"Kenapa, Din?" tanya Dandi. Dia melihat Dinar tampak bengong sesaat setelah telepon dengan kakaknya. "Kak Dita lahiran, Dan. Ini gimana? Mau nggak mau, kita harus pulang hari ini. Kita pamit dulu ke rumah ibunya Dewi," jawab Dinar. Dandi menganggukkan kepala seraya tersenyum. "Kalian tunggu aja adeknya, biar obatnya aku bantu nebusin, ya. Berdoa aja, semoga tak terjadi apa-apa, ya. Kurasa dia macam Kasih yang bisa melihat makhluk lain, makanya di serang seperti itu," sahut teman Kasih. "Ya Allah, makasih, ya. Maaf, ya kalau jadi merepotkan kamu." Dinar meraih tangan teman Kasih. Dia sangat merasa beruntung bertemu dia di sana. "Nggak apa-apa, Kak. Aku tebusin, ya. Pakai uangku dulu aja, nggak apa-apa. Takutnya, nanti kalian nggak percaya ke aku takut uangnya kubawa kaalbur," ujar tema