Bab 8

2058 Words
Dinar melajukan mobilnya dengam kecepatan tinggi hingga sampai rumahnya. Dia keluar dari mobil dan menitikkan air mata, tentu saja hal itu diketahui ibu dan kakaknya yang kebetulan duduk di sofa dekat kamar Dinar. "Kenapa nangis?" tanya Dita. Dinar memutuskan menghampiri mereka berdua yang sedang duduk. "Kenapa, Din?" tanya ibunya. "Alva, Bu. Dia tega ngeduain aku. Ternyata dia menduakan aku dengan wanita lain, Bu. Dia menggunakan hasil keringatku untuk mencukupi segala kebutuhan cewek lain. Aku benci dia." Dinar kesal dengan perbuatan Alva. Apa yang ada dilihatnya tadi, serasa melekat dalam benaknya. "Kakak kan sudah pernah bilang kalau Alva itu tidak baik untuk kamu, tapi kamu ngeyel aja." Dita malah menyalahkan Dinar. Memang dari seluruh keluarganya sudah mengingatkan Dinar dari awal, tetapi sama sekali tak digubrisnya. Mereka tak menyetujui bukan karena kasta atau pun rupa, tetapi tanggung jawab sebagai seorang lelaki. Selama berpacaran hampir satu tahun, tak pernah sekali pun Alva memberikan sesuatu untuk Dinar. Sebenarnya bukan masalah itu, sebab masih pacaran tak berkewajiban. Tetapi, karena Alva yang tak selalu meminta materi dari Dinar. Dia yang malas bekerja dan selalu mengandalkan uang kekasihnya, dengan diiming-iming dikembalikan saat kerja nanti. Nggak hanya sekali, tetapi berkali-kali yang membuat keluarga Dinar merasa muak dan bahkan malas untuk menegurnya. Dinar selalu membelanya, dengan alasan memang saling membantu satu sama lain. "Memang dari awal aku bilang, kalau Om Alva itu nggak baik. Dapetin Tante Dinar aja pakai ilmu pelet, kok. Lihat aja, sekarang nangis-nangis, besok udah kembaki bersama," sahut Keyra yang tiba-tiba datang menghampiri. Seketika mereka yang mendengarnya pun menatap ke arah Keyra yang berjalan ke arahnya. "Rara, apaan, sih?" ujar Dinar, merasa tak terima kala Keyra mengatakan itu. "Lah, emang benerkan? Tante, yakin beneran mutusin Om Alva?" tanya Keyra. "Iya!" jawab Dinar dengan tegas. "Oke, kita lihat beberapa hari kalau gitu. Ehm, paling lama sehari, ya." Keyra menduga-duga apa yang terjadi pada Tantenya itu. Dinar yang bersedih enggan meladeni Keyra yang masih suka ceplas-ceplos kala berbicara. Dinar memilih untuk beranjak dari tempat duduknya hendak masuk ke dalam kamarnya. "Rara, nggak boleh bilang gitu, ya. Anak kecil, jangan suka urusin urusan orang tua. Takutnya ada yang nggak terima malah kamu di hina, sayang. Untung cuma Tante Dinar, takutnya kalau pas orang lain," tegur mamanya. "Justru karena Tante Dinar, Ma. Om Alva itu, untuk dapatin Tante Dinar memang bukan karena mereka saling suka, tapi gara-gara ilmu pelet yang aku bilang." Keyra tetap kekeh dengan pendiriannya. "Kamu bisa menyimpulkan itu, karena apa? Apa ada hantu yang mengikutinya?" tanya mamanya lagi. "Mama sama Nenek pernah sadar nggak, sih. Tante Dinar kalau soal ibadah sekarang sering mengulur-ngukur waktu, dia juga suka emosi nggak jelas dan terkadang seperti orang linglung. Yang paling terlihat itu, dia jadi nurut bangetkan sama Om Alva, pernah lihat tingkah seperti itu, kala Tante sama pacar-pacarnya dulu nggak? Bayangan hitam selalu mengikuti dia. Aku jelaskan pun kalian tak akan mengerti," jawab Keyra. Emelu dan Sisca yang berada di lantai atas pun menatap ke arah Dinar. Keyra yang mengerti kehadirannya, seketika menatap ke arah mereka berdua. Emely dan Sisca melambaikan tangannya. "Aku?" tanya Keyra, saat melihat ke arah mereka. Neneknya dan mamanya bingung, dengan tingkah laku Keyra yang kerap ngomong sendiri. Sedangkan Keyra berbalik badan hendak menghampirinya. "Rara, kamu mau ke mana?" tanya Dita sebagai mamanya Keyra. "Emely dan Sisca memanggilku, Ma," jawab Keyra. Emely dan Sisca memang sudah menjadi hal biasa, kala Keyra mengatakan itu walaupun satupun dari mereka tak pernah melihat wujudnya. "Mau ngapain lagi?" tanya Dita. "Nggak tahu, mereka melambaikan tangannya ke arahku. Sepertinya ada hal penting yang ingin ia katakan," ujar Keyra. Saat Keyra baru melangkah naik ke atas tiga tingkat, tiba-tiba terdengar suara ada yang terjatuh dsri kamsr Dinar. Praaak!! Terdengar barang pecah belah ada yang terjatuh. Sontak semua yang ada di sana panik, termasuk Keyra yang memilih untuk ikut berlari. Dita yang saat itu sedang hamil tua pun, ikut berjalan cepat demi melihat ada apa sebenarnya. Pintu terkunci dari dalam, Dita dan ibunya pun panik. "Pintunya di kunci. Dita di mana kunci kamar ini yang lain?" tanya ibunya. "Di bawa Dinar semua, Ma." Dita menjawababnya, sebab ia ingat betul jika kunci kamar ini semua dibawa oleh Dinar sendiri. "Duh, gimana? Telepon Andre," pinta ibunya. Keyra yang ikut panik hanya Emely dan Sisca yang dapat ia handalkan. Mereka berdua yang saat ini di dekatnya, sehingga Dinar memilih untuk berbisik ke mereka berdua. "Kamu, lihat Tante Dinar di dalam lagi apa. Nanti, Sisca minta tolong kabarkan ke aku dan Emily, halangan Tante Dinar jika berbuat hal-hal yang membahayakan untuk tubuhnya," pinta Keyra berbisik ke mereka berdua. "Iya," jawab Sisca, sedangkan Emily hanya menganggukan kepalanya. Mereka melesat dengan cepat untuk masuk ke dalam dan dengan cepat Sisca tiba-tiba kembali. "Ada makhluk yang menghasut dia. Tantemu ingin bunuh diri di dalam, jika kalian terlambat, dia akan mati!" Sisca mengatakan itu dengan suara datarnya. "Iyakah? Ambilkan kunci yang ada di balik pintu ini, berikan lewat celah pintu bawah itu. Sekarang!" perintah Keyra tetap dengan berbisik. Walaupun Dita sudah mengugmhubungi suaminya, tetapi Keura lebih pintar dengan tingkahnya ini. Sisca pasti menuruti kemauan Keyra. Dia kembali masuk ke dalam kamar Dinar, laku menjatuhkan kunci itu untuk Keyra. Dengan stau hentakan, kunci itu pun keluar dari kamar dan lewat celah pintu kamarnya itu. Keyra segera meraih di mana kunci itu berhenti untuk menyeluncur. Ketika mama dan neneknya tak mengerti, justri Keyra bergegas membuka pintunya. Ceklek! Ceklek! Keyra membuka kuncinya. Mama dan Neneknya kebingungan, tetapi karena khawatir mereka mengenyampingkan segala pertanyaan itu. Mereka berdua segera masuk, sedangkan Keyra dengan santai mengekor di bekakangnya. Bayangan makhkuk hitam dan tinggi terlihat di belakang Tante Dinar yang sedang duduk di atas kasur. Seperti asap hitam mengelilingi tubuh Tante Dinar. Tatapan kosong pada matanya, menunjukan makhluk itu menguasai alam bawah sadarnya. "Emely, Sisca, apa yang kita lakukan?" tanya Keyra. "Berdoa," jawab Sisca. Sedangkan Nenek dan mamanya mencoba mendekat ke arah Dinar yang membawa gunting. Saat mereka semakin mendekat, entah kenapa tubuhnya serasa terpelanting. Mereka berdua merasakan ada hal yang kuat mebghalanginya. "Jangan mendekat, dia jahat. Kalian baca doa aja, maka dia akan pergi," ujar Keyra dengan santai. "Tapi, Tante Dinar bawa gunting, Rara. Nanti dia kenapa-napa." Neneknya khawatir dengan keadaan Dinar saat ini. "Cepat kalian berdoa, makan kalian akan menyelamatkan nyawanya. Kita berdebat tak akan pernah mendapatkan jalan permasalahan ini." Keyra memilih duduk di sofa. Dita dan ibunya membaca ayat-ayat alquran yang mereka bisa, dengan sekuat tenaga. Saat bersamaan, terdengar deru mobil berhenti tepat di rumah ini. "Emely, Sisca. Minta tolong Tante Kunti dan yang lain untuk menyingkirkan dia." Keyra dengan entengnya menyuruh Sisca dan Emely untuk meminta bantuan makhluk yang lain. Mereka berdua pun dengan cepat menganggukkan kepala. Setelah kepergian mereka, Papa Andre datang menghampiri mereka. Terlihat Dita dan ibunya membaca doa sekuat tenaga mereka. "Rara, apa ini?" tanya papanya. "Tolongin Tante Dinar, dia lagi kebawa hasutan makhluk itu. Papa cari bantuan kyai atau bantu baca doa, dari pada banyak tanya," ujar Keyra. Andra yang panik, memilih untuk pergi ke rumah kyai yang kebetulan dekat dengannya. Sedangkan Keyra menunggu teman-teman gaibnya untuk datang. "Bawa makhluk itu pergi dari sini," pinta Keyra kepada beberapa makhluk astral yang menghampiri. "Emely dan Sisca ambil gunting yang di bawa Tante Dinar. Masiklah ke benteng makhluk itu. Kalian bisa?" Semua melakukan tugas masing-masing sesuai keinginan Keyra. Walaupun terasa panas karena bacaan ayat suci Alquran yang dilantunkan mama dan nenek Keyra, tetapi mereka tetap melakukan tugasnya. Para makhluk astral itu menyeret dengan kuat makhluk hitam besar itu. Mereka melesat dengan cepat dan kabut hitam yang melingkar pada tubuh Tante Dinar pun menghilang. Saat itu juga, Emely dan Sisca melakukan tugasnya. Mereka melesat mersih gunting iru, sebelum Tante Dinsr terkulai lemas tak sadarkan diri. "Dinar!" teriak mama dan Nenek Keyra secara bersamaan. "Tenang, makhkuk itu sudah pergi, kok. Bentar lagi juga sadar," ujar Keyra. Papa Keyra dan kyai datang saat makhluk itu sudah pergi, tapi masih ada kemungkinan jika dia akan kembali lagi. "Sayang, gimana?" tanya Andre papanya Keyra ke mamanya. "Kata Keyra makhluknya sudah pergi, tapi apa nggak sebaiknya kita ruqyah aja. Lagian mumpung Pak Kyai ada di sini." Dita menyarankan itu. "Bisa kan, Pak. Minta tolong ruqyah Adik, Saya. Entah benar atau tidak, kara Keyra anak saya, si Dinar terkena ilmu pelet atau pengasihan itu." "Bisa, ambilkan air minum dulu, buat dia sadar nanti," pinta Pak Kyai. Saat itu, Keyra yang memilih untuk berangkat mengambiljan minuman untuk tantenya. Sedangkan yang lain, masih penasaran apa benar yang dikatakan oleh Keyra itu. "Pak, saya penasaran dengan perkataan anak saya. Apa benar, anak saya terkena ilmu pelet?" tanya Dita. "Iya, bisa dibilang begitu. Dalam penglihatan saya, ada orang yang sengaja igin memanfaatkan Dinar ini. Dia yang ingin memiliki Dinar, menggunakan pelet untuk meraih hatinya." Pak Kyai itu pun menjelaskan. "Astagfirullah, terus tujuannya apa gitu, loh. Mau ambil harta bendanya?" gumam ibunya Dinar. "Nggak hanya itu, bahkan semua hal yang dimiliki Dinar. Termasuk kegadisannya, hartanya dan bahkan semua hal. Dia ingin Dinar nurut banget dengannya." Pak Kyai menghela napas sebentar. "Pelet itu jadi beberapa jenis, salah satunya pelet penghancur sukma yang saat ini digunakan seseorang untuk memiliki Dinar. Pelet ini, berfungsi untuk menembus hati dan jiwanya si target ini. Medianya hanya menggunakan foto