Bab 9. Ke Pondok Gede

1147 Words
Sena dan Fajri baru saja tiba di rumah kontrakan. Sena membuka kunci gembok pagar dan segera membuka kunci pintu. Fajri memarkirkan motor di samping kontrakan sampai mesin motor dingin. Sena segera membereskan barang bawaannya. Kemudian dia bergegas mandi. Fajri masih berdiri di depan rumah sambil menghisab rokok. Sena sudah berulang kali mengingatkan pada Fajri untuk berhenti merokok tapi Fajri seperti nya tak punya telinga. Sena sudah keluar dari kamar mandi dan bergegas memakai baju. Kemudian Dia merapihkan tempat tidur, menyapunya dengan sapu lidi khusus kasur. "Mas... sudah malam." Kata Sena. Fajri segera membuang rokoknya yang tinggal puntung. Dia bergegas memasukan motor nya ke dalam rumah. Kemudian dia mengunci pagar dan mengunci pintu rumah. Fajri bergegas mandi. Tak lama dia sudah keluar dari kamar mandi. Fajri memang tak tahan berlama-lama di kamar mandi jika sudah malam. Sejak menikah dengan Sena. Dia selalu mandi jika dari mana pun walaupun pulang larut malam. "Besok Aku mulai kerja di Pelabuhan. Ada tongkang masuk." Kata Fajri. Sena mengangguk. Mas Alif yang menawari pekerjaan kepada Fajri, tapi bekerjanya kalau ada tongkang datang yang akan dibongkar muatannya di Pelabuhan Tanjung Priuk. Tapi sekali tongkang datang, Fajri bisa bekerja selama 3 hari atau 4 hari tergantung banyak atau tidak muatan. "Besok pagi Aku bantu Bang Tino dulu di pasar. Paling jam 12 Aku sudah pulang." Kata Fajri. Jam kerja di Pelabuhan memang malam hari dan baru pulang pagi hari. Masuk jam 7 malam pulang jam 7 pagi. Sena hanya mengangguk. Sena mengerti, berarti untuk beberapa hari Dia akan tidur sendiri di rumah. Tapi setidak nya Sena merasa aman ditinggal sendirian disini daripada waktu tinggal di Pondok Gede. FLASHBACK ON Batuk Sena makin menjadi. Perasaan Sena selalu tertekan. Dari Abang dan Kakak Ipar nya, juga dari Mertua nya. Sena tak pernah menceritakan masalahnya pada Bunda atau siapapun. Kebohongan Fajri pun selalu Sena telan sendiri. Fajri berulang kali mendapat teguran dari Kantor tempatnya bekerja karena tak pernah menyetorkan hasil jualannya. Sena tak mengetahuinya. Sena malah ikut membantu menjualkan produk teh yang Fajri bawa. Sena sudah menghitung, jika dia mengambil kredit motor, gaji Fajri cukup untuk membayar cicilan motor dan kontrakan. Untuk makan sehari-hari Sena berniat membuka warung dan menerima jahitan. Sena sudah tak kuat hidup nyampur dengan Abang dan Kakak Ipar nya di rumah Bunda. Mereka sok kuasa di rumah. Sena malas selalu ribut di rumah. Kasihan sama Bunda yang terus mengelus d**a. Nina juga sudah tak tahan selalu disindir oleh Lana. Sena sudah mengutarakan niatnya pada Fajri. Fajri menyetujuinya. Fajri juga khawatir melihat kondisi tubuh Sena yang makin hari terlihat makin kurus dan tak nafsu makan. Sena juga sering muntah-muntah. Tapi tak mau pergi ke Dokter. Fajri akan memijatnya dan mual Sena akan hilang. Motor kreditan sudah datang. Hari ini Fajri berniat mengajak Sena ke Pondok Gede. Karena teman dekatnya tinggal disana dan lingkungan disana masih asri. "Motor nya belum ada plat nya Mas, nanti distop Polisi, gimana?" Kata Sena. Fajri mengambil spidol dan dus bekas. Dia menulis TEST pada karton sebesar plat motor. Kemudian Fajri memasangnya di tempat plat motor. "Gak apa memang Mas?" Tanya Sena. "Gak apa dong." Kata Fajri sambil tersenyum. "Ya udah, Kamu siap-siap sana." Pinta Fajri. Sena mengangguk dan bergegas bersiap. Hari ini hari sabtu. Fajri berniat mengajak Sena keliling berjualan produk teh. Dia bekerja setengah hari dan langsung ke Pondok Gede dari Kantor nya. Fajri sudah berangkat ke Kantor. Sena sedang menyiapkan yang akan dibawa, karena dari Kantor, Fajri akan menjemput Sena. Satu jam kemudian Fajri tiba di rumah Bunda. Sena sudah rapih. Hanya pakaian santai. celana jeans dan kaos oblong dengan sweater dan sepatu sport tanpa tali. Sena berpamitan pada Bunda. "Jangan malam-malam pulangnya. Ingat kesehatan Kamu." Pesan Bunda. "Iya Bun." Kata Sena. Fajri juga berpamitan pada Bunda. Mereka pun berangkat. Sena duduk di atas sadelbag yang berisi kotak teh di kanan dan kiri bag nya. Fajri sangat senang ditemani Sena. Setiap ada warung atau toko, Mereka berhenti menawarkan produk teh nya. Ada yang beli ada juga yang menolak. Sena membawa bekal nasi dan minum agar lebih irit, tidak membeli makan di pinggir jalan. Jam 12 siang, Fajri memutar motor nya ke arah Kantor. "Nanti Kamu tunggu di depan aja ya." Pinta Fajri pada Sena. "Ya Mas." Jawab Sena. Mereka sudah sampai di Kantor. Sena duduk di tempat duduk dekat pos satpam. Beberapa Karyawan yang tak mengenal Sena, menggoda Sena. "Mbak nunggu siapa? Ikut Saya aja yuk." Goda Mereka. Sena hanya diam tak menanggapi perkataan Mereka. Setengah jam kemudian Fajri keluar dan segera menghampiri Sena dengan motor. "Lama ya?" Tanya Fajri. Sena mengangguk. "Ada yang menggoda mu, gak?" Tanya Fajri. "Banyak." Jawab Sena singkat. Fajri hanya tersenyum. "Kok malah senyum-senyum sih Mas? Bukannya marah." Sena mengerucutkan bibir nya. "Ngapain harus marah? Berarti Istri Aku, cantik, banyak yang goda." Canda Fajri. Fajri teringat perkataan teman-teman nya yang sudah pernah main ke rumah. Mereka menyangka Sena itu adik Fajri karena terlihat masih remaja. Setelah dikenalkan dengan Sena sebagai istri, Mereka kaget. Mereka bilang: "Istri Lo cakep banget. masih imut-imut." "Ayo naik, pake helm nya." Pinta Fajri. Sena pun menuruti Fajri. Fajri melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sena hanya diam. Satu jam kemudian. Fajri memarkirkan motor nya di depan sebuah kontrakan. Fajri dan Sena bergegas turun dari motor. Fajri mengetuk rumah kontrakan itu. "Lucas..." Panggil Fajri. Tak lama pintu terbuka. "Eh Lo Ji, udah sampe." Kata Lucas. Sini masuk. Itu bini Lo?" Tanya Lucas. "Ya iyalah bini gw, masa bini orang gw bawa-bawa." Canda Fajri. "Sini mbak, masuk." Ajak Lucas. Sena mengangguk. Sesekali Sena terbatuk. Fajri akan memijit tengkuk Sena. "Tenang aja, kalo jadi tinggal disini nanti juga sehat. Disini udara nya masih segar." Kata Lucas. Sena hanya terdiam. Tak lama istri nya Lucas keluar membawa 2 botol air mineral dan cemilan. "Gimana Ji? Enak kan disini?" Tanya Kristin, Istri Lucas. "Sejuk disini, Tapi gak tahu, bini gw mau apa gak tinggal disini. Soalnya lumayan jauh dari rumah Bunda nya dan tempat kerja gw." Kata Fajri. "Enak disini, adem, sejuk, tenang." Kata Sena membuka suara. "Tuh... Bini Lo aja setuju apa kata gw. Kenalin, nama gw Kistin." Kristin mengulurkan tangannya dan disambut oleh Sena. "Gw disini cuma berdua. Tetangga Gw gini hari lagi dagang. Nanti Gw anterin ke kontrakan yang kosong. Banyak disini. Masih murah lagi." Kata Kristin. Sena mengangguk. "Kamu makan dulu ya." Pinta Fajri karena batuk Sena tak berhenti. "Gw kagak masak, Ji." Kata Kristin. "Gak usah repot, bini Gw bawa dari rumah, biar irit." Canda Fajri. Sena beranjak ke motor dan mengambil bekalnya. Sena membuka bekalnya. "Kak Kristin, Bang Lucas gak makan?" Tanya Sena. "Kita udah makan. Disini gak pernah masak. Kalau laper beli." Kata Lucas. "Tapi nanti kalo Lo udah disini, masakin gw ya. Kayaknya enak masakannya." Kata Kristin. "Masakan bini gw mah enak." Puji Fajri. "Nih Kak Kristin mau cobain?" Tanya Sena. "Gak usah. Ibu nya Fajri sering ngomongin Lo, masakan Lo enak." Kata Kristin. Sena hanya menunduk. Dia gak suka dipuji. Sena dan Fajri makan bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD