[3]

1263 Words
Ruby berdiri tepat di depan pintu bergagang emas. Kayu berpelitur itu terukir cantik menandakan kemewahan tersendiri dan pantas bersanding dengan banyak furnitur di sekitarnya. Siapa yang tak mengenal keluarga besar Dominique? Pengusaha mebel ternama seantero SunCity. Hasil produksinya menembus pasar dunia dan pesanannya tak pernah dalam jumlah sedikit. Andai pun ada, sudah sold out sejam setelah diluncurkan samplenya di media online. Perusahaan itu semakin berjaya di tangan Carlton Dominique. Gurita bisnisnya semakin merambah dari tahun ke tahun meski sang penguasa utama; Charles Dominique, sudah berpulang. Kalah melawan sakitnya satu tahun lalu. Entah sudah berapa banyak dokter yang didatangkan untuk merawat, tapi penderitaan Charles berakhir di detik sebelum operasi yang akan ia jalani. Kondisinya memburuk dan kian tak stabil yang membuat dokter mencanangkan jadwal operasi ulang. Sayangnya, Charles kalah. Dominique berduka. Dan titik itu juga menjadi awal neraka yang jauh lebih menyakitkan bagi Ruby. Perselingkuhan Carl terang-terangan dilakukan suaminya tanpa tahu malu. Malah kalau Ruby boleh menyuarakan sakit hatinya, Carl adalah pria yang sangat keterlaluan. Wanita itu dibawa ke rumah utama di mana Ruby masih tinggal di sana. Bercengkerama mesra seolah Ruby hanyalah hiasan di rumah mewah itu. “Kau kembali membawanya?” tanya Ruby suatu kali. Ia baru menyelesaikan sajiannya. Masih mengepulkan asap, aroma lezatnya bahkan memenuhi ruang dapur yang luas serta lengkap itu. Dulu masakan Ruby sering dipuji, baik oleh Charles juga Carl. Meski hanya di depan Charles, suaminya berlaku lembut dan hangat, tapi makanan itu tak pernah ditolak. Selalu dihabiskan dan terkadang, minta tambah porsi. Hati Ruby sudah sangat senang diperlakukan seperti itu. “Bukan urusanmu.” Carl berkata dengan dingin. Matanya hanya melirik sekilas pada piring yang Ruby bawa. “Maria,” panggil sang pria pada kepala pelayannya. “Ya, Tuan.” Maria bergegas menghampiri. Ia tak berani bertatap dengan sang tuan lantaran suara Carl terdengar sarat akan emosi. “Mulai detik ini aku tak mau mencium aroma masakan yang wanita ini buat,” tunjuk Carl tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ruby. “Kau ... apa yang kau katakan, Carl?” Ruby terperangah. “Apa masakanku tak enak? Bagian mana yang kurang? Atau ada menu yang ingin kau santap?” “Diam!” Ruby berjengit. Pegangannya pada piring berisi ayam panggang siram madu semakin ia perketat. “Sejak kapan aku sudi memakan masakan buatanmu, Ruby?” Carl menatap Ruby dengan tatapan menghunus. “Kamu terlalu menikmati peran sebagai menantu kesayangan, huh?” Pria itu berdecih tak suka. “Kubur mimpimu seperti mereka yang mengubur peti mati Papa.” “Carl!” Ruby benar-benar tak percaya dengan ucapan Carl barusan. “Kita semua berduka dengan kematian Papa. Tapi tak seharusnya kamu katakan hal itu padaku.” Carl melangkah lebar, mendekat pada Ruby yang kini memundurkan langkahnya. Dari manik mata sehijau zamrud indah yang Ruby miliki, tercipta ketakutan karena sikap Carl yang mendominasi. “Bukankah kau yang diuntungkan?” Ada tawa meremehkan yang tercipta di sana dan itu berasal dari Carl. “Kau tahu apa yang Papa tulis di akta warisnya?” Punggung Ruby menyentuh dinding dapur. Tangannya mulai gemetar tapi ia berusaha kuat. Kalau sampai ia menjatuhkan piring yang ada di tangannya, bisa menimbulkan keributan di sini. Ia tak ingin mengganggu ketenangan rumah ini apalagi Ruby tahu, Mami Kate tengah beristirahat. Kehilangan Charles Dominique membuat Kate berkubang dalam kesedihan yang dalam. “Jawab!” Ruby mengerjap takut. “Aku ... aku tak tahu, Carl.” Pria itu menyeringai tipis. Wajahnya yang tak pernah lagi ditemukan senyum serta ceria tiap kali bersama Ruby, semakin menunjukkan kebencian terhadap wanita yang masih menyandang status sebagai istrinya itu. “Sebagian besar saham Unique Enterprise jatuh ke tanganmu. Aku tak tahu ini sebuah kesialan atau keberuntungan untukmu, Ruby.” Carl semakin mendekat. Bahkan embus napasnya menyapa permukaan wajah Ruby tanpa ampun. Membuat wanita itu semakin ketakutan tapi sepertinya, Carl tak pernah peduli apa yang istrinya rasakan. “Kau mendapatkan dividen cukup besar dari keuntungan Unique Enterprise tanpa perlu melakukan kontribusi apa pun.” Carl terkekeh. “Aku tak habis pikir, bagaimana bisa Papa melakukan ini padaku.” Piring berisikan ayam panggang itu ditepis kasar begitu saja oleh Carl. Piring yang beradu di lantai marmer itu menimbulkan suara gaduh. Ruby memejam kuat berusaha untuk tetap berdiri di depan Carl. “Kamu hanya orang luar yang mendadak datang ke keluarga ini, Ruby. Mengambil kebebasanku dan sekarang, mendapatkan kekayaan tanpa perlu bekerja.” Carl tertawa keras. “Mungkin bagimu itu keberuntungan tapi tenang ... “ Carl menyentuh pipi Ruby dengan lembutnya. Tapi sorot mata wanita itu semakin didera takut. “Kupastikan apa yang kamu dapat, kurebut kembali.” “Aku tak pernah berniat dengan akta waris yang kalau memang benar ada namaku, aku benar-benar tak tertarik.” Tawa Carl makin jadi. “Kau pikir aku mudah tertipu, Ruby?” Sisa keberanian yang Ruby miliki ia pergunakan dengan segenap hati. “Tak pernah ada niat sebersit pun untuk mendapatkan kekayaan dari keluarga ini, Carl, kalau itu yang ingin kau ketahui dari mulutku. Kau bisa menelisik selama dua tahun hidupku di sini. Pernahkah aku menikmati semua fasilitas yang kau beri dengan seenaknya?” Carl masih menatap Ruby dengan sorot sangsi. “Aku hanya menanyakan satu hal; kau membawanya lagi?” Pria itu menyeringai. “Bukan urusanmu.” Lalu langkahnya mulai memberi jarak dan hal itu dimanfaatkan Ruby untuk bernapas lega. Namun sebelum kakinya benar-benar meninggalkan area dapur, Carl berkata, “Kuanggap kau wanita tahu diri karena tak menginginkan warisan Papa. Besok akan datang pengacara untuk mengurus peralihan saham yang kau punya.” Tanpa sadar tangan Ruby terkepal. “Seharusnya kau tak keberatan, kan?” Ingatan itu membuat Ruby menarik napas panjang. Sejak awal kedatangannya ke rumah ini bukanlah hal yang membahagiakan. Ah ... bahagia, tapi semu. Hanya bertahan beberapa jam setelah pernikahan mereka. Namun Ruby bukan sosok yang terlalu lama berkubang dalam penyesalan. Selama Carl tak memukulnya, melakukan kekerasan pada tubuhnya kecuali cengkeraman di wajah, membiarkan ia ada di dekat Kate serta membantu merawat Charles sebagai bentuk terima kasih, Ruby tak jadi soal. Akan tetapi hari ini, semuanya harus ia akhiri. Carl tak lagi memberi ia tempat di sini. “Nyonya,” panggil seseorang yang membuat Ruby menoleh ke arah sumber suara. Senyumnya terbit begitu mendapati siapa sosok yang menghampirinya. “Nyonya Kate sudah terlelap. Makan malam yang Nyonya Ruby buat, habis dimakan. Beliau bilang, masakan Nyonya sekelas hotel mewah.” Dada Ruby dipenuhi aliran yang hangat. “Syukurlah.” “Nyonya ... apa kau akan menuruti ucapan Tuan Carl kali ini?” tanya Maria penuh hati-hati. Tak mau bersikeras, tak punya lagi pegangan untuk bertahan, dan Ruby rasa Carl memang tak pernah menginginkannya sejak awal. Ia adalah mimpi buruk Carl. “Iya, Maria. Semuanya sudah aku persiapkan. Tapi tolong, berjanjilah satu hal padaku.” Maria tak kuasa menahan air matanya. Bagi Maria, sosok Ruby seperti malaikat yang menghidupi rumah besar ini. Kehadirannya membawa aura yang demikian hidup. Caranya bersikap, tuturnya, serta perhatian yang Ruby berikan pada semua penghuni rumah ini, serupa dengan sang pemilik asli; Katherine Dominique. Lembut dan penuh cinta kasih yang tulus. Sayangnya, Carl tak bisa merasakan hal itu. “Setiap pertemuan pasti ada akhirnya, Maria.” Ruby mengusap pipi wanita paruh baya yang basah air mata itu dengan lembut. “Statusku memang jantung rumah ini, tapi diriku tak ada di dekat jantung sang pemilik rumah.” Ruby tersenyum miris. “Lantas apa lagi yang menahanku?” Mata hijau itu pun kembali menatap pintu. “Jaga Mami Kate dengan baik. Katakan padanya, aku pergi berlibur bersama Carl di suatu tempat yang jauh. Jangan pernah katakan apa pun mengenai kebenaran yang ada. Carl, putra kebanggaan Mami Kate. Selalu sempurna dan akan terus sempurna. Akulah noda yang merusak hidup Carl.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD