Bagian 45 - Ladang Pohon

1199 Words
Hamadryad membawa mereka ke ladang yang tidak jauh di sana. Di belakang pundaknya ia membawa sebuah keranjang yang ia pakai seperti ransel. Mereka berjalan menuju pagar. Ada pagar yang harus mereka lewati yang dibuat sebagai pintu untuk memasuki ladang. Dari jauh mereka bisa melihat daun-daun lebat dari pohon-pohon itu. Pohon-pohon yang ada di ladang itu ada dua jenis. Jenis pertama adalah Pohon Oak, dan yang kedua adalah pohon Ash. Kedua pohon ini sangat besar dengan daun yang sangat lebat. Perbedaan dari kedua pohon ini adalah bunga nya. Pohon Oak tidak memiliki bunga, sedangkan pohon Ash memiliki bunga. Pohon Oak memiliki ranting dengan banyak cabang, sedangkan Pohon Ash tidak serumit Oak. Kedua pohon ini terkenal karena kayunya yang sangat keras dan tahan lama. Inilah tujuan dari Bia mengunjungi daerah ini.  Mereka memasuki daerah ladang. Cahaya tidak dapat masuk seluruhnya karena dihalangi oleh daun-daun yang lebat. Meski begitu, mereka masih bisa melihat daerah sekitar mereka.  Bia melihat Kokytos sementara Hamadryad berjalan di depan mereka.  “Yang mana bahan yang cocok untuk s*****a mace ku?” Tanya Bia kepada Kokytos. Kokytos melihat Bia. Ia tidak menyangka dirinya masih dilibatkan dalam pencarian ini. “Apakah sekarang kau memanfaatkanku dalam pemilihan bahan?” Bia merapatkan bibirnya. Ia mengangkat bahunya. “Sekadar bertanya! Kau menemaniku ke sini. Menanyakan pendapat tidaklah masalah, bukan?” “Aku tidak tahu bahan ini. Kita harus bandingkan!” Kata Kokytos. Bia melihat Hamadryad. “Untuk apa ladang ini tercipta?” Tanyanya kepada Hamadryad. Hamadryad berhenti berjalan. Ia membalikkan badannya dan melihat Bia kesal. “Apa kau tidak pernah melihat bahan-bahan ini dipakai?” Bia mengangguk dengan rasa penyesalan. “Jadi, mengapa bertanya lagi? Ada banyak yang bisa dimanfaatkan dari pohon-pohon ini. Semua pembangunan yang dilakukan oleh penghuni surga memakai bahan ini!” Kata Hamadryad melotot. Bia menyeringai kepada Kokytos. “Sepertinya aku salah bertanya!” Ia melihat Kokytos saat berkata ini.  Kokytos menggelengkan kepalanya dan meninggalkannya berjalan.  “Tunggu!” Kata Bia. “Aku ingin menemukan bahan terbaik untuk gagang Mace ku. Mungkin kau bisa membantu!” Kata Bia kepada Hamadryad.  “Kenapa kita berjalan semakin jauh, padahal kita sudah sampai di ladang ini! Semua pohon disini sama saja!” Kata Kokytos. Hamadryad menjawab pertanyaan dari Bia dan menghiraukan kritikan Kokytos. “Dua bahan ini bagus. Pohon Oak sangat keras tapi tidak selentur dari Pohon Ash. Tergantung dari penggunaan. Jika ingin menggunakan bahan yang keras dan berat, bisa menggunakan kayu Oak. Sedangkan untuk bahan yang keras, tapi tidak sekeras dari Oak dan lebih lentur, bisa gunakan kayu Ash.” Kata Hamadryad. Bia semakin bingung ingin memilih kedua bahan itu. Ia ingin sesuatu yang keras, tetapi juga ringan untuk dibawa. Jika ia menggunakan bahan yang lebih berat lagi, itu berarti s*****a nya akan semakin berat. Ia masih harus memfokuskan berat pada kepala mace. Dan kalau bisa menggunakan bahan yang ringan untuk gagangnya. Hamadryad sampai di perbatasan antara pohon Oak dan Pohon Ash yang masih hijau dan mudah dengan Pohon Oak dan Pohon Ash yang sudah tua tanpa daun.  “Ini yang sudah bisa dipanen!” Ucap Hamadryad memperlihatkan bagian belakangnya.  Bia dan Kokytos takjub melihat kumpulan pohon yang sudah tua berderet di depan mereka membentuk lautan pohon kering.  “Bukankah seharusnya memakai pohon yang masih muda?” Tanya Bia berharap Hamadryad menjawab. “Pohon yang hijau yang ada di perbatasan itu,” tunjuknya dengan kesal, “Masih rapuh dan tidak sekuat yang sudah habis masa umurnya. Pohon-pohon yang sudah kering dan tidak memiliki daun seperti ini lebih kuat lagi, bahkan hingga ratusan kali.” Jelas Hamadryad. “Ohhh…” Kata Bia panjang. Lalu ia melihat Kokytos berjalan ke dalam ladang mengecek lebih dekat pohon-pohon kering itu. Ia berlari mengikuti Kokytos. “Apa kau merasakan sesuatu?” Tanya Bia yang berjalan dengannya disampingnya. Ia melihat wajah Kokytos yang sangat serius dan sedikit curiga terhadap pohon itu. Ia tidak menjawab Bia, tapi terus berjalan hingga ia jongkok melihat bagian dasar Pohon. Ia menyentuh bagian pembatas antara akar dan batang pohon, lalu mencolek bagian itu dengan tangan. Sedikit ada kotoran menempel dan dia menjilatnya. Ia seperti sedang mencicipi masakan yang akan dihidangkan.  “Kau jorok sekali!” Kata Bia. “Ini terasa manis!” Kata Kokytos. Lalu ia pergi ke pohon selanjutnya. Ia melakukan hal yang sama. “Ini terasa pedas.” Katanya lagi setelah mencicipi. Bia menatap dengan keheranan. Ia ingin mencoba apa yang dilakukan Kokytos, tapi ia ragu bisa melakukannya. Ia tidak pernah mencoba hal-hal seperti itu. “Ini asin!” Katanya lagi.  “Ini manis!” “Ini pahit!”  “Ini asam!” Kokytos masih tak berhenti mencicipi satu persatu dari setiap pohon yang ada disitu. Naluri pencari bahan terbaiknya muncul. “Apa yang dilakukannya?” Tanya Hamadryad yang mendekat kepada Bia. Ia menyilangkan tangannya. Bia sudah berhenti mengejar Kokytos. Ia lelah mengikutinya. Ia berhenti tetapi tak menghilangkan pandangannya sedikitpun kepada Kokytos.  “Aku juga tidak mengerti apa yang merasukinya. Dia bertingkah sangat aneh. Tapi, kau harus tahu bahwa ia salah satu pemilih bahan terbaik disurga. Ia berasal dari surga bagian pertama.” Jelas Bia kepada Hamadryad. Hamadryad mengangguk. Ia sedikit nyaman terhadap mereka berdua. “Aku mendengar, surga bagian pertama memang bagian penghuni yang jago dalam memilih bahan s*****a. Mereka terkenal. Tapi, akhir-akhir ini jarang sekali surga bagian pertama kemari. Justru yang banyak datang dari surga bagian ke empat!” Jelas Hamadryad. “Aku tidak tahu. Mereka tidak begitu tertarik lagi dengan bahan-bahan berkualitas. Mereka memang menjual bahan-bahan s*****a, tapi tidak memperdulikan kualitasnya lagi!” Kata Bia. “Jadi kau mencoba membangkitkan semangat itu lagi dengan mengundangnya menjadi rekanmu?” Tanya Hamadryad kepada Bia. “Sedikit banyaknya, seperti itu! Aku membutuhkannya untuk memilih bahan terbaik untuk senjataku. Aku berharap ia akan melakukannya dengan maksimal!” Kata Bia. “Aku merasa ia akan sangat baik membantumu!”  Saat mereka sedang asyik berbicara, Kokytos berteriak, “Ini bahannya! Ini tidak berasa!” Ia mengangkat tangannya agar mereka mendatanginya.  Mereka bertanya apa yang terjadi dengan Kokytos. “Ini bahan yang bagus! Ini kayu yang tidak berasa. Itu berarti kandungan susunan serat kayu di dalamnya sangat erat dan keras, tapi juga tahan terhadap getaran dan juga hantaman. Kayu apa ini?” Tanyanya kepada Hamadryad. “Ini adalah kayu Ash!” Kayu yang sudah tua tidak bisa dibedakan. Jadi sulit untuk mengetahui yang mana batang pohon Ash dan yang mana batang pohon Oak. “Jadi ini yang terbaik?” Tanya Bia dengan senang kepada Kokytos. Kokytos melihat pohon tersebut. Lalu ia menyentil batang tengah pohon itu, lalu pohon itu terbelah dua dan didalamnya ada kayu yang bersinar seperti sebuah tongkat. Ia mengambil kayu bagian tengah itu.  “Bagaimana kau bisa melakukannya?” Tanya Bia. “Kau lupa? Aku pencari bahan s*****a! Ini sudah jadi naluri asliku.” “Aku tidak pernah melihat ada benda kuning di tengah-tengah kayu ini!” Kata Hamadryad yang tercengang dengan apa yang dilakukan oleh Kokytos.  “Ini akan sempurna jika dicampur dengan bagian tengah pohon Oak. Ia akan menjadi lunak, tetapi juga keras. Setelah dicampur juga membuat bahan gagang tidak terlalu berat. Ini kondisi yang sangat tidak alami. Tetapi, dalam pertarungan, kondisi ini menguntungkan!” Kata Kokytos kepada Bia.  Mereka berdua terpukau dengan Kokytos. Kokytos memberikan tengah kayu yang dipegangnya kepada Bia. Lalu ia memasukkannya ke dalam keranjang Hamadryad.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD