Bagian 57 - Fanes si Dewa S

1236 Words
“Aroma Rosemary ini bisa menetralkan aroma bau yang menyengat itu!” Kata Pria tersebut. Hebe hanya menatap pria yang berdiri di depannya. Wajah pria itu membuat Hebe terkesima. Ia memiliki rambut berwarna putih, mata biru, lesung pipi di kanan pipinya dan juga bibir yang berwarna merah delima. Hebe tidak bisa henti menatap wajahnya yang tampan. Setelah lama menatap, ia sadar bahwa rasa bau yang sebelumnya tercium tidak lagi terasa karena bunga yang dibawa oleh pria itu. “Siapakah kau?” Kata Bia dengan pandangan tajam dengan pikiran negatif. Ia berjaga-jaga siapa tahu pria tersebut menyerang. “Apa yang kau berikan padanya?” Tanya Kokytos kesal. Ia merampas bunga tersebut dari tangan pria itu. “Ini wangi!” Kata Kokytos. Ia suka dengan aroma dari tumbuhan itu. “Kenalkan, aku Fanes. Aku adalah Dewa S yang menciptakan para binatang.” Ia membungkuk dengan sopan kepada mereka bertiga. Hebe tak berhenti menatapnya. Ia tersenyum dan malu-malu kepada mereka. “Kau Dewa S? Aku baru tahu ada nama itu!” Kata Kokytos. “Kalian bisa singgah di rumahku yang ada di sudut sana. Tak jauh dari sini. Ada pintu gerbang disana. Kalian bisa ikut denganku. Aku akan perkenalkan hewan-hewan ciptaanku, sebelum aku memperkenalkannya kepada seluruh wilayah surga.” Kata Fanes. “Binatang?” Ucap Bia yang bingung. “Ya, kalian bisa melihatnya secara gratis.” Kata Fanes lagi. Sambil berjalan ke rumahnya, ia menjelaskan tentang rosemary. “Bunga yang dipegang olehnya itu adalah rosemary. Bunga itu penting untuk menetralkan bau yang dihasilkan oleh binatang yang kuciptakan. Memang mereka memiliki kotoran yang sangat bau. Tapi, tenang, kotoran mereka membuat tanah menjadi sangat subur!” Jelas Fanes yang mempersilahkan mereka melewati pagar pembatas yang mengelilingi rumahnya. “Suara-suara itu ternyata dari tempatmu. Itukah suara binatang?” Tanya Bia. “Ya!” “Sangat tampan!” Kata Hebe yang tak berhenti menatap Fanes. Kokytos melihat wajah Hebe. “Kau kenapa? Kau melihatnya terus-terusan!” “Aku?” Kata Hebe yang sadar. “T-tidak!” “Kau bertingkah sangat aneh!” Kata Kokytos. Hebe tetap membantah. Meski ia membantah, tapi ia tetap melakukannya. Ia tetap menatap Fanes saat Kokytos tidak melihatnya. Mereka masuk ke rumah Fanes yang tidak terlalu besar. Ia tinggal seorang diri. Saat masuk ke dalam, ada sebuah bak besar yang di sebelahnya ada meja untuk meletakkan barang-barang penting. Disanalah ia membuat berbagai jenis binatang. “Aku tidak tahu bahwa rumah seorang Dewa S tidak memiliki kursi!” Kata Kokytos kepada Fanes. Fanes tertawa. “Itu lelucon yang lucu.” Katanya. Kokytos kesal karena ia tidak sedang melawak. Ia tidak menyukai Fanes karena Hebe selalu memperhatikannya. Fanes menunjuk ke arah bak tempat ia membuat binatang-binatang. Kemudian ia menceritakan bagaimana caranya ia mengubah tanaman menjadi berbagai macam binatang. Ia mengumpulkan jaringan-jaringan tanaman yang berbeda-beda, lalu menggabungkannya satu persatu. Ia membentuknya sesuai dengan imajinasi yang ada di kepalanya. “Ini tampak sulit dibayangkan.” Kata Bia. “Tentu. Beginilah pekerjaan seorang Dewa S. Aku akan tunjukkan pada kalian hasil akhir dari pekerjaanku. Kita akan menuju tempat kandang-kandang hewan yang kuciptakan.” Kata Fanes. Mereka masuk ke belakang rumahnya. Ada sebuah halaman yang sangat besar tempat binatang-binatang yang sudah selesai diciptakannya. Ia memperkenalkannya dari yang besar hingga kecil. Ia juga menyebutkan nama-nama dari binatang tersebut. Belum banyak binatang yang diciptakannya. Masih sekitar tiga puluh saja. Satu binatang memerlukan waktu tiga miliar tahun untuk membuatnya. Itu juga bergantung besarnya binatang. Jika binatang yang diciptakannya lebih besar, maka bisa dua hingga tiga kali lipat baru selesai. Ia harus membuat dua kali binatang yang sama dengan gender yang berbeda, agar ia tidak perlu lagi membuat binatang yang sama. Setelah binatang-binatang itu memiliki pasangannya, maka ia akan berkembang biak untuk menambah jenisnya. Itu sudah ditanamkan oleh Fanes saat membuat binatang-binatang tersebut. Binatang-binatang yang ada di dalam kandang ada banyak jenisnya. Mulai dari koala, kelinci, marmut, kucing, anjing, babi, jerapa, kuda, ular, burung, harimau, monyet dan lain-lain. “Wow, ini menakjubkan!” Kata Hebe yang sedang melihat kelinci berwarna putih sedang memakan wortel. “Makanan mereka buah-buahan kah?” Tanya Hebe. “Ya!” “Ini menakjubkan. Mengapa dia diletakkan di kandang-kandang seperti ini. Kasihan!” Kata Bia. “Ini semua belum bisa dilepas. Ada banyak yang perlu dilakukan agar semua bintang ciptaanku ini bisa dilepas di alam liar. Tugas dari binatang-binatang ini adalah untuk menjadi teman yang setia bagi penghuni surga. Mereka juga bisa diperbanyak dan dijadikan santapan yang lezat.” Jelas Fanes kepada Bia. “Tidak terbayang, bagaimana caranya bisa memakan binatang-binatang ini!” “Binatang ini cukup lezat, terutama babi!” Tunjuk Fanes ke sebuah kandang babi. “Aku menunggu ketika semua yang kau ciptakan sempurna.” Kata Bia. Hebe mendekati Bia. Ia mengedipkan kedua matanya berkali-kali ingin menarik perhatian Fanes. “Apakah kau tinggal sendiri?” Tanya Hebe sambil memegang kedua tangannya. “Aku masih sendiri!” “Perlukah ditemani!” Kata Hebe. Ia mencoba menggoda Fanes. Fanes menanggapinya dengan dewasa. Ia mencoba untuk bercanda. Bia dan Kokytos bergosip. “Apa yang terjadi dengan anak buahmu?” Tanya Bia. “Ia pasti sudah terpikat oleh ketampanan Fanes.” Kata Kokytos. “Apa kita hentikan saja?” “Bagaimana caranya?” Tanya Kokytos. Bia langsung melancarkan idenya. Ia tidak butuh bantuan Kokytos untuk menghentikan tindakan Bia. Ia pergi ke tengah-tengah mereka lalu menatap Fanes. “Apakah kau mencintai Hebe?” Tanya Bia. “Aku? Aku baru mengenalnya!” “Apakah kau ingin bersamanya?” “Bukankah kalian akan tinggal disini? Aku senang mengundang kalian bermalam disini!” Kata Fanes mencari alasan. “Dia jatuh cinta padamu! Maukah kau bersamanya?” “Tentu!” Kata Fanes. Bia merasa kesal dan menjatuhkan dirinya. Ia tidak tahu entah apa yang dilakukannya. Ia hanya ingin Fanes membuat Hebe sakit hati dengan jawabannya. Ternyata malah sebaliknya. “Aku membutuhkan asisten. Kau bisa menjadi asistenku disini jika mau!” Kata Fanes. Hebe dengan cepat menjawab, “Tentu! Aku mau!” Kokytos mendekati Bia. Ia membantunya berdiri. Sambil membantunya, ia berbisik. “Ternyata rencanamu berhasil! Berhasil membuat mereka bersatu. Hebe bisa-bisa tidak mau ikut lagi dengan kita!” Kokytos tidak bisa bicara. Hebe terus-terusan memuji Fanes. “Matamu sangat indah. Wajahmu seperti logam mulia. Kulitmu yang halus seperti cahaya terang yang datang di hidupku. Cara bicaramu halus, sehalus pakaianmu..” Kokytos mencoba menghentikan. Nada suaranya sangat dibuat-buat. Kata-katanya juga menjadi aneh. Kokytos menatap Fanes. Ia menghalangi Hebe dan Fanes saling menatap. “Dia bekerja bersama kami. Lebih baik cari yang lain!” Kata Kokytos. Hebe langsung menyingkirkan Kokytos. Ia mendorongnya ke kanan karena menghalangi pandangannya kepada Fanes. “Aku tidak ingin ada orang yang menghalangi kita bersama. Aku sangat senang saat kau menerimaku menjadi asistenmu!” Kata Hebe. Bia yang sekarang membantu Kokytos berdiri. Ia sambil bergumam sendiri. “Apa yang terjadi dengannya? Ia benar-benar seperti orang yang berbeda!” Kokytos tampak kecewa dengan perlakuan Hebe padanya. Ia pergi dari situ dan tidak ingin mengganggu mereka berdua. Bia mengejarnya dan berbicara empat mata padanya. “Kau jadi terlihat sedih!” Kata Bia. “Aku tidak ingin Bia tinggal disini! Mengapa Fanes sangat berani melakukan itu padaku!” Kata Kokytos. “Kau menyukainya?” Tanya Bia. “Apa maksudmu? Aku tidak memiliki perasaan seperti itu! Aku hanya tidak ingin orang yang bersamaku dan selalu membantuku, pergi meninggalkanku!” Kokytos sangat emosional membahas Hebe. “Perasaanmu itu mengekang Hebe untuk menemukan belahan jiwanya. Jika kau menjadi belahan jiwanya, ia tidak akan melakukannya. Sekarang, ia tidak memiliki siapa-siapa!” Kata Bia yang mencoba menyadarkan Kokytos.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD