilangan ingatannya termasuk tentang bagaimana kecelakaannya bisa terjadi, dia sama sekali tidak menyadari sebelumnya kalau ternyata dia bisa mengemudi. Kenyataan ini membuat wajahnya terlihat lebih berseri-seri karena bahagia tanpa dia sadari. Sayangnya, orang-orang yang melihat hal itu termasuk Nyonya Ratri malah mengira kalau Helena terlihat bahagia karena Axel. Hanya Zio yang tampak sibuk dengan mainan rubik kayu di tangannya dan seakan mengabaikan Helena. "Baiklah. Aku akan menutup panggilan." "Ya. Jaga dirimu," ucap Helena. Hening sejenak sebelum suara Axel akhirnya terdengar. "Oke." Saat Helena menutup panggilan teleponnya, dia sedikit heran saat melihat semua orang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Untung saja, sebelum kecanggungan itu berlanjut lebih lama, seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh masuk ke ruang tamu memecah kesunyian canggung yang dirasakan Helena. "Nyonya, mobilnya sudah siap. Anda ingin berangkat sekarang?" Dan Helena mengangguk mengiyakan. # Axel menimbang-nimbang ponselnya sambil berpikir. Rudy, asistennya tampak sedang menelepon seseorang. "Pak, saya sudah menelepon sopir untuk mengantar Nyonya," ucap Rudy segera setelah dia menutup panggilannya. Sebenarnya sopir tersebut sebelumnya hanya ditugaskan untuk mengantar jemput Zio ke TK. Karena baik Helena dan Axel sama-sama lebih senang mengendarai mobil pribadi mereka sendiri. Sopir itu terdengar sedikit terkejut saat diberi tugas untuk menjadi sopir Helena sementara waktu. Tentu saja, reputasi Helena kurang begitu baik dimata para pembantu. Bukan karena mereka tidak tahan bekerja dengan Helena tapi dengan karakter Helena yang seperti itu, semua selalu ketakutan kalau Nyonya mereka tidak puas dan tiba-tiba memecat mereka. Axel mengangguk pelan setelah mendengar laporan Rudy. "Telepon Carla juga di Jakarta dan pastikan dia segera mengurus SIM Helena," perintah Axel. Rudy mengangguk. "Sudah saya lakukan Pak," ucap Rudy. Axel tersenyum puas. Mereka melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda untuk beberapa saat karena Axel menerima pesan singkat dari Helena. Tapi kemudian Axel berhenti dan mengerutkan dahinya dalam. Dia menatap Rudy dengan serius. "Rudy, menurutmu apa mungkin seseorang bisa berubah menjadi seperti orang lain karena amnesia? Atau apa mungkin kepribadian seseorang berubah karena amnesia?" tanya Axel tiba-tiba. Rudy tampak bingung untuk sesaat. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendapat pertanyaan yang sangat tiba-tiba dari bosnya seperti ini. "Saya tidak begitu paham Pak. Kalau Anda mau, saya bisa menelepon dokter kenalan saya?" tawar Rudy. Axel menggeleng pelan. "Tidak perlu. Lupakan saja." Axel mendesah pelan. Dia berusaha untuk tetap fokus memeriksa laporan di depannya. Kita lihat saja nanti. Axel membatin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD