bc

Istri Kedua

book_age18+
475
FOLLOW
1.8K
READ
office/work place
secrets
like
intro-logo
Blurb

Bentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira menunggu seseorang."Siapa?."______"Saya mau melamar Ira untuk suami Saya." Ucap Amira membuat semua orang yang ada diruangan itu menatapnya."Amira sayang, kamu boleh minta apa aja. Aku pasti turuti tapi tidak untuk itu""Untuk apa kamu melamarkan wanita lain. Cukup kamu wanitaku, ratu dirumahku." Ucap Sean penuh penekan.

chap-preview
Free preview
Menganggumi
"Ra, ngapain sih buruan masuk," Ujar Sinta teman Ira. Ira wanita cantik dengan kulit sao matang namun dia sangat manis, membuat siapa saja yang melihatnya akan tergiang-giang. "Bentar dulu, aku belum liat moodboster nih." Ujar Ira yang masih menunggu seseorang yang entah tak tau siapa, membuat Sinta yang akan masuk kedalam pabrik pun jadi ikut menunggu karna penasaran. "Siapa." "Kenapa kalian belum masuk, mesin-mesin sudah menyala." Ujar Seseorang yang baru saja datang. "Iya MR. Sean" Ujar Ira sopan, Dia pun manarik Sinta untuk masuk keruangan produksi untuk memulai pekerjaan mereka yang buruk pabrik pakaian. "Ra, tadi kamu nunggu siapa sih, katanya lagi nunggu moodbooster?" Tanya Sinta yang masih saja bingung. "Udah ko." "Kapan?" "Barusan." "Hah? MR. Sean." Kaget Sinta, Dengan santainya Ira mengangguk bodoh. Sean adalah pemilik perusahaan industri terbesar didaerah palembang bahkan karyawan mencapai puluhan ribu dengan beberapa gedung. Dia juga memiliki beberapa bisnis lain yang berjalan dibagian produksi, seperti garmen pakaian dan bagian produksi lainnya juga. Dan seperti sekarang, dia akan memantau garmentnya setiap pagi, untuk melihat-lihat seperti apa perkembangannya. Sikapnya yang berwibawa dan baik membuat selalu karyawan begitu segan padanya, begitu pun dengan Ira yang jadi penganggum. Ira rela setiap pagi menunggu Sean meskipun berdiri cukup lama. Karna menurutnya itu vitamin yang sangat membantu membuat dia bekerja dengan semangat. "Jangan macem-macem Ra, MR.Sean itu sudah punya istri." Ujar Sinta mengingatkan. "Sinta, aku tuh cuman ngefans bukan suka. Artis aja banyak yang sudah istri dan fansnya Cewe-cewe." Jelas Ira sambil duduk dimesin jahitnya. Membuat Sinta tidak bisa bicara lagi karna dia harus buru-buru ke meja kerjanya. "Aku tuh cuman ngefans, bukan mau memiliki. Nabi aja dikagumi banyak umatnya gapapa." Gerutu Ira sambil mengambil bahan yang mau dijahit. ** Ira dan Santi membeli cilok untuk menganjal perutnya saat istirahat kerjanya, setelah itu mereka pun pergi ke musola untuk menunaikan kewajibannya. Musola begitu penuh dengan mayoritas karyawan pabrik yang beragama Islam. Sambil menunggu antri, Ira memainkan hpnya dengan berselfi Ria dengan tanpa sengja dia memfoto Sean yang baru saja keluar dari musola khusus pria. Ira masih tak menyadarinya, dia langsung buru-buru memasukan hpnya kedalam saku saat suara melengking Sinta memanggil namanya untuk sholat karna sudah ada yang keluar. "Ra, buruan masuk mumpung ada yang kosong, cepetan ambil wudhu udah gue kasih tanda biar gak ditempatin orang." Ujar Sinta yang sudah memakai mukenanya. Ira pun langsung ketempat wudhu, dia pun sholat ditempat yang sudah disediakan Sinta. Ira dan Sinta sudah berteman lama saat mereka sama-sama melamar kerja ke garment tempat mereka mencari nafkah. Sama-sama tulang punggung keluarga. Setelah selesai sholat Ira dan Sinta pun berdiam dikantin yang lumayan sudah sedikit longsong. "Aduh f******k aku isinya pengantin mulu, kapan ya jadi pengantin." Racau Sinta sambil memainkan gawainya. "Kerja yang bener, nyenengin dulu orang tua baru nikah." "Iya bener Ra, lagian gak ada lakinya juga. Siapa yang mau sama aku yang anak remahan ini." Ujar Sinta dramatis. "Ihhh anjirr bikin geli.' " Haha, eh masuk yu udah dibuka tuh pintunya." Ajak Sinta yang melihat Pintu ruang produksi sudah dibuka. Sinta dan Ira pun beranjak dari duduknya. Lampu sudah dinyalakan namun mesin-mesin masih mati karna memang belum waktunya bekerja. Ira duduk dimeja kerjanya begitu pun dengan Sinta. Bermain sosial media sudah jadi candunya untuk menghilangkan bosan. Dia melihat foto-fotonya tadi untuk di upload ke Facebooknya. Tangannya terus saja mengscrol-scrol mencari foto yang menurutnya cantik. Tangannya berhenti saat ada yang janggal dari fotonya, dia pun men zoom fotonya dan ternyata benar. Mr. Sean ikut dalam selfinya, laki-laki tampan yang sedang memakai sepatu itu tak segaja terfoto oleh gawainya. "Ya allah, Sinta." Teriak Ira sambil menghampiri Sinta yang sedang merapihkan bahan untuk dijahitnya. "Apaan sih." "Liat Sin, ada MR.Sean di foto aku." Ujar Ira senang, dia yang penggemar berat itu begitu senang. "Yaelah cuman fotonya, gue kira lo dilamar gitu." Ketusnya jengkel. "Yaelah, suami orang itu gak baik ngodoain suami orang," Ira pun kembali ketempat duduknya, meskipun dia senang melihat Sean tapi dia menghapus fotonya. Dia hanya menggangumi bukan mau memiliki. ** Sean duduk dikursi kebesaran, tidak mudah bisa memiliki semua ini meskipun sebagian dari usahanya adalah warisan keluarga tapi, Dia mengingat kenangan pertama kali bertemu dengan Amira. Wanita yang menjadi istrinya sekarang. MengingatNya membuat Sean kangen pada wanita yang sedang disibukan dengan beberapa bisnis yang dirintisnya. "Hallo mas." Suara Amira membuat Sean tersenyum. "Sedang apa sayang, sudah makan?" "Biasa mas lagi ngurusin butik, lagi ada pesanan. Udah ko mas, kamu sendiri?" "Sama ko sayang, sudah. Jaga kesehatan ya jangan cape-cape." Ujar Sean pada Amira. "Iya mas, kamu juga ya." Sambungan telepon pun terputus. Amira menatap rekap medisnya yang baru saja keluar beberapa hari lalu, tak terasa butiran bening keluar dari sudut matanya. Dia langsung memasukkan rekap medis itu ke laci yang paling dalam dan di tumpuk dengan berkas lain. Amira menghampiri karyawan yang sedang bekerja karena ada pesanan untuk membuat gaun pengantin dan Bresmaidnya. "Sudah selesai Da?" tanya Amira pada Farida bawahannya. "Belum Mbak, dikit lagi." sahutnya. Harus selesai hari ini Da, mau diambil lusa soalnya." Ujar Amira pada pegawainya. Iya mbak, kita bakalan lembur." Tutur Farida. "Iya, tapi lemburnya jangan Malam-malam ya, soalnya saya gak bisa nemenin kalian." Jelas Amira. "Siap mbak." Ucap kompak karyawannya dan beberapa penjahit. Amira yang berdiri memantau para pengawainya pun meneteskan air mata, meskipun pernikahannya baru seumur jagung tapi Amira sudah tau bagaimana kedepannya apalagi kondisi dia sekarang. Tak ingin larut dalam kesedihan dengan cepat Amira mengusap matanya, kembali beranjak dari santainya. Tangan lentik dan indahnya kembali bergelut dengan manik-manik yang akan dipasangkan dipakaian yang hanya bisa dilakukan dengan jahit tangan. "Mbak biar sama saya aja." Ujar salah satu karyawan. "Gapapa, kerjaan kamu juga masih banyak biar cepat beres." Jelas Amira. Jika Sean adalah Rajanya maka Amira adalah ratunya, sama-sama baik, dan membuat mereka dicintai bawahannya. *** "Cape ya Sin, kerja tuh Kalau ada yang ngelamar pasti aku terima deh." Tutur Ira sambil berjalan keluar gerbang pabrik. "Halah siapa yang mau sama cewe tukang halu kaya kamu Ra." "Iyalah, Cowo aku level soekjin, sama babang Suga." Tutur Ira sambil cengegesan saat mengingat dia begitu ngefans pada kpops korea yang sedang trans itu. "Tuh kan gilanya kambuh lagi." Sahut Sinta malas sambil menyalakan motor. "Nebeng." Teriak Ira saat melihat Sinta sudah menstaterkan motornya. "Buruan." Perjalanan pulang begitu sunyi apalagi jalanan kampung yang memang sangat sepi, kerja lembur setiap hari dan harus membiayai kedua orang tua membuat wanita tangguh ini tidak pantang menyerah. "Gue bosen deh Sin, boncengan sama kamu terus." "Yaudah sana turun." Ira terkekeh, dia memeluk sahabatnya itu dengan erat membuat Sinta geli. "Nanti gue bakalan kangen momen ini Sin." "Kamu dari tadi kenapa sih ngomongnya ngaur terus kaya lagi mau pergi jauh aja." Ucap Sendu Sinta yang memang terbilang cengeng itu. "Ini perumpaan pea." Tepuk Ira dibahu Sinta. Mereka pun sampai didepan Rumah Ira, Sinta pun pamit untuk pulang karna waktu yang memang sudah sangat malam. Ira pun masuk kedalam rumahnya yang tidak besar tapi lumayan nyaman. "Benar ini rumahnya?" "Iya benar, Saya sudah cari tau seminggu ini semuanya sesuai dengan data yang Ibu kasih." ucapnya. Orang yang memantau rumah Ira pun kini menatal rumah itu dari jauh, senyuman terukir dari wajahnya. "Kita kembali pulang." "Siap Bu." Sepanjang perjalanan dia menatap keluar jendela, matanya sendu tapi dia juga harus menguatkan hatinya. *** Satu minggu kemudian kondisi Amira kembali drop, meskipun begitu Amira akan memaksa baik-baik saja di depan Sean. "Sayang, kamu gapapa Aku tinggal?" tanya Sean, karena sudah beberapa hari ini Amira sakit dan tak mau di ajak ke dokter. "Aku baik-baik saja ko Mas, Mas nanti siang Aku boleh ke luar gak?' " Mau kemana? kamu kan baru sehatan. Kapan-kapan ajalah keluarnya." "Bentar doang liat butik! kan udah lama gak mantau.' Sean menghela nafas, karena Amira yang sangat keras kepala. " Ya sudah, tapi di antar sama Bibi ya. Mas takut kamu kenapa-napa di jalan." "Iyaa Mas." Amira pun memeluk suaminya, lalu merapihkan baju suaminya yang siap berangkat bekerja. "Mas berangkat dulu ya, " Sean pun mengecup kening Amira dan masuk kedalam mobilnya. Sean memang pulang waktu makan siang untuk melihat kondisi istrinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
104.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
15.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
210.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
193.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook