Sena menangis sesegukan. Sudah beberapa hari ini Dia benar-benar bedrest. tapi rejeki belum dapat diraih. Dia melihat dasternya yang berlumuran darah. "Apa kata Mas Fajri nanti? Aku gak bisa menjaganya. Huk... huk... huk..." Sena terus menangis. Sena bergegas ke kamar mandi, dia mencuci dasternya yang kena darah. Darah itu keluar dari organ intinya. Keluarnya pun sangat kental membentuk gumpalan-gumpalan seperti daging. Sena mengganti pakaian dalam nya setelah membersihkan semua. Dia juga menggunakan pembalut. Rasa nyeri akan keluarnya darah itu sangat terasa. Sena tak tahu harus berbuat apa. Sena takut kemarahan Fajri yang sangat mengharapkan kehamilan ini. Tapi Fajri tak juga membawa Sena untuk periksa ke Dokter kandungan. Deru mesin motor terdengar di teras kontrakan. Sena tak san