Bagian 34 - Opera di Mulai

1185 Words
Gedung opera selesai dibangun. Semua tamu undangan sudah mulai menyusun rencana untuk datang. Ternyata cukup banyak yang tahu tentang acara tersebut dan mau melihatnya. Surga bagian ketiga mulai dipenuhi oleh penghuni surga di semua bagian. Sebelum opera dimulai, mereka sengaja datang lebih cepat agar bisa berkeliling melihat bagian surga tersebut. Pasar, toko, tempat makan, semua penuh dengan pendatang.  Keluarga Hekate dan Kerberos menginap di tempat yang disediakan oleh Dewa Olimpus. Mereka tampak senang dengan ruangan tempat mereka tidur - indah dan wangi. Mereka seperti sedang hidup di dunia baru yang tidak ada dimanapun di belahan surga. Di hari -H opera akan mulai, mereka dengan totalitas bersiap-siap dan datang ke acara itu. Mereka datang dengan dandanan yang begitu mewah.  Dewa Olimpus menyiapkan tempat bagi tamu-tamu kehormatannya. Ada tempat khusus bagi mereka yang menjadi tamu penting Dewa Olimpus. Ia menempatkan mereka di bagian tengah kursi penonton dengan tempat yang lebih baik untuk melihat dan mendengar suara pemain. Tempat itu yang paling tepat. Jika terlalu depan, maka kepala mereka akan mendongak ke atas. Jika di belakang, maka suara akan lebih kecil dan banyak penyimpang perhatian.  Di sana, Dewa Olimpus mengenalkannya kepada tamu undangan istimewa lainnya. Ia memanggil Aidos dan Eirene untuk memperkenalkan mereka kepada Doris.  “Dia adalah Dewa Y!” Kata Dewa Olimpus.  “Benarkah?” Kata Eirene. Ia menyalam Doris. “Kau begitu cantik!” Pujinya. Aidos juga menyalam Doris.  “Ia akan melakukan penampilan pembukaan. Ia sangat ahli dalam bidang alat musik!” Kata Dewa Olimpus.  Aidos dan Eirene mengangguk mendengar penjelasan itu. Di sebelah Doris ada Adefagia. Ia juga memperkenalkannya. “Ini Adefagia! Dia adalah guru yang bertanggung jawab dalam pelatihan dari semua pemeran disini!” Kata Dewa Olimpus.  “Wow! Anda punya peran yang sangat penting disini! Saya tidak sabar melihatnya!” Kata Aidos.  “Tentu! Saya bisa pastikan, bahwa pertunjukan ini akan selalu terngiang-ngiang di kepala anda!” Kata Adefagia sambil membungkukkan diri. Aidos berkata, “Aku bisa melihat itu!” Istrinya juga menanggapi. “Kami tidak sabar melihatnya!” Kata Eirene. Dewa Olimpus memperkenalkan mereka kepada Fanes. Ia memiliki gelar Dewa S.  “Kenalkan dia Fanes, dewa S!” Kata Olimpus kepada Aidos dan Eirene. “Hai! Tapi, apa itu Dewa S? Aku baru mendengarnya!” Tanya Aidos kepada Dewa Olimpus. “Dewa S adalah julukan bagi pencipta Binatang!” “Wah, kami baru tahu!” Kata Eirene dengan penyesalan. “Dia tinggal di daerah yang sama dengan kalian. Sebentar lagi dia pasti membuat perubahan besar di daerah kalian. Sebentar lagi pasti surga bagian ke enam akan terkenal!” Kata Dewa Olimpus. “Dia tinggal di surga bagian ke enam?” Aidos tampak terkejut. “Kami tidak tahu itu! Kita tetangga berarti!” Kata Eirene dengan senang. “Kita akan atur untuk bisa bertemu nanti. Salam kenal!” Kata Fanes.  Setelah Dewa Olimpus selesai memperkenalkan seluruh tamu istimewanya, mereka duduk kembali, karena sebentar lagi pentas akan dimulai. Musik pengiring mulai dimainkan.  Kerberos dan Hekate duduk di bagian tamu istimewa. Saat mereka sibuk melihat kedepan, ada tiga orang yang mengarah ke tempat mereka.  “Itu Erebus!” Kata Kerberos kepada Hekate. Hekate juga melihatnya. Ia memanggil mereka. Kerberos langsung menurunkan tangan Hekate. “Mengapa kau memanggil mereka?” Katanya kesal. “Mereka juga mau menonton. Kita bisa duduk bersama dengan mereka!” Kata Hekate polos.  Kerberos menahan kekesalannya. Ia tidak bisa berkata lagi, karena ternyata Amfiaraus, Empusa dan Erebus melihat mereka. Mereka dengan senang melihat kedua temannya itu duduk di tempat yang sangat nyaman.  “Aku tidak menyangka kalian kesini juga!” kata Erebus dan duduk disebelah Hekate. Lalu ia menyapa Kerberos, tapi ia membalasnya dengan ala kadarnya tanpa senyuman. “Apa yang kali ini kalian lakukan?” Tanya Hekate kepada Erebus dan yang lainnya. “Kalian bisa duduk disini!” Kata Empusa kepada Hekate. “Kami ingin melihat pertunjukan tentunya!” Jawab Erebus kepada Hekate. “Kalian kenapa bisa di tempat ini?” Tanya Amfiaraus kepada Hekate yang paling jauh darinya.  “Keluarga kami diundang langsung oleh Dewa Olimpus untuk datang di pertunjukan yang dibuatnya!” Kata Hekate. “Wow, itu bagus!” Kata Erebus. “Kalian ingin melihat hobby lain selain penguji s*****a kah? Adakah yang ingin untuk mengganti profesi mereka?” Tanya Hekate kepada mereka bertiga. “Aku akan pikirkan itu nanti!” Kata Amfiaraus. Erebus diam saja. Ia tersenyum dan tidak tahu mau jawab apa. “Kami diajak Erebus! Bukan mau mengganti profesi kami!” Kata Empusa serius kepada Hekate. Hekate tersenyum melihat reaksi mereka.  “Aku baru tahu bahwa ada opera di surga!” Kata Erebus. “Aku juga baru mendengarnya. Kalau tidak diundang, aku juga tidak tahu. Tapi, katanya ini sudah lama ada meski tak selama penguji s*****a. Tidak banyak yang begitu tertarik karena sulit untuk mendapatkan perannya!” Kata Hekate menjelaskan. “Kenapa kau diam saja!” Kata Erebus menyentuh tangan Kerberos. “Aku? Tidak!” Katanya menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya. Pertunjukkan dimulai. Di tengah-tengah panggung ada harpa besar dan tempat duduk. Doris masuk ke pentas dengan pakaian indah dan permata yang melingkari tubuhnya bercahaya saat terkena lampu dari panggung. Ia berdiri dan memberikan hormat kepada penonton. Semua penonton bertepuk tangan melihat kedatangannya. Saat tidak ada tepuk tangan lagi, ia duduk di tempatnya dan memainkan harpanya.  “Aku baru pertama kali melihat alat seperti itu! Apakah itu s*****a!” Kata Amfiaraus kepada Empusa yang paling dekat dengannya. Empusa melihat Amfiaraus dengan sinis. “Kalau itu s*****a, pasti yang pertama kali terkena adalah kau!” Katanya kesal. Ia hanya berpikir bahwa Amfiaraus terlalu bodoh. Pakaian indah yang dikenakan Doris seharusnya sudah menunjukkan bahwa ia tidak akan bertanding.  Hekate berbisik kepada Erebus. “Dia adalah Doris. Generasi Dewa Y!” Katanya memperkenalkannya. “Oh.. sedangkan kalian Dewa X ya!” Katanya.  “Benar!” Doris mulai memainkan harpanya. Itu mengalun dengan sangat indah sekali. Wajah Doris bersinar saat ia memainkan harpanya. Ia menutup matanya saat memainkannya dan tubuhnya bergerak dengan indah sesuai dengan alunan musiknya. Semua orang yang ada di situ baru pertama kali melihat lantunan nada indah dari Harpa. Mereka diam dan mencoba mencerna apa yang sedang mereka lakukan. Mereka merasa pentas tersebut sangat indah. Saat Doris selesai melakukan pertunjukannya dan gedung kembali hening, mereka berteriak dan bertepuk tangan dengan keras. Doris berdiri dan memberi salam kepada mereka lalu keluar dari panggung.  “Indah sekali lantunannya itu!” Kata Hekate dengan wajah yang berlinang air mata. Erebus langsung menatapnya dengan bingung. “Kau mengeluarkan air mata!” Kata Erebus dengan mata yang menganggap rendah dirinya. Pertunjukan utama pun dimulai. Suara musik mulai terdengar dengan indah. Musik berkumandang dan set latar panggung mulai berubah. Seorang pria masuk dengan ular buatan besar mengejarnya. Dengan ketakutan si pria melakukan perannya dan menyanyi sesuai dengan kondisinya. Semua orang terpukau dengan pertunjukan awal tersebut. Lalu tibalah pemeran utama lain, tuan putri yang akan diselamatkan oleh pangeran. Ia menyanyikan kondisi sedihnya dengan sangat baik. Suaranya yang tinggi membuat suaranya sampai hingga ke hati. Pemeran putri itu adalah Hemera.  Erebus langsung sangat senang. Ia akhirnya melihat gadis pujaannya. Dari ujung rambut hingga kaki, ia melihatnya dengan sangat detail. Air matanya berlinang. Lalu Hekate yang melihat hal itu langsung berkata, “Bodoh!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD