Kenyataan

1541 Words
Bryan menatap istrinya yang membawa pekerjaan ke rumah padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 wib. "Sayang, Kamu gak mau tidur gitu. Ini udah malam lo." ucap Bryan yang masih setia menemani istrinya. "Bentar ya Mas, Aku lagi liat rekapan ke uangan dulu bulan ini." Sahutnya. "Kamu kalau mau tidur duluan aja, nanti Aku nyusul." "Kamu pekerja keras banget ya, padahal udah kaya tapi ternyata tanggung jawab kamu lebih besar." ucap Bryan. "Iya Mas, Aku kan sama Sean dari kecil emang sudah di wanti-wanti sama Daddy bakalan pegang perusahaan, dan setelah kita cerai. Aku kuliah sambil menjalani bisnisnya, Dion saja yang baru mau SMA aja udah Daddy suruh belajar bisnisnya yang lain. Usaha Daddy terlalu banyak bahkan untuk satu bidang saja aku gak sanggup tapi Daddy bisa menguasai semuanya." tutur Sena. Apa kalian pernah merasa tak bebas?" "Bebas?, rasanya kita sudah cukup bebas ko Yang. Kita di kasih fasilitas yang sangat memadai, bahkan poya-poya sekali pun. Lagian daddy juga melakukan itu untuk masa depan kita juga. Ya meskipun kadang kita juga tak mau tapi daddy gak selamanya bersama kita. Kata daddy, setidaknya kita harus menguasai bisnis keluarga sebelum daddy tutup mata." "Mungkin bagi orang lain yang melihat kehidupan kita akan berpikir, hidup aku dan Sean enak, sudah terjamin. Dan masa depan yang sudah jelas. Mereka itu benar tapi semua itu kita harus mengikhlaskan masa muda kita." "Aku hanya bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan padaku dan keluargaku. mungkin saja hidup yang tidak aku inginkan malah di inginkan orang lain. Tapi apapun itu, terlepas dari apa yang daddy lakukan untuk anak-anak. mungkin daddy hanya ingin hidup anak-anak tidak susah dikemudian hari." Ucap Sena panjang lebar. Bryan pun mengangguk mendengarkan penuturan Sena. Bryan yang menunggu Sena pun tertidur di ranjang dengan kepala mengarah pada Sena yang duduk di sofa. Sena pun bangun menghampiri suami, dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Bryan. "Selamat malam suamiku." Sena pun ikut merebahkan tubuhnya tak lupa memeluk Bryan yang tidur dengan nyenyaknya. *** Pagi ini Sean begitu sibuk dengan pekerjaannya apalagi akan ada lekout di pabriknya sehingga banyak meeting yang harus di lakukan untuk melihat kualitas bahan, bagaimana nanti kualitas jahitan dan bahan yang di gunakan. "Mana sih ini dasi Navy, biasanya Aku simpen di sini." ucap Sean yang mencari dasi di lemarinya. "Sayang, kamu liat dasi aku gak." teriaknya. Amira yang sedang membuat sarapan pun membalas teriakan Suaminya. "Di laci dasi Mas." Oh ya Tuhan kenapa dia lupa kalau tempat dasinya ada di laci, Sean pun mencari di laci setelah mengacak-acak lemari baju. brak.. Sean menoleh kearah kertas yang jatuh berserakan. "Kenapa Amira nyimpen berkas di lemari sih," Sean pun membereskan kertas-kertas yang tak sengaja jatuh karena Sean mengacak-acak lemari pakaian. "keBiasaan ceroboh banget." Sambil memungguti kertas itu alis Sean naik satu saat ada nama rumah sakit yang tertera di atasnya. "Siapa yang sakit." Sean pun melihatnya dengan jelas. Dia mencari siapa yang sakit tapi matanya membulat saat kertas riwayat kesehatan itu milik Amira, istrinya. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, dia membaca tapi tidak mengerti dengan isi yang ada di tulisan itu. "Sayang ketemu gak." ucap Amira yang terdengar mendekati kamar. Buru-buru Sean memasukan kembali lembaran-lembaran kertas itu kedalam lemari. "ketemu gak?" tanya Amira yang sudah ada di dalam kamar. "A-ada ko Sayang." jawab Sean gugup. "Yasudah sini Aku pakaikan." Amira pun mendekati Suaminya untuk memakaikan dasi. Sean menatap lekat perempuan yang kini sudah menjadi istrinya, kenapa dia baru sadar kalau Amira semakin kurus bahkan wajahnya sangat pucat. "Sayang kamu sakit?" tanya Sean. "Nggak Mas, Aku hanya lagi datang bulan saja." sahut Amira membuat kening Sean menaut. Bukannya Amira datang bulan seminggu lalu ya. "Sudah beres, Suami Aku udah tampan." ucapnya. "Kamu bisa aja." Sean pun menghujami Amira dengan ciuman. "Mas, udah kita sarapan dulu." Sean pun menghentikan ke isengannya lalu menggandeng Amira menuju meja makan. *** Sean melajukan mobilnya bukan ke pabrik tapi ke rumah sakit tempat Kakak angkatnya bekerja. "Permisi Sus, Dokter Zahranya ada?" tanya Sean. "Ada Mas, Mas tinggal lurus saja belok kiri disitu ruangannya." "Makasih Sus." Sean pun langsung menuju ruangan Zahra sesuai arahan suster tadi. tok tok "Masuk." Sean pun masuk, Zahra yang masih sibuk pun mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang. "Sean." kagetnya. "Pagi Mbak." "Pagi, Mbak kira tadi suster. Ada apa tumben pagi-pagi sekali kamu kesini?" tanya Zahra. Anak kecil yang Leon sekolahkan kini sudah dewasa bahkan punya kehidupan yang layak serta keluarga yang bahagia. Sean pun merogoh kertas yang ada di balik jas mahalnya. "Ini Mbak Aku mau nanya, Di sinikan Amira datang kerumah sakit ini tapi aku gak ngerti Amira sakit apa ya?" ucap Sean sambil menyodorkan kertas itu pada Zahra. Zahra membaca kertas itu, lalu melirik ke arah Sean membuat laki-laki itu menjadi penasaran. "Udah sejak kapan?" tanyanya. "Apanya?" tanya Sean balik. "Sejak kapan Amira sakit ini?" "Emang Amira sakit apa Mbak, soalnya tiap sakit dia gak pernah mau di ajak kerumah sakit. Dia hanya manggil dokter langganan di kasih obat, udah. dia gak pernah jelasin sakitnya apa." tutur Sean. Zahra menghela nafas, dia tak menyangka beberapa kali dia bertemu Amira di rumah sakit ternyata Amira kemoterapi. "Mbak jawab dong, Mbak kan dokter pasti mbak juga tau isi dari kertas itu." "Istri kamu kena kanker rahim stadium 4" jelas Zahra membuat tubuh Sean mematung tak percaya dengan ucapan Saudarinya itu. "Jangan bercanda ya Mbak, gak lucu sumpah." "Mbak juga gak nyangka kalau kedatangan dia kesini untuk kemoterapi itu, kamu bisa lihat di sini," tunjuknya pada kertas yang Sean bawa. Sean langsung menunduk, air matanya kini keluar tanpa permisi. "Bagaimana bisa, kami bahkan melakukan hubungan pertama kali saat sudah sah." tutur Sean. "Kanker rahim bermula ketika sel-sel sehat di dalam rahim tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor atau benjolan. Tumor tersebut bisa bersifat jinak atau ganas. Pada kanker rahim, tumor bisa membesar dan menyebar ke organ tubuh lainnya." "Untuk lebih lanjutnya kamu bisa menghubungi dokter Amira langsung agar tau lebih detailnya." Sean menggelengkan kepalanya. "Aku gak mau Amira tau, apalagi membuat dia jadi minder." Zahra pun menghela nafas, dia pun beranjak dari duduknya memeluk Sean memberi semangat pada adiknya itu. "Suport dia, karena dengan itu imunnya akan kuat." "Makasih Mbak, Aku pulang dulu ya." ucap Sean lalu pergi meninggalkan rumah sakit dengan rasa sesak di dadanya. *** "Kalian tolong ya dekor ini sebagus mungkin, sebentar lagi suami saya pulang. Saya mau suprisenya berjalan dengan lancar." Ucap Amira pada pegawai yang sedang menghias rumahnya untuk suprise anniversary pernikahan. Amira hanya melihat sambil mengawasi, senyuman dibibirnya menghiasi wajah cantiknya. "Aku takut mas, ini anniversary pernikahan terakhir kita." Batin Amira sambil mengawasi pendekor. Dia memalingkan wajahnya dan pergi untuk berganti baju, dia ini anniversary pernikahan ini menjadi yang terindah untuk Mira dan suaminya. Gaun Peach ini menjadi pilihan Amira malam ini, dia ingin terlihat cantik dihari spesialnya. Biarkan ini menjadi kenangan terakhir dirinya dengan suaminya. "Tolong Rias saya secantik mungkin." Ucap Amira pada perias yang sudah disewanya. Dia ingin malam ini menjadi moment bahagianya. "Baik bu." Sahut perias-perias, mereka pun langsung bergelut dengan alat-alat make up yang mereka bawa. Amira hanya melihat pantulan dirinya didepan cermin sambil tersenyum menatap pantulan dirinya yang sudah tidak bisa dikenali karna terpoles make up tangan-tangan yang handal. Jam sudah menunjukan jam 9malam. Hiasan wajah sudah selesai, semuanya sudah selesai tinggal menunggu suaminya pulang. Amira dan beberapa pembantunya menunggu sang empu datang. Beginilah acara mereka sangat sederhana namun selalu memberikan kesan yang luar biasa. "Cekrekkk" "Sayang, mas pulang." Ucap Sean yang baru membukakan pintu. Lampu yang sudah dimatikan membuat Sean menghentikan langkahnya. Dia mencari saklar untuk menyalakan lampu, hatinya bertanya-tanya kenapa rumahnya gelap gulita seperti ini. klekk "Suprise." "Sayang, apa kamu yang menyiapkan ini semua." Ucap Sean sambil menghampiri Amira. "Iya mas, apa kamu suka?." "Sangat." Sean tak percaya, istri selalu menyiapakan kejutan anniversary pernikahan mereka. Air mata Sean jatuh membasahi wajahnya. "Kamu nangis Mas." ucap Amira karena bahunya basah. "Nggak, Mas hanya bahagia bisa hidup sama kamu dan Mas ingin kita selamanya seperti ini." "Ayo mas kita makan." Ajak Amira. Musik pun langsung terdengar, irama musik yang begitu indah mengiringi makan malam mereka. Meskipun mereka mengadakanya dirumah namun sangat spesial. "Kamu sangat cantik, dan selalu sangat cantik" puji Sean sambil menggenggam tangan Amira. Membuat Amira tersipu. Sean pun memotong steak yang ada dimeja itu, dia memotongnya dan menyuapi Amira. begitu pun dengan Amira, dia juga melakukan hal yang sama. "Kamu kenapa sih dari tadi nangis terus?" tanya Amira heran karena Sean terus saja mengeluarkan air matanya. "Jangan tinggalkan Aku." "Aku tidak akan meninggalkan kamu, jangan ngaco deh." kekeh Amira tapi hatinya sangat ketakutan karena takut tak bisa menepati janjinya. Musik yang mengiringi makan malam romantis pun membuat Sean mengajak Amira untuk berdansa. "Ayo.' ajaknya. Amira pun menggenggam tangan suaminya lalu berdansa dengan sangat romantis. "Aku mencintaimu." Bisik Sean ditelinga Amira. "Aku pun mas." Jawab Amira. Sean mengecup pucuk kepala Amira disela dansanya. Fakta baru yang harus Sean hadapi begitu menyakitkan untuk dia jalani. "Ingin hadiah apa untuk Anniversary kita ini?' tanya Sean. "Kamu yakin akan mengabulkannya." "Tentu saja, untuk Ratuku, Bidadariku pasti akan aku kabulkan keinginan kamu." "Tetap bahagia ya Mas, meskipun tanpa Aku nanti." lirih Amira. "Kamu ini bicara apa sih, kita akan hidup bersama-sama sampai kakek nenek." "Bagaimana kalau aku gak bisa wujudin itu." "Aku akan paksa kamu." Amira pun terkekeh, dia memeluk suaminya. "Aku hanya minta satu hadiah, dan kamu harus mengabulkannya untukku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD