Plak! Plak! Tamparan keras mendarat di pipi kanan dan kiri Okta semakin keras. Okta hanya bisa diam tanpa mampu membentak mamanya lagi. Sedangkan Bu Evi yang tak ingin mamanya Okta semakin murka, beliau memilih untuk berpamitan. Beliau tak ingin memperkeruh suasana di rumah mereka. Bu Evi tahu, beliau tak berhak mengurus semua hal yang bersangkutan dengan anak didiknya itu, yang terpenting keinginan untuk menyampaikan keinginannya sudh terlaksana. “Bu, maaf. Saya sepantasnya untuk pulang, maaf kalau saya membuat hubungan Anda dengan Okta menjadi kacau seperti ini. Mari.” Bu Evi meraih tasnya kemudian hendak menjabat tangan mamanya Okta. Namun, kala beliau mengulurkan tangannya, Mamanya Okta dengan kasar menghempaskan tangan Bu Evi hingga tubuhnya ikut geser berbarengan dengan tangannya ya