Bagian 47 - Menyatukan Kayu Ash dan Oak

1083 Words
Anakes duduk bersama mereka bertiga. Disampingnya, ada sebuah kelereng merah yang diletakkan berdekatan dengan pipa yang dipotong setengah. Ia menyentil kelereng tersebut hingga jatuh ke pipa dan kelereng tersebut menabrak sebuah saklar, lalu saklar tersebut menaikkan sebuah batu yang menggelinding yang akan menabrak sebuah botol besar berisi pasir. Lalu sebuah mesin bekerja, seperti sebuah juicer. Suara bising terdengar hingga mereka harus menutup telinga. “Apa yang terjadi?” Tanya Bia. “Apa akan terjadi sebuah ledakan!” Kata Kokytos sambil menutup telinganya.  Hebe hanya berteriak saat suara keras muncul dari mesin tersebut. Mereka memperhatikan Anakes, yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seperti mainan anjing di dashboard mobil sambil tersenyum manis. Lalu, mesin tersebut berhenti dan semua bel tanda selesai berbunyi. Anakes berdiri dari tempatnya dan pergi ke dapur. Sewaktu balik, ia membawa kan tiga gelas anggur untuk mereka. Mereka kagum dengan suguhannya. Saat mencicipi anggur tersebut, mereka tak berhenti memuji. Itu sangat enak. Mereka mencicipinya sedikit, lalu mengecapnya, menyebarkannya di seluruh lidah. “Lezat!” Kata mereka serentak setelah menyeruput minuman tersebut. “Aku melayang-layang saat meminumnya!” Kata Hebe.  “Itu adalah mesin pembuat minuman anggur. Kalian tidak akan mendapatkan kelezatan seperti yang ku buat ini, dimana-mana. Itu dikarenakan anggur yang kalian minum sudah berada di mesin perasan itu selama lebih dari triliunan waktu. Ini adalah penyambutan kedatangan ku kepada Kokytos.” Kata Anakes dengan senang. Mereka melihat bentuk tubuh Anakes. Mereka percaya bahwa umur dari minuman itu sudah sangat lama. “Apa yang membawa kalian kesini? Apakah ada yang penting?” “Kami ingin menyatukan kedua kayu ini. Kami butuh palu besarmu!” Kata Kokytos menunjukkan bawaan di kantong yang dibawa oleh Bia. “Wah, ini kayu yang luar biasa!” Kata Anakes. Kokytos membusungkan d**a. Ia merasa berjasa karena telah menemukan kayu indah itu. Ia menatap Bia dan menaikkan alis kanannya.  “Kau mau menyatukan kedua kayu ini?” Tanya Anakes yang kebingungan setelah melihat kedua benda itu yang diletakkan di atas mejanya. “Benar. Itu tidaklah sulit.” Kata Kokytos. “Menggabungkan besi adalah dengan meleburnya. Tapi, tidak untuk kayu. Kayu tidak bisa dicampur!” Kata Anakes yang memberitahukan kebenarannya. “Tidak ada yang tidak mungkin!” Kata Kokytos membuat ragu Anakes. “Siapa yang akan melakukannya?” Tanya Anakes melihat mereka bertiga dari mata ke mata. “Aku!”  “Dia!” Mereka menunjuk Kokytos. “Wow, itu sesuatu yang mustahil! Tentu kalian bisa memakai alatku!” Kata Anakes memberikan izin. “Apakah kalian akan melakukannya sekarang?” Tanyanya lagi.  “Ya, kami akan melakukannya sekarang. Untuk membuat kedua kayu ini menyatu, cukup lama..” Kata Kokytos. “Baiklah,” Kata Anakes yang berdiri dari singgah sananya, membawa mereka ke belakang rumahnya, lalu menuju ruang bawah tanah dan memperlihatkan koleksi palunya. Di dinding yang tebal mereka melihat palu-palu besar yang berderet dari yang kecil hingga yang sangat besar yang tidak pernah mereka lihat. Bia menunjuk palu terbesar dan berbicara kepada Kokytos. “Mace yang akan ku buat sedikit lebih besar dari itu, tetapi tidak seberat itu!” Kata Bia. “Sebaiknya kita langsung saja membentuk gagangnya, agar langsung selesai. Jika kita tidak membentuknya, keadaan di dalam nanti bisa kopong karena terlalu lama dibentuk. Tapi, dengan membentuknya sekarang, kerapatannya bisa kita pastikan dan lebih rapi juga!” Kata Kokytos kepada Bia.  Ia setuju dengan usul Kokytos. Mereka mulai bersiap-siap. Kokytos menyuruh Hebe untuk membantu mereka. Ia membuat persiapan alat dan juga benda-benda yang diperlukan selama penyatuan kedua kayu tersebut. Sebuah lumpang besar didorong oleh Hebe dan Bia ke depan Kokytos. Mereka mengambilnya dari tempat penyimpanan batang Anakes. Benda itu sangat besar dan juga berat. Mereka mengerahkan seluruh tenaga agar bisa sampai di depan Kokytos.  “Ada lagi?” Tanya Hebe. “Kita hanya butuh tiga benda utama saja. Yang pertama adalah lumpang, kedua palu dan ketiga cetakan. Bia mengambil gambar rancangan Mace-nya. Ia mengukur dengan detail lalu membentuk lumpang serta gambarannya. Ia memberikan ukuran itu kepada Anakes. Ia juga memberikan bentuk contoh gambar untuk gagang Mace-nya. Bia mencoba membuat cetakan, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Akhirnya Anakes membantunya membuat cetakan untuk membentuk gagang tersebut. Ia membuatnya dari besi yang sangat kuat dan tebal. Ia memberikan cetakan itu setelah selesai dibuat.  Hebe menata semua bahan-bahan dan alat-alat tersebut agar mudah diambil. Kokytos mulai melakukannya lagi. Ia merebus Bia di panci yang sangat besar untuk mengambil keringat Bia. Selain penggunaan darah sebagai materai, penggunaan keringat juga sangat kuat tak kalah dari perjanjian darah. Mereka menggunakan keringat sebagai perjanjian agar bisa dipakai oleh orang lain. Sedangkan perjanjian darah, tidak bisa dipakai oleh orang lain. Harus orang yang berada dalam darah tersebut yang bisa menggunakannya. Maka Kokytos memutuskan untuk memakai perjanjian keringat yang diambil dari Bia. Setelah beberapa waktu, Hebe mematikan api rebusan. Kokytos mengatakan kepadanya, bahwa Bia bisa keluar setelah air di dalam panci berwarna keruh. Setelah melakukannya, Bia menjadi sedikit putih dari kemarin. Ia keluar dari panci tersebut dan memakai pakaiannya. Hebe mengangkat panci tersebut, mengekstrak keringat Bia dan meletakkannya di baskom. Ia berdoa membaca mantra hingga ruangan dipenuhi dengan asap yang sangat tebal. Air dan keringat yang ada di mangkuk terpisah.  Kokytos menumbuk kayu tersebut dengan palu yang besar di atas sebuah lumpang. Ia mencampur kedua kayu Oak dan Ash dan menumbuk nya hingga sangat halus. Ia mengeluarkan hasil tumbukannya dan mencampurnya dengan keringat Bia. Warna dari serbuk kayu itu berubah kecoklatan. Ia meletakkan itu di cetakan yang telah dibuat oleh Anakes. Ia membiarkannya selama beberapa waktu. Setelah itu, ia menyimpannya di ruang bawah tanah Anakes hingga cetakan besi itu terbelah dua, menandakan kedua kayu itu sudah menyatu.  “Apa itu bisa menyatu?” Tanya Anakes. Kokytos menjelaskannya. “Kayu Ash dan Kayu Oak memiliki kehidupan yang abadi. Saat mengeluarkannya dari dalam batang kayunya, kehidupan itu sirna. Ia tidak bisa bertumbuh dan berkembang layaknya pohon. Tetapi, dengan mencampurkan keringat atau darah seperti sebuah pohon yang membutuhkan air, kedua kayu itu akan hidup dan pasti menyatu. Itulah yang membuat kedua kayu itu bisa menyatu!” Kata Kokytos kepada Anakes. “Itu teknik yang bagus! Aku baru tahu ada metode seperti itu. Kamu memang diberkati dengan bakatmu!” Kata Anakes. Bia langsung masuk ke dalam topik percakapan itu. “Dia memang berbakat, tapi ia tidak menggunakannya dengan baik!” Kata Bia.  “Kau bisa belajar lagi. Bakat itu sangat pantas untuk dikembangkan! Ibumu pasti senang dengan bakat itu. Aku sangat merindukannya. Semenjak ibumu masuk ke dalam sumur kebinasaan, aku tak pernah lagi pergi mengunjungi keluarga kalian.” Kata Anakes. “Sebenarnya, aku tidak terlalu mengenal anda, tuan Anakes. Siapa sebenarnya anda?” Tanya Kokytos.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD