Okta yang berperang dengan sakaratul maut, orang tuanya asyik menyantap makanannya. Mereka sengaja tak memanggil Okta hanya keinginan mereka agar anaknya tak jadi orang yang pembangkang. Selesainya makan, hampir satu jam terlewati. Terdengar deru mobil berhenti tepat di depan rumahnya. “Guru lesnya Okta itu, Ma,” ujar papanya. Orang tua Okta sengaja menyewa guru dalam bidangnya masing-masing untuk memberikan bimbingan yang maksimal kepada anaknya. Mamanya Okta pun segera membuka pintu meski belum mendengar ketukan pintu di rumahnya. Rintik hujan membasahi bumi untuk malam ini. Langit seakan ikut bersedih dengan kepergian Okta malam ini. Tanpa tangisan dan tanpa iringan kata maaf yang terucap satu nyawa pun melayang. “Gerimis ya, Pak. Mari masuk,” ajak mamanya Okta kepada guru lesnya Okt