saja. Makanya, kita harus berhati-hati kala memasang foto di sosial media atau apapun, sebab bisa disalah gunakan oleh orang lain." "Ya Allah, kok bisa-bisanya. Terus bagaimana cara menghilangkannya agar bisa terlepas dari pelet ini?" sahut ibunya Dinar. "Ada beberapa yang perlu kalian cari, untuk membuat pelet dari tubuh Dinar ini. Diantaranya: Yang pertama, mandi dengan air yang telah dicampur daun bidara. Siapkan 7 daun bidara yang masih hijau, dan seember air yang cukup untuk mandi. Caranya: a. Haluskan daun bidara dengan ditumbuk, dan campurkan ke dalam air yang telah disiapkan. b. Baca ayat-ayat berikut di dekat air (di luar kamar mandi): 1) Baca ta’awudz: a-‘uudzu billahi minas syaithanir rajiim 2) Ayat kursi (QS. Al-Baqarah: 255) 3) QS. Al-A’raf, dari ayat 117 sampai 122 4) QS. Yunus, dari ayat 79 sampai 82 5) QS. Taha, dari ayat 65 sampai 70 6) Surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas 7) Minumkan air tersebut di atas 3 kali (bisa gunakan gelas kecil) 8) Gunakan sisanya untuk mandi. 9) Cara seperti ini bisa dilakukan beberapa kali, sampai pengaruh sihirnya hilang. Nah, untuk itu semua bisa saya bantu saat daun bidaranya sudah ada. Untuk selanjutnya, kalian bisa terapkan sendiri. Terus cara yang kedua, membaca beberapa ayat Al Qur'an kemudian ditiupkan. Baca surat Al-Fatihah, ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Ulangi sebanyak 3 kali atau lebih. Baca ayat-ayat di atas, sampil ditiupkan dan diusapkan ke bagian tubuh yang sakit." Pak Kyai menjelaskan itu dengan detail. "Jadi, saya harus mencari daun bidara itu terlebih dahulu?" tanya Andre. "Ya, jadi jika ingin cepat sembuh, kamu harus secepatnya mencari daun bidara itu. Nggak satu hari itu juga sembuh, jadi harus dilakukan hingga beberapa kali," jawab Pak Kyai. "Lalu, kami harus cari daun bidara di mana?" sahut Dita. "Kalian bisa tanyakan teman terdekat atau cari online di mana gitu. Saya cuma menyampaikan itu saja," jawab pak kyai. Dinar pun terbangun saat mereka sedang berbicara. Mata yang sayu, membuat dia tampak kesedihannya. "Dinar, minum dulu." Dita memberikan segelas air yang tadi diambilkan okeh Keyra. "Kenapa, Kak? Kok rame di sini?" tanya Dinar yang ternyata tak menyadari perbuatannya. "Kamu ini yang kenapa? Otak kamu jangan dangkal, gara-gara lelaki mau bunuh diri. Gila kamu," hardik Dita yang merasa kesal terhadap adiknya itu. "Jangan gitu, Sayang. Namanya orang yang terkena ilmu sihir, tak menyadarinya. Kamu harusnya ngertiin adikmu, ya. Bantu dia terlepas dari segala sihir itu, ya." Andre mengingatkan istrinya Agar tak teroanjing emosi. "Iya, Sayang. Maafkan aku, habisnya Dinar selalu membela dia dan susah kala dibilangin," ujar Dita. Pak Kyai terlihat tersenyum. "Namanya orang terkena ilmu oelet itu, dia cenderung membangkang. Dia pasti membenarkan orang yang membawa pengaruh ilmu sihir itu. Kita bsntu dia untuk tetap mengingat sama sang maha pencipta agar selalu terhindar dari ilmu apapun itu. Memang, ilmu sihir selalu meminta korbannya untuk menjauh dari Sang Maha segalanya agar ilmu itu mudah merasuh ke jiwanya," jawab Pak kyai. "Lalu, kita cara agar terhindar dari ilmu itu bagaimana, Pak?" sahut ibunya Dinar. "Nanti akan saya bantu, tetapi setelah pengaruh sihir itu hilang, ya. Kita fomus untuk membersihkan pengaruhnya terlebih dahulu," pinta Pak Kyai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD