Sena mengalami mual diawal pagi mengkonsumsi obat TB Paru nya. Sebisa mungkin Sena menahan agar dirinya tak memuntahkan obat-obatan itu kembali.
Fajri belum berangkat kerja. Dia masih mengawasi Sena untuk minum obat.
"Heeeehhh...." Sena menghembuskan nafas setelah berhasil menelan semua obat-obatan itu.
"Sudah Dek?" Tanya Fajri.
Sena mengangguk. "Rasa nya mual. Perut kosong harus menelan obat sebanyak itu." Kata Sena.
"Ini kan baru awal. Nanti juga terbiasa." Kata Fajri yang mengusap bibir Sena yang basah.
"Mas berangkat ya. Kamu hati-hati di rumah." Pesan Fajri.
"Ya Mas. Mas hati-hati dijalan." Kata Sena sambil mencium punggung telapak tangan Fajri. Fajri mengecup kening Sena.
Fajri bekerja selalu membawa bekal, karena memang Sena yang memintanya agar gak terlalu banyak pengeluaran. Tapi sayang Fajri masih gak bisa melepas kebiasaan merokoknya.
Sena bergegas bebenah rumah. Mencuci piring, menyapu lantai kemudian mengepelnya. Sesudah itu Sena mengunci pintu depan, Sena hendak mencuci pakaian karena sesudah subuh tadi, Sena merendam nya dengan deterjen.
Setelah selesai mencuci, Sena bergegas mandi. Badannya sudah lengket dengan keringat.
Setelah berpakaian, Sena menjemur cuciannya di depan rumah, tepatnya di teras kontrakannya.
Sena melihat lauk yang kemarin masih ada. "Nanti siang aja Aku masak. Abisin yang ini dulu." Gumam Sena.
Sena pun sarapan karena perutnya yang sudah lapar dan badannya sudah gemetar karena belum makan sesudah minum obat.
Kemudian Ssna menjahit celana panjang yang kemarin Bunda berikan pada Sena. Ada 10 potong. " Lumayan.... Untuk tambah-tambah makan sehari-hari." Batin Sena sambil tersenyum.
Menjelang ashar, Sena sudah berhasil menjahit 3 potong celana panjang. Sena tersenyum.
Ponsel Sena berdering. "Bundaaaa...." Batin Sena.
"Assalamu alaikum Bunda." Sapa Sena.
"Wa alaikumussalaam... Sena, apa jahitan yang kemarin Kamu bawa sudah dikerjakan?" Tanya Bunda.
"Sudah Bun. Kelar 3." Jawab Sena. "Ada apa Bun?"
"Ini ada tambahan lagi. Dadakan, sebulan ini harus kelar semua." Kata Bunda.
"Bisa Bun, insyaaAllah..." Kata Sena mencoba menenangkan hati Bunda.
"Minggu depan Sena ke Puskesmas, sudah selesai semua Bun." Kata Sena.
"Maksud Bunda, Kamu bantu jahit bajunya juga ya? Kalau pasang tangannya masih takut melintir, biar bunda saja." Pinta Bunda.
"Ya Bunda. Bunda tinggal siapkan aja minggu depan, Sena akan bantu Bunda." Kata Sena.
"Ya sudah kalau gitu. Kamu sudah makan? Sudah diminum obat nya? Tanya Bunda.
"Sena baru mau masak Bun. Kalo minum obat, sudah tadi pagi." Kata Sena.
"Ya sudah, Bunda tutup ya telponnya. Assalamu alaikum." Pamit Bunda.
"Wa alaikumussalaam." Jawab Sena.
Sena segera memasak.
Jam 4.30, Sena sudah selesai memasak. Sena bergegas mencuci peralatan bekas masak. Kemudian Sena kembali mengunci pintu. Sena bergegas mandi karena sudah kesorean.
Jam 5.15 sore, Sena sudah bersantai sambil menunggu Suami nya pulang.
Suara motor berhenti di depan kontrakan. Sena mengenali suara motor itu.
"Mas Fajri..." Sena tersenyum dan bergegas membuka pintu. Sena mencium punggung telapak tangan Fajri.
"Kok bawa kanvasbag, Mas?" Tanya Sena.
"Ya, tadi Aku jualan dekat sini. Aku belum balik Kantor. Besok aja setornya." Kata Fajri.
Sena mengangguk. Sena mengambilkan minum untuk Fajri.
___________________________
Sesudah isya. Sena bergegas naik ke tempat tidur. "Kok sudah mau tidur?" Tanya Fajri.
"Abis gak ada hiburan. Nonton tivi, gak ada tivi nya." Kata Sena.
Fajri tersenyum. Fajri pun bergegas mengunci pintu rumah dan Dia bergegas menyusul Sena.
"Deeekkk...." Fajri mulai mendekati Sena, menciumi leher Sena.
"Hhhmmmm...." Sena membalikkan tubuh nya yang tadi menghadap tembok.
"Malam jumat nih.." Goda Fajri sambil merapihkan rambut Sena yang menutupi sedikit wajahnya.
"Terus memang kenapa?" Sena pura-pura tak tahu. Dia ingin mengerjai Fajri.
"Kok malah nanya sih?" Goda Fajri yang sudah memeluk tubuh Sena dan meraba punggung Sena. Fajri melepaskan pengait bra Sena yang tertutup daster.
"Kalau mau tidur, ini dibuka dulu." Goda Fajri.
Sena tersenyum. Dia langsung mengelitiki Fajri. Fajri terkejut, dia sontak berteriak karena Fajri memang tak tahan kalau dikelitiki.
"Udah dong Dek." Fajri menangkis jari jemari Sena.
Sena tertawa sangat senang. Sena juga lelah. Dia memunggungi tubuh Fajri.
Fajri pun memunggungi tubuh Sena.
Tiba-tiba...
"Sudah dong Dek... Aku cape tahu dikelitiki terus." Kata Fajri kesal.
Sena terperanjat. Sena menoleh. "Aku udah gak kelitiki Mas kok, dari tadi." Kata Sena.
Fajri pun menoleh. "Terus yang ngelitiki Aku siapa?" Tanya Fajri heran.
"Maaaasss...." Sena segera merapatkan tubuh nya pada Fajri.
Tak lama terdengar seperti orang lewat melewati tirai yang terbuat dari kerang. Yang mengakibatkan suara.
"Mas... Aku takut." Bisik Sena.
Fajri mengelus punggung Sena. "Aku disini, Kamu jangan takut." Fajri mengecup bibir Sena dan terus menuntut dalam. "Aku kepengen Dek." Pinta Fajri.
Sena hanya menurut. Fajri langsung melucuti pakaian Sena. "Mas... Jangan lupa baca doa." Sena mengingatkan.
Fajri membaca doa berhubungan Suami Istri, demikian juga dengan Sena.
Beberapa hari ini, Fajri menuntun Sena agar mencapai puncak kenikmatan. Dan berhasil. Sena mulai merasakan sensasi kenikmatannya.
Sena sangat senang jika Fajri memintanya kapanpun. Karena Sena sudah ketagihan dengan kenikmatannya.
Berulang kali Sena menjerit lembut karena mencapai klimax nya. Sena menyebut Fajri setiap kali klimaxnya. Fajri menghitungnya. Dia belum juga menuntaskan permainannya.
Sena sudah tersengal. "Sudah puas?" Tanya Fajri yang terus berpacu.
Sena mengangguk. Sena kelelahan walau rasa nikmat itu terus-terusan datang. Akhirnya Fajri pun menyelesaikan permainannya. Fajri terkulai lemas. Begitu juga dengan Sena
"Terima kasih Mas." Kata Sena yang mengecup bibir Fajri.
Fajri tersenyum. " Jangan langsung ke kamar mandi. Angkat kakinya. Biar cepat jadi dede." Bisik Fajri.
Sena tersenyum. Dia mengangguk menuruti yang Fajri katakan.
Tak lama Sena terlelap. Kaki nya sudah turun. Fajri menyelimuti tubuh polos Sena. Fajri memeluknya. Tak lama Dia pun terlelap.
________________________
Dua Bulan Kemudian
"Huuueeeeekkkk..." Fajri tiba-tiba berlari ke kamar mandi. "Huueeekkk..."
"Mas... Kamu kenapa?" Tanya Sena. Sena baru saja selesai minum obat.
"Gak tahu Dek. Perut Mas terasa mual." Kata Fajri sambil keluar dari kamar mandi.
Sena membalurkan minyak kayu putih ke perut Fajri dan juga tengkuknya.
"Mas yakin akan tetap berangkat kerja?" Tanya Sena merasa khawatir.
"Aku udah gak apa-apa." Kata Fajri.
Sena tersenyum. Dia memberikan bekal makan siang untuk Fajri.
Fajri berpamitan pada Sena. "Hati-hati ya Mas." Kata Sena yang masih merasa khawatir.
Sena mulai bebenah. Tiba-tiba Sena melihat tirai kerang yang berbunyi dan bergoyang.
Tak ada angin tak ada yang lewat. Tirai kerang itu bergerak dan saling beradu.
"Ya Allah... Masa pagi-pagi sudah ada sih?" Batin Sena.
Sena membaca Doa agar tak diganggu lagi. Sena kembali meneruskan pekerjaannya.
__________________________
"Dek...." Panggil Fajri. Mereka baru saja selesai makan malam.
"Ya Mas." Sahut Sena yang sedang membereskan piring-piring kotor.
"Kamu sudah datang bulan, belum?" Tanya Fajri.
Sena nampak berpikir. Sena menggeleng. "Kenapa Mas?" Tanya Sena.
"Tadi di Kantor, Aku muntah-muntah lagi. Teman-teman Aku bertanya, Aku kenapa.
Kataku gak tahu tiba-tiba mual." Cerita Fajri.
"Kata temanku: Istri Lo hamil kali, Ji. Coba nanti pulang tanya, udah datang bulan, belum? Gitu katanya." Jelas Fajri.
Sena mengangguk. "Aku sudah telat tiga minggu. Aku pikir apa karena pengaruh dari obat TB." Kata Sena.
"Mulai besok Kamu jangan cape-cape ya. Mudah-mudahan benar, Kamu hamil. Pinta Fajri.
Sena pun mengangguk. Fajri langsung memeluk tubuh Sena dan mengecup kening Sena.