Bunga-bunga rumput tengah menari di hamparan hijau yang luas saat sang angin membuai mereka terlalu tinggi. Dalam permainan sang waktu, lambaian itu tengah mengisyaratkan detik-detik seorang pria dan wanita bertemu. Pria dan wanita itu kini memperlihatkan ekspresi menegang tatkala tubuh keduanya baru saja bangkit dari sebuah kecelakaan kecil yang sebelumnya terjadi.
Sang wanita yang terbalut jubah hijau botol mengerjapkan netra peraknya yang indah lantaran tidak percaya jika ia justru terfokus pada tulang selangka pria berjubah hitam yang tampak seksi, membuatnya tanpa sadar menelan ludah sendiri.
'Oh astaga! Mengapa hal m***m seperti itu justru ada di otak cantikku? Apakah karena aku telah kebanyakan membaca n****+ terlarang yang kucuri dari laci lemari yang sengaja dikunci oleh Esmeralda?' Hati Latte merutuk.
Sementara pria berjubah hitam yang sebelumnya juga tertindih oleh Latte, dalam sekejap mengubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar. Netra birunya menatap tajam pada seorang gadis yang menurutnya sangat aneh.
"Hei, kau pria bodoh! Apa kau tidak mendengarku? Kau telah menjatuhkan permen gulaliku asal kau tahu!" Latte kembali berujar ketus dengan tatapan sengit pada pria berjubah hitam.
Hening. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut pria tersebut. Hanya terdengar suara embusan angin yang masih setia membelai bunga-bunga rumput di hamparan hijau tempat mereka berada.
Tentu saja pria itu berjalan menggunakan mata. Sepasang mata indah berwarna biru sebiru lautan yang sebelumnya sempat membuat Latte ingin menyelam ke dalamnya.
Namun, pria berjubah hitam itu justru tersenyum menyeringai kala mengoreksi kembali kalimat yang baru saja keluar dari mulut Latte. 'Pria bodoh', itu adalah kalimat yang baru pertama ia dengar sepanjang hidupnya.
Sejurus dengan itu, terdengar suara derap langkah beberapa orang yang berlari mendekat. Terdapat beberapa pria berjubah hitam yang tiba-tiba datang mengepung kemudian dengan sigap menyergap Latte dari belakang hingga membuat gadis itu bertumpu lutut di atas tanah.
"Hei, apa yang kalian lakukan? Lepaskan tangan kotor kalian sebelum aku memotongnya, sialan!" umpat Latte dengan tatapan garang.
"Pasti kalian adalah para bandit pasar yang selama ini membuat masalah, 'kan? Ksatria Shadow akan segera menangkap dan menghukum kalian!" hardik Latte masih dengan menatap tajam satu persatu pria berjubah hitam.
Ya, sebab Felix yang tidak lain adalah salah satu anggota pasukan Ksatria Shadow memang sedang menjalankan tugas untuk menangkap para bandit pasar. Semua itu Latte dengar sendiri dari mulut Felix. Hal itu juga yang membuat pria tampan yang tidak lain adalah sahabatnya itu sering berkeliaran di Pasar Dante untuk menyamar.
Dan kini, sekitar empat orang pria berjubah hitam tiba-tiba mengepungnya, termasuk pria yang menjatuhkan permen gulalinya tanpa rasa bersalah. Tentu saja hal itu sangat mencurigakan bagi Latte.
Di detik itu juga, salah satu pria yang mengepung tiba-tiba menganyukan pedang ke leher Latte, membuat napas gadis itu seketika tersekat.
"Apakah lebih baik kita bunuh saja dia?" Pria pengayun pedang yang berusia sekitar tiga puluhan dengan jambang yang memenuhi dagu bertanya dan menatap pria bernetra biru yang sebelumnya terjatuh bersama Latte.
Latte mengernyit dan menduga jika pria tampan bernetra biru adalah pimpinan para bandit tersebut. Kedua bola mata Latte seketika lebih melebar kala melihat pria bernetra biru dengan santainya mengangguk pertanda setuju untuk membunuhnya. Bahkan, dengan wajah tidak acuh, pria itu membalik tubuh dan beranjak pergi meninggalkan para bandit bawahannya yang akan menghabisinya.
'Ck! Dasar pria sialan!' Latte mengumpat dalam hati.
Tangan sang bandit pengayun pedang mulai terangkat ke atas. Pedang itu kini melayang di udara. Latte memaksa otak cerdiknya untuk berpikir keras sebelum pedang tajam bandit itu menebas dan membelah pembuluh darah arteri karotis di lehernya.
"Pangeran Liam Alexander!" jeritnya dengan memejamkan kedua mata sembari memalingkan wajah sebagai reflek tubuh menghindari pedang.
Pedang itu seketika terhenti di udara. Semua yang mengepung Latte sontak terkesiap dan saling melemparkan pandangan. Termasuk pria tampan bernetra biru yang tiba-tiba menghentikan langkah. Pria itu menukikkan sebelah alis tebalnya dari balik penutup kepala jubah hitam yang ia kenakan.
Latte tersenyum miring saat menyadari betapa berpengaruhnya sebuah nama dari Pangeran Iblis. Kepala cantik gadis itu kembali terangkat seraya menampilkan air muka penuh percaya diri pada satu persatu bandit yang berani mengepung dan menyergapnya.
"Lepaskan sebelum Pangeran Iblis itu membunuh kalian semua dengan keji!"
Kembali, semua yang mengepung Latte terkesiap untuk yang kedua kali. Begitu juga dengan pria tampan bernetra biru. Pria itu tiba-tiba membalik tubuh dan berjalan menghampiri gadis tersebut. Setelah sampai di hadapan gadis yang sedang bersimpuh dan bertumpu lutut di atas tanah, pria itu melipat sebelah kaki untuk menyejajarkan tubuh dengan gadis di hadapannya.
Kedua matanya mampu menatap tajam gadis itu meskipun sebagian dari wajahnya tertutup oleh penutup kepala jubah hitam. "Apa yang membuatmu yakin dia akan membunuhku?" Sebuah pertanyaan dengan aura dingin dan suara yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut pria tersebut.
Latte sedikit terhenyak kala merasa atmosfer dingin yang tiba-tiba menyergap hanya karena sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut pria bernetra biru. Aura dingin dan kelam dari pria misterius itu memang tidak dapat terbantahkan. Namun, Latte mencoba untuk tidak gentar walaupun tangannya yang disergap di belakang tengah gemetar.
"Sebab aku adalah calon istrinya asal kau tahu, Bandit Sialan!" ketus Latte seraya menatap tajam pria yang kini menyejajarkan tubuh di hadapannya.
Sontak, semua yang mendengarnya lagi dan lagi dibuat terkesiap. Namun, kini tidak dengan pria bernetra biru yang justru tergelak, "Apakah kau adalah Putri dari Duke Shancez?" Pria itu bertanya dengan santainya.
Latte mengernyit kemudian membatin, 'Sepertinya berita tentangku yang akan dinikahkan dengan Pangeran Iblis telah tersebar hingga di kalangan bandit kotor ini.'
"Benar! Aku adalah Latte Marie Swan. Putri dari bangsawan Duke Shancez. Jika terjadi sesuatu denganku, maka kalian semua akan mendapat hukuman yang tidak pernah kalian bayangkan!" papar Latte dengan dagu mulusnya yang terangkat. Gadis itu merasa jika tidak ada cara lain selain membuka identitasnya.
Pria berjambang pengayun pedang berdecak, "Apa kau pikir kami adalah orang bodoh? Walaupun wajah dan tubuhmu cukup menarik, tapi bagaimana mungkin putri seorang Duke berkeliaran sendiri tanpa adanya pengawal?" Terbesit keraguan di wajah pria berjambang.
Ya, pasalnya sebagai wanita bangsawan yang berkeliaran tanpa pengawalan memang cukup mencurigakan dan tidak pantas. Namun, hal itu justru biasa dilakukan oleh Latte. Gadis itu sudah sering berpetualang dan mencari suatu hal baru.
Sifat Latte yang tomboi dan ceroboh memang tidak pernah memedulikan larangan Duke Shancez. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan Sofia yang selalu mengurung diri di dalam mansion dan terus mempercantik wajah serta melakukan perawatan sihir di tubuhnya.
Melihat Latte yang hanya bergeming, pria tampan bernetra biru kembali membuka suara, "Apakah kau pernah melihatnya?" Alis mata tebal pria itu terangkat sebelah, "Apa kau pernah melihat Pangeran Iblis?"
"Aku?" Pupil mata perak Latte bergetar. "Ten-tentu saja aku pernah melihatnya. Bahkan, Pangeran Iblis berwajah buruk rupa itu selalu mengejarku karena tergila-gila padaku asal kau tahu!" Sebuah kebohongan yang terdengar menggelikan sukses membuat si pria tampan bernetra biru melebarkan mata.
Sedangkan Latte berusaha menampilkan seraut wajah santai dan meyakinkan meskipun mata peraknya juga sedikit bergetar karena takut kebohongannya kembali diragukan. Yang ada di otak Latte saat ini hanyalah menyelamatkan diri terlebih dahulu.
Tanpa ada yang tahu, guratan senyum miring justru menghiasi wajah tampan dari balik jubah hitam pria bernetra biru. Pria itu kemudian mendekatkan bibir untuk berbisik lirih pada Latte, "Baiklah. Jika begitu aku akan menantikan Pangeran yang tergila-gila padamu itu untuk membunuhku." Pria itu lalu beranjak berdiri dan membalik tubuh untuk pergi. Tanpa menoleh ke belakang, pria itu memberikan titah, "Lepaskan dia!"
Pria berjambang pembawa pedang seketika mengerutkan dahi, "Tapi—"
"Kubilang lepaskan gadis itu! Aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran Iblis yang baru saja dia ceritakan. Aku juga ingin memastikan apakah benar dia adalah putri dari Duke Shancez" ujar pria bernetra biru dengan menyeringai.
Latte berdecak sebal dan segera beranjak berdiri tatkala pria yang menyergap di belakang membebaskan tangannya. Gadis itu kemudian memekik, "Ya, kau tenang saja! Aku akan membawa Pangeran Iblis itu untuk menjemput ajalmu! Dia akan membuatmu seperti permen gulali yang kau jatuhkan tadi. Camkan itu!"
Pria bernetra biru tetap berjalan dengan aura dingin yang terpancar di setiap langkah. Sudut bibirnya tersenyum simpul sembari bergumam rendah, "Ya, aku akan menantikannya ...."
~~~