Bagian 27 - Pertandingan Kirk dan Muses

1209 Words
Kirk, Muses, Paeon, Motton, dan Panakea berdiri di depan mereka bertiga. Matton bingung, apakah akan mencampur adukkan mereka dalam pertandingan sekaligus, atau satu-satu. Ia melihat Porus. “Apakah kau mau menguji mereka?” Porus menolaknya. “Aku sudah lama tidak bertarung. Aku rasa tidak untuk saat ini. Aku sudah terbiasa menjadi juri.” “Aku rasa kita semua tidak bisa menjadi lawan mereka. Aku akan bagi mereka saja menjadi dua. Lalu mereka akan melakukan pertandingan secara bergantian. Aku memilih Kirk dan Muses lebih dulu untuk bertanding. Karena kalian ahli di bidang kekuatan tubuh, aku memilih kalian menggunakan meriam. Ada lima jenis meriam yang bisa kalian pilih. Meriam yang pertama adalah meriam yang bisa ditempatkan di pudak kalian. Meriam yang kedua adalah meriam yang ditempatkan di punggung kalian, ini lebih besar dan berat. Lalu meriam sorong, meriam yang disangkutkan di d**a kalian, dan yang terakhir meriam kecil yang diletakkan di tangan. Meriam ini akan dilekatkan di kedua tangan kalian.” Kirk memilih meriam kecil yang bisa direkatkan di tangan. Sedangkan Muses memilih meriam yang ditempatkan di punggung. Meriam ini sangat besar. Diameternya tembakannya ada dua meter. Ia harus membawa meriam ini di punggungnya dan itu sangat berat.  Pertandingan dimulai. Kirk dan Muses masuk ke dalam arena. Mereka mengambil posisi dan terompet pertandingan berbunyi. Kemampuan dari kelima murid Erebus ini adalah kekuatan ototnya yang melebihi rata-rata penghuni Surga. Sehingga mereka bisa menggunakan s*****a yang sangat berat tetapi bisa mengangkatnya seperti s*****a biasa. Meriam yang dipakai oleh Kirk memang tampak kecil. Tapi beratnya bisa seberat satu gedung teater. Sedangkan meriam Muses pasti berkali-kali lebih berat. Mereka mengangkat meriam itu seperti mengangkat segelas cangkir plastik kosong tak berisi. Kirk siap untuk menyerang, begitupun Muses. Kirk mengarahkan tangan kirinya. Ia mencoba melihat sebesar apa kekuatan s*****a tersebut. Mereka tidak perlu saling berdekatan. Mereka cukup mengeker lawan dan peluru yang akan menghantamnya.  Muses berlari menghindari serangan Kirk. Saat sudah bisa menghindar, Muses menunduk dan menembakkan peluru besarnya. Peluru itu sangat besar, berdiameter satu meter. Ia menundukkan diri lalu mengeker keberadaan Kirk. Ia dalam bahaya. Ia terancam dengan serangan yang kuat dan lebar. Kirk mencoba menghentikan serangan tersebut. Ia berlari sambil menembakkan senjatanya, menggonta-ganti mengeluarkan peluru dari meriam di tangan kanan dan kirinya. Tapi, itu tidak berguna sama sekali. Peluru kecil dari Kirk tak mempan baginya. Peluru Muses keluar dan tidak mengenai Kirk. Tapi, ledakan yang ditimbulkan membuat Kirk tercampak dengan mudah. s*****a tersebut sangat dahsyat. Bukan berarti s*****a milik Kirk tidak spesial. Ia mengubah mode peluru yang ditembakkan. Kini peluru meriam Kirk tidak lagi melemparkan peluru bola yang kecil. Ia mencobanya, dan mengeker Muses. Peluru tersebut keluar dari tangan kanan dan kirinya, tapi setelah keluar, layaknya balon yang ditiup, peluru bola meriam menjadi besar, tiga kali lipat dari yang pertama. Peluru yang keluar tidak bisa ditembakkan dengan cepat karena harus menunggu hingga cukup besar. Dua bola meriam yang besar harus nya sudah cukup untuk mengakhiri pertandingan.  Muses tidak mau kalah telak. Ia mengeker ke arah meriam Kirk berada. Ia membungkuk dan menembakkan cannonball miliknya. Ia memiliki kesempatan untuk menggunakan meriamnya karena meriam Kirk tak bisa menembak dengan cepat.  Dua peluru meriam Kirk keluar begitupun satu milik Muses. Kemudian kedua peluru tersebut bertemu menghantam satu sama lain. Angin hantaman peluru tersebut menyebar keseluruh arena hingga sampai menerjang Matton, Porus dan Aporia. Mereka hanya berkata, ‘wow’. Hantaman peluru Kirk tak sampai disitu. Peluru besarnya masih utuh dan menelan peluru milik Muses, hingga peluru itu menghantam dirinya dan senjatanya. “Ini sudah seperti pertandingan beneran!” Kata Porus.  “Mereka sangat kuat!” Kata Aporia. Muses berdiri. Ia mengaktifkan mode lain dari meriamnya. Kali ini meriam yang di punggungnya tidak perlu ditembakkan sambil membungkuk. Ia bisa menembak sambil berdiri. Ia hanya perlu memastikan posisi tubuhnya sejajar dengan musuh saja. Kali ini peluru yang ditembakkan pun tak cuma satu, melainkan sepuluh peluru meriam. Dalam hitungan detik dari ia bangun, bahkan Kirk belum mengedipkan mata, meriam Muses sudah beroperasi. Ia menembakkan meriam tersebut berkali-kali. Kirk mencoba menghindar dari hantaman meriam besar. Tapi, ia tidak memiliki tempat lagi karena peluru meriam yang ditembakkan tidak hanya satu. Sepuluh peluru melayang di atas kepalanya. Ledakan besar pun bermunculan. Tak ada pengampunan bagi Kirk. Ia mencoba menyelamatkan diri. Ia menembak peluru-peluru raksasa Muses berkali-kali. Ia tidak menggunakan peluru balon yang sebelumnya lebih lambat keluar. Ia menggunakan peluru biasa yang lebih cepat tapi kecil. Peluru meriam yang ditembakkan Kirk sedikit mengurangi dampak hantaman pada dirinya.  Kirk kembali melakukan serangan. Ia menembakkan peluru kecilnya berkali-kali pada Muses, lalu mengkombinasikannya dengan peluru balonya. Peluru tersebut mengembang selama peluru kecil mengalihkan perhatian Muses.  Muses berlari lalu berbalik melindungi dirinya dengan menjadikan meriam raksasa yang ada di punggungnya sebagai tameng. Lalu ia berdiri di depan Kirk, dan menembakkan peluru meriam raksasanya. Peluru itu melesat ke atas dan jatuh di atas kepalanya. Kirk masih bisa bangun. Ia menembakkan lagi pelurunya ke arah Muses. Kali ini ia tidak ragu lagi, hingga kedua bola meriam raksasanya yang mengembang menghantam Muses hingga ke dinding arena. Ia tercampak dengan kuat dan merobohkan dinding arena.  Matton berdiri, lalu ia memukul kedua tangannya dengan keras. “Cukup.. cukup.. cukup… jangan dilanjutkan lagi! Pertandingan ini sudah membuktikan betapa kuatnya kalian. Kita langsung ganti saja dengan yang selanjutnya!” Kata Matton sambil berjalan ke arena agar mereka bisa mendengar apa yang dikatakannya.  Kirk dan Muses melihat Matton dengan bingung. “Belum ada hasilnya!” Kata Kirk komplain. “Kami belum siap bertanding,” kata Muses yang mencoba berdiri. “Ini bukan soal kalah menang, melainkan ini hanya uji tes cara penggunaan s*****a kalian!” Kata Matton lagi, sambil menggoyangkan jarinya memanggil dua orang lainnya murid Erebus.  Ia melihat Paeon dan Motton masuk ke arena, sedangkan Kirk dan Muses keluar. Ia kembali ke tempat duduknya bersama dengan Porus dan Aporia. “Mengapa kau hentikan pertandingan itu? Padahal tadi bagus sekali! Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan senjatanya!” Kata Porus.  Matton menatap tajam Porus. “Kau lihat apa yang mereka perbuat dengan arena! Mereka tidak ragu-ragu memaksimalkan s*****a yang mereka gunakan! Ini sudah cukup membuktikan kekuatan mereka! Aku tidak ingin menambah kerusakan lain di arena ini!” Kata Matton memberi alasan yang masuk akal. Saat mereka sedang berbicara, Erebus mengejutkan mereka dari belakang. “Bagaimana?” Katanya kepada Matton dengan senyuman. “Kau datang!” kata Aporia melihat ke atas kepalanya. Erebus memegang pundak Aporia.  “Kau… lihat? Apa yang diperbuat muridmu pada arena ini!” Komplain Matton kepada Erebus. Ia menunjuk pada dinding yang hancur akibat pertarungan.  “Mereka murid yang hebat bukan?” Kata Erebus. Ia sebenarnya juga kaget karena arena milik Matton hancur dibuat oleh muridnya. “Mereka memang sedikit keterlaluan!” Ucap Erebus lagi dengan pelan. “Seperti yang kubilang! Dia datang setelah aku tahu kehebatan muridnya. Dengan begitu aku tidak akan marah karena ia mengirimkan hingga lima murid sekaligus.” Kata Matton kesal melihat ke arena. Ia tidak ingin melihat wajah Erebus. Jika ia melihatnya lebih lama, rasa kekesalannya bisa semakin bertambah. Erebus duduk bersama mereka di samping Porus. “Aku hanya melakukan kewajibanku. Jika aku datang karena panggilan dari Aporia, pasti kau sudah membuang tiga dari antara mereka sebelum melihat kekuatan yang mereka miliki! Aku ingin melihat kelanjutannya!” Kata Erebus kepada Matton.  Porus yang berada di sebelahnya berkata kepada Erebus. “Mereka memang sangat berbakat!” Ucap Porus kepada Erebus. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD