Bagian 48 - Kokytos Terluka

1161 Words
Anakes menatap tajam Kokytos. Bia dan Hebe juga penasaran dengan hubungan mereka berdua. Mereka duduk santai, dan Kokytos mengangkat kakinya. Ia melihat Anakes menunggu jawaban. Ia berharap itu bukanlah mimpi.  “Aku adalah sepupu dari Despion. Dulunya aku tinggal di surga bagian pertama, tapi setelah kematian Despion, aku pindah dan menyendiri di daerah perbatasan ini. Cukup menyedihkan semua tiba-tiba terjadi.” Kata Anakes dengan sedih.  “Aku tidak pernah melihat anda!” Kata Kokytos. “Aku mengenalmu, tidak mungkin kau tidak mengenalku! Kau hanya lupa saja!” Kata Anakes. Hebe dan Bia saling menatap. Dalam hati mereka berdua, bagaimana mungkin Kokytos lupa dengan apa yang dilihatnya? Itu tidak mungkin. Ingatan mereka sempurna. Tidak mungkin bisa melupakan hal-hal seperti itu. “Aku tidak ingat sama sekali! Aku rasa aku yang salah!” Kata Kokytos mengalah.  Mereka pun tinggal di tempat Anakes. Mereka menunggu hingga kayu tersebut menyatu.  Bia dan Kokytos berjalan-jalan keluar dari rumah Anakes. Mereka ingin melihat sekeliling daerah itu. Disana tak setandus surga bagian ke tujuh. Cukup banyak tanaman disana. Bia bertanya karena penasaran. “Kenapa kau tidak mengenali Anakes?” Tanya Bia. “Kau benar, ia seorang pandai besi, dan aku tidak mengenalnya. Aku tidak tahu bahwa dia bagian dari keluarga kami!” Kata Kokytos.  “Seharusnya kau bertanya pada saudara-saudaramu yang lain apa mereka mengenal Anakes.” Kata Bia. “Aku cukup bingung dibuatnya.” “Apa mungkin dia berbohong?” Tanya Bia.  “Tidak mungkin itu terjadi! Dia tidak mungkin berbohong!” Kata Kokytos.  Mereka kembali dari rumah dan memastikan apakah kayu tersebut sudah terlepas dari cetakan besinya. Saat melihat ke ruang bawah tanah, mereka melihat Anakes berada di sana memandangi alat tersebut. Bia dan Kokytos mendapatinya disana.  “Tampaknya anda sangat penasaran!” Kata Bia.  “Tentu aku penasaran. Ini sesuatu yang hebat bagi pemilih bahan sepertiku. Selama ini aku bekerja sebagai seorang pandai besi yang merasa besi adalah benda paling kuat yang cocok dalam pembuatan s*****a! Aku baru melihat ada bahan seperti ini!” Kata Anakes. Bia mengangguk. Tapi, ia tidak bisa berpikir positif. Ia merasa Anakes akan mencuri ide mereka dengan membuat s*****a yang hampir mirip. “Apakah anda akan ikut dalam pertandingan pembuatan s*****a?” Tanya Kokytos. “Ohh.. tidak.. tidak.. aku tidak mengikuti kontes seperti itu dan aku juga tidak pandai membuat s*****a. Aku hanya pencari bahan s*****a!” Kata Anakes.  Mereka mendengar suara dari cetakan besi tersebut. Bagian tengah besi mulai terbelah sedikit demi sedikit. Mereka melihat dengan heran. Kokytos tak tahu bahwa suara dari retakannya bisa sekuat itu. Ia melihat dari dekat, menjulurkan kepalanya. Sedangkan Bia dan Anakes semakin menjauh.  BOOOMM!! Cetakan besi yang dipakai untuk mencetak gagang Mace Bia meledak. Mereka bertiga tercampak. Ledakannya cukup dahsyat. Ruangan dipenuhi asap dan tembok bagian kanan ruangan bawah tanah sedikit retak. Barang-barang yang ada disana berjatuhan dan beberapa rusak. Gelas-gelas pecah berhamburan.  Bia, Anakes dan Kokytos tercampak menghantam tembok. Punggung mereka terasa sakit. Mereka mencoba berdiri dan mengusir asap yang menabrak wajah mereka.  “Apakah kau tahu ini akan terjadi?” Tanya Bia kepada Kokytos. Ia berupaya melihat Kokytos tetapi asap masih menghalangi pandangannya.  “Aku tidak tahu!” Katanya seperti orang yang kesakitan. Ternyata bagian besi yang meledak, lengket di d**a Kokytos. Ia berusaha melepasnya. Bia dan Anakes langsung panik dan membantunya. “Kau terluka!” Kata Anakes.  Hebe datang dengan teriakan dan melihat apa yang terjadi di ruang bawah tanah.  “Apa yang terjadi dengan kalian?” Tanya Hebe yang melihat Bia dan Anakes mencoba membawa Kokytos keluar.  “Dia berdarah!” Kata Hebe. Ia menyingkir dari jalan agar mereka bisa membawa Kokytos keluar dari sana. Mereka membaringkan Kokytos dan melihat lukanya.  “Cukup dalam!” Kata Hebe yang sedang membersihkannya. “Dia terlalu dekat melihat. Padahal kami berdua sudah mulai mundur!” Kata Bia yang mengomentari kelakuan Kokytos.  “Aku tidak tahu bahwa ledakan yang dihasilkan akan sedahsyat itu!” Kata Kokytos sambil merintih kesakitan karena lukanya sedang dibersihkan oleh Hebe. “Untunglah bangunan ini tidak runtuh. Aku hanya memiliki bangunan ini. Jika runtuh, maka akan sangat sulit untuk membangunnya lagi. Aku membangun rumah yang tidak terlalu cantik ini, sudah miliaran waktu. Jika harus membangun lagi, rasanya aku membutuhkan bantuan orang lain!” Kata Anakes yang tampak sedih. “Kami tidak tahu akan seperti ini. Kalau tau ada ledakannya, mending ditaruh di luar saja kemarin!” Kata Bia. “Aku tidak menyalahkan kalian! Itu hanya teringatnya saja. Perasaan sesaat.” Kata Anakes. Mereka melihat Hebe yang mencoba membersihkan luka. Tapi, Anakes tidak memiliki obat untuk lukanya. Hebe mencoba memastikan nya dengan Anakes. “Apakah tuan tidak memiliki obat untuk luka?” Tanya Hebe kepada Anakes. Anakes tidak memiliki obat di rumahnya. Untuk obat-obatan seperti itu sangatlah jarang penghuni surga menyimpannya. Mereka tidak pernah berpikir untuk menyimpan hal-hal seperti itu dirumah karena mereka memiliki keabadian. Kokytos tidak akan mati karena luka tersebut. Tetapi, penggunaan obat akan mempercepat kesembuhannya. Mereka juga tidak ingin lama-lama menumpang di rumah Anakes.  “Dimana kita bisa mencarinya obat untuknya?” Tanya Bia. “Aku tidak tahu. Tapi, obat yang diperlukan adalah obat nyeri penyihir. Obat tersebut adalah tumbuhan kecil berwarna ungu dengan bentuk seperti terompet sangkakala. Sangat sulit untuk mencarinya!” Kaa Hebe. Hanya itu yang diketahuinya. “Jika tidak menggunakan itu, apa kita akan lama disini?” “Ya, sangat lama. Sebentar lagi Kokytos akan melemah. Ia butuh waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Agar kita bisa melanjutkan perjalanan, sebaiknya kita mencari tumbuhan obat itu!” Kata Hebe. Bia berdiskusi dengan Anakes. “Apakah anda tahu dimana itu berada?” “Aku kurang yakin. Tapi, Persefon mungkin tahu. Ia tinggal di surga bagian ke tiga. Ia sangat senang berada di hutan. Mungkin dia bisa membantu kita!” Kata Anakes. “Tapi, itu sangat jauh!” Kata Hebe. “Tak ada cara lain!” Kata Anakes membantah Hebe. “Apa tidak ada tempat lain yang bisa didatangi di sekitar ini?” Tanya Bia kepada Anakes. “Tidak ada. Tumbuhan yang paling subur hanya ada di wilayah surga bagian ke tiga. Tidak ada tumbuhan lain di surga bagian lain. Kebanyakan sedikit dan lebih banyak digunakan untuk pembuatan senjata.” Jelas Anakes. “Aku akan pergi mencarinya. Apakah itu masih sempat?” Tanya Bia kepada Hebe. “Masih jika tidak terlalu lama hingga Kokytos sembuh sendiri. Jika terlalu lama nantinya, maka tumbuhan itu tidak akan berguna!” Kata Hebe kepada Bia. Bia bingung untuk memastikan apakah pencariannya itu bisa dilakukannya dengan cepat. Ia mencoba menghitung-hitung berapa lama ia akan sampai di sana. “Dimana aku bisa mencari Persefon?” Tanya Bia memastikan Ia membutuhkan keterangan pasti agar bisa memperkirakan kedatangannya. Ia bertanya pada Anakes yang hanya menatap Kokytos. “Biasanya ia berada di dalam gunung subur!” Kata Anakes. “Itu berarti aku bisa sampai dalam waktu tiga pekan. Apakah itu masih waktu yang singkat?” Kata Bia memelototkan matanya besar-besar kepada Hebe. “Itu waktu yang cukup singkat. Jika terlambat, kita harus menunggu hingga seribu tahun. Pastikan kalian akan kembali setelah mendapatkan bunga itu!” Kata Hebe.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD