Keesokan harinya. sebuah kantor besar JDN Group. Milik keluarga Besar JDN Group. seorang laki-laki tampan duduk dengan pantainya di kursi kerjanya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi. dengan ke suami aku atas meja kerjanya.
Laki-laki itu menghirup napasnya dalam-dalam, menahannya, lalu mengeluarkan perlahan dari sela-sela bibirnya. Dia menekankan matanya, bayangan singkat wanita yang ditemuinya kemarin malam selalu mengganggunya. Dia tidak habis pikir, dirinya mulai tertarik pada wanita sampai seperti ini. Memikirkannya setiap waktu. Membuat semua pekerjaannya terbengkalai.
"Sialan.. Kenapa aku jadi terkena racun wanita." gerutunya kesal.
"Aku tidak akan tenang jika belum bisa melihatnya lagi. Apalagi bisa jadi umpanku selanjutnya." lanjutnya.
Vian Damar Beliando laki-laki yang terlihat snagat cool. Dia bisa ramah dengan siapa saja. Tapi, dia terlihat dingin dnegan orang yang baru saja dia kenal. Tak hanya itu, bagi seorang Ceo sukses seperti dia. Banyak wanita yang dekat dengannya. Dan, itu adalah makanan dia sehari-hari.
Vian duduk santai di kursi kerjanya. Menyandarkan punggungnya. Dengan ke dua tangan di belakang kepalanya. Dia mulai mengangkat kedua kakinya, meletakkan di atas meja.
Pikirannya mulai melayang jauh membayarkan wanita yang di temuinya kemarin. Wajah cantik saat dia mabuk masih terngiang. Meski dia seperti sok jual mahal terhadap wanita.
****
Cklek!
Suara pintu terbuka mengejutkan Vian. Dia tersadar dari kami hanya. Menarik kembali kedua kakinya di atas meja.
"Mr Ken, ada apa?" tanya Vian. Dia menarik kedua kakinya di atas meja. Dan, kembali duduk tegap. Dengan sedikit menarik kursinya kedepan.
"Maaf, tuan. Saya ganggu anda." ucap Mr Ken.
"Tidak masalah!" jawab Vian.
"Apa tuan baik-baik saja. Saya dari tadi melihat tuan senyum-senyum sendiri." ucap Manajer Ken.
"Aku memikirkan wanita kemarin." ucap Vian
"Apa wanita pemabuk itu?" tanya Mr Ken.
Vian menganggukan kepalanya. "Apa tuan benar-benar yakin tertarik dengannya." tanya Ken memastikan.
"Sudahah, lupakan saja!" ucap Vian. "Sekarang, ada apa kamu kesini?" tanya Vian menatap wajah Ken.
"Tuan, saya hanya ingin memberikan pesan dari tuan besar. Jika anda jangan bermain wanita lagi."
"Oke... Tidak masalah. Tapi... Bagaimana? Apa kamu sudah mengetahui siapa dia?"
"Wanita semalam, tuan?" tanya Ken, sedikit menundukkan badannya. "Di depan tv mematikan jika tuanya mulai tergoda oleh godaan wanita cantik yang sudah di balai beberapa laki-laki itu.
"Iya.." jawab Aku merasa mulai tertarik dengannya."
"Apa anda yakin tuan? Dia wanita malam, sepertinya bukan wanita baik-baik." Ken mencoba menasehati tuannya. Apalagi jika tuan besar tahu. Vian pasti dalam masalah besar.
Vian hanya tersenyum tipis. "Aku yakin, dia bukan wanita murahàn. Tapi, dia masih gadis." Tamat mengangkat kepalanya menatap Mr Ken. "Kamu segera cari dia. Aku mau secepatnya cari tahu tentang dia."
"Baik, tuan!" Mr Ken tak bisa banyak mengelak lagi. Meski dia tidak terlalu suka dengan wanita itu. Tetapi, apa yang dikatakan tuannya adalah perintah baginya.
"Saya pergi dulu, tuan!" ucap Mr Ken membungkuk, menghormati Vian sebagai bosnya. Mr ken segera pergi meninggalkan ruangan Damar.
Vian Damar Berliando adalah seorang Ceo di perusahaan JDN group. Meski sebanarnya namanya adalah Vian Jordan. Tetaoi dia tiska mau di kenal sebagai, Keluarga Jordan yang terkenal dengan keluarga kaya di kota. Laki-laki yang terkenal dengan pecinta wanita. Setiap malam dia selalu bermalam dengan wanita. Tapi, hanya satu wanita kesayangannya. Yang selalu menemaninya saat dia butuh. Dia laki-laki single yang tidak mau menikah. Baginya pernikahan tidak terlalu penting. Dia juga tidak pernah merasakan jatuh cinta pada wanita. Meski hidupnya dikelilingi banyak wanita. Dia merasa kesepian. Keluarganya juga hanya sekali di rumah. Dia punya adik laki-laki yang masih duduk di bangku kuliah.
***
Jam Dua siang.
Di rumah besar milik Vian, semua keluarga nampak berkumpul. Mereka membicarakan pernikahan untuk Vian. Tetapi, saat semua keluarga sudah menunggu kedatangan Vian. Laki-laki itu tidak pulang ke rumahnya. Dia lebih memilih untuk pergi menemui wanitanya. Dan, jalan bersama dengannya. Menghabiskan waktu diluar dengan banyak wanita membuat keluarganya merasa sangat kesal. dia tidak mau jika citra keluarganya jadi jelek di mata masyarakat. Apalagi, Vian sudah berumur 30 tahun. Dan, sudah waktunya untuk menikah. Tetapi, sama sekali dia tidak mau memikirkan