Bab 1. Ibu Mertua
"Mungkin Kamu gak ada jodoh nya dengan Fajri." Kata Ibu Mertua Sena.
"Ya gak begitu juga Bu. Maksud Sena, Mas Fajri itu kan anak Ibu, Sena minta tolong sama Ibu untuk menasehati Mas Fajri." Sena nampak kecewa dengan sikap Mertuanya yang lebih membela anaknya.
"Ibu sudah cape menghadapi rumah tangga Kalian. Kalau Kamu merasa gak kuat dengan anak Ibu, pulangkan saja, Ibu masih mampu nampung anak Ibu kok!" Hardik Mertua Sena.
Sena terdiam. Dia tak dapat lagi berkata-kata. Pernikahannya dengan Fajri sudah berusia 3 tahun tapi Mereka belum juga dikaruniai seorang anak.
Selama pernikahannya itu, Fajri tak pernah betah bekerja. Sudah bekerja tapi tak bisa jujur. Ada saja yang Fajri lakukan, tidak menyerahkan uang setoran hasil jualan nya atau sering mangkir. Dan Sena tak mengetahui hal itu.
Sebenarnya Sena pernah terlambat datang bulan. Hampir dua bulan, namun Fajri enggan membawa Sena untuk periksa ke Dokter. Fajri hanya meminta Sena untuk berdiam diri tanpa mengerjakan apapun, tapi Fajri tak mau membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.
Fajri adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Sedangkan Sena, anak kedua dari lima bersaudara. Keluarga Sena menerima Fajri karena Sena memang sudah dekat dengan Fajri selama beberapa tahun, namun Mereka baru saling terbuka dengan perasaan Mereka baru 10 bulan ini.
Sebenarnya Sena belum mau menikah dengan Fajri karena Fajri belum bekerja tetap. Fajri masih menjaga keamanan kendaraan di lingkungan rumah Orangtua nya.
Tapi Orangtua Sena yang mengingat usia Sena yang sudah matang untuk berumah tangga.
FLASHBACK ON
"Kalau sampai bulan puasa nanti, Kamu belum juga dilamar oleh Fajri, Bunda akan membawa Kamu pulang kampung. Dan Bunda akan menyerahkan Kamu pada Pamanmu agar dicarikan jodoh untukmu." Tegas Bunda pada Sena beberapa hari yang lalu.
"Tapi Bunda, Mas Fajri belum bekerja, Sena juga baru keluar dari kerjaan." Sena mencoba memberi pengertian pada bunda nya.
"Sena, rejeki itu akan datang, saat Kamu menikah... Allah gak akan menyia-nyiakan hidup Kalian, selama Kalian masih mau berusaha." Kata Bunda.
Sena hanya menghela nafas. Dia tak dapat lagi menampik perkataan Bunda. " Ya, nanti Sena coba bicarakan pada Mas Fajri." Kata Sena menunduk.
Beberapa Hari kemudian
Fajri mengunjungi Sena. Sena mengajak ngobrol Fajri di teras.
"Aku mau makan bubur ayam yang di sana, yang waktu itu Kamu ajak Aku." Pinta Fajri.
"Bubur ayam Bang Iwan?" Tanya Sena.
Fajri mengangguk.
"Sebentar ya, Aku ganti baju dulu." Kata Sena.
"Ngapain pake ganti segala? Begitu aja." Goda Fajri.
"Gak ah, Aku gak pernah keluar rumah pake celana pendek selutut. Aku ganti celana panjang aja." Kata Sena.
Fajri terkekeh. Fajri sangat menyukai postur tubuh Sena yang tinggi semampai dengan rambut panjang hitam natural. Tinggi badan Sena tak jauh dari tinggi badannya, malah hampir sama.
Usia Sena juga lebih muda dari Fajri, karena Fajri pernah bercerita kalau mantan pacar nya usia nya selalu lebih tua dari Fajri.
Tak lama Mereka sudah sampai di tenda bubur ayam Bang Iwan. Fajri memesan dua mangkok untuk Mereka.
Sambil menunggu pesanan Mereka, Sena membuka pembicaraan. "Mas Fajri..." Panggil Sena.
"Hhmmm...." Fajri menengok ke arah Sena.
"Bunda....." Sena nampak ragu.
Fajri mengerutkan kening nya. "Kenapa Bunda?" Tanya Fajri.
"Bunda mau menjodohkan Aku." Sena menunduk.
"Loh kok Bunda gitu? Kan Kamu sudah punya Aku." Fajri tak terima.
"Kata Bunda, kalau sampai puasa ini, Mas Fajri tak juga melamar Sena, Sena akan Bunda bawa pulang kampung. Dan Sena akan dijodohkan di Kampung." Sena makin menunduk.
Fajri menghela nafas. Dia menggenggam jemari tangan Sena.
Pesanan bubur Mereka datang. Fajri memberikan semangkuk bubur untuk Sena. Fajri mulai menuang sambel.
Sena terkejut melihat Fajri yang tak kira-kira menuang sambel pada mangkuk bubur nya.
"Mas iihhh... Itu pedes banget..." Kata Sena tak percaya.
Tapi Fajri tak menggubris perkataan Sena. Dia mulai menikmati bubur ayam nya.
Sena hanya geleng-geleng kepala. Sena pun mulai menikmati bubur nya perlahan. Sena melihat keringat mulai bercucuran dari kepala turun ke pelipis Fajri.
Sena tertawa kecil melihat Fajri yang mulai kepedesan. Sena menyodorkan teh hangat pada Fajri. Fajri meminumnya, dan itu membuat Fajri tambah kepanasan.
Sena tertawa. "Lagian udah dibilang nanti kepedesan, gak mau denger. Tapi kalau minum air hangat nanti juga cepet ilang kok pedes nya." Kata Sena sambil terkekeh.
Tak lama Fajri dan Sena sudah selesai makan bubur, karena tenda bubur yang sangat ramai, tak bisa membuat Mereka untuk bersantai. Sudah selesai makan, bayar langsung meninggalkan tempat, gantian dengan pembeli yang lain.
Fajri mengendarai sepeda motor nya dengan santai. Dia menarik tangan Sena agar memeluknya. Sena hanya menuruti kemauan Fajri. Sena menyandarkan kepala nya pada punggung Fajri.
Fajri tak membelokkan motor nya ke rumah Orangtua Sena tapi Fajri terus mengendarai sepeda motornya ke suatu tempat. Hingga akhir nya Fajri menghentikan motor nya di sebuah taman.
"Kenapa Kita ke sini? Udah malam. Lagian ini tempat orang pacaran tau." Sena mengerucutkan bibirnya.
"Aku mau pacaran sama Kamu." Canda Fajri.
Sena memukul bahu Fajri dengan manja. Fajri langsung memeluk tubuh Sena. Fajri mengusap rambut panjang Sena dengan lembut. "Aku gak mau Kamu dijodohin. Kamu harus nikah sama Aku."
Fajri melerai pelukannya dan menangkup wajah Sena. Fajri mendekatkan wajah nya. Bibir Fajri menyentuh bibir Sena. Mereka pun rujak bibir sangat lama, hanya sesekali melepas untuk mengambil udara.
Tangan Fajri sudah kemana-mana. Sena langsung mendorong tubuh Fajri.
"Kenapa Sena?" Fajri heran.
Sena tersengal karena Fajri tak juga melepas bibirnya. "Abis tangan Mas jahil." Sena mengusap bibir nya yang sedikit bengkak.
"Dan ini... Mas sengaja kan, makan bubur sambel nya banyak-banyak terus mencium Aku... Biar Aku merasakan pedes nya juga..?!" Sena mengerucutkan bibir nya.
Fajri terkekeh. "Abis Kamu gemesin banget. Aku jadi nafsu sama Kamu." Goda Fajri.
"Kalau Mas Fajri mau menyentuh seluruh tubuhku, Mas harus nikahi Aku dulu." Kata Sena lagi masih merajuk.
"Aku dari tadi sedang memikirkan nya Sena. Kamu kan tahu Aku belum kerja. Kerjaanku hanya menjaga keamanan kendaraan di lingkungan rumah ku. Atau Aku punya uang kalau Aku berhasil membantu Rino menjual dagangan motor nya." Jelas Fajri.
"Terus mau sampe kapan? Aku juga gak mau dijodohin.. hik.. hik... hik..." Sena mulai terisak.
Fajri merengkuh bahu Sena dan membenamkan kepala Sena ke pundaknya. "Nanti Aku ngomong sama Ibu ku, supaya melamar mu cepat untukku." Kata Fajri.
Sena Mengusap airmata nya. "Aku gak minta pernikahan yang mewah. Yang penting SAH di mata Agama dan Negara. Aku juga gak minta mahar macam-macam." Kata Sena.
___________________________
"Ibu gak punya uang, Fajri. Kamu tahu sendiri Mas Alif juga lagi sakit. Tabungan nya abis buat berobat. Memang Kamu dan Sena sudah berbuat apa? Sena sudah hamil?!" Ibu Fajri nampak kesal karena Fajri yang tiba-tiba minta melamarkan Sena untuk nya.
"Ibu gak mau nganter Kamu nikah kalau Sena hamil duluan. Bikin malu saja. Cukup Mas Dwi mu saja yang bikin malu." Ketus Ibu.
Fajri menghela nafas. "Sena gak hamil duluan, Bu. Fajri gak pernah macam-macam sama Sena. Fajri dan Sena kan sudah lama pacaran, Bu. Sudah 10 bulan. Umur Fajri sudah lewat 26 tahun. Sena juga sudah lebih dari 25 tahun. Fajri sangat mencintai Sena, Bu. Fajri gak mau, Bunda nya Sena membawa Sena pulang kampung terus menikahkan Sena dengan pria lain." Fajri nampak sedih.
Ibu menghela nafas. "Pak... gimana tuh? Fajri minta melamarkan Sena cepat-cepat."
"Saya tak bisa berbuat apa-apa, Bu. Saya kan sudah pensiun. Semua uang pensiun Saya, Ibu yang pegang. Dilamar saja Bu, Sena. Saya lihat Sena anak nya baik dan sopan." Kata Bapak nya Fajri.
"Nanti Ibu ajak bicara Mas Alif dulu, Fajri. Bapak mu gak bisa berbuat apa-apa." Ketus Ibu.
Bapak hanya geleng-geleng kepala merasa tak dihargai oleh istrinya sendiri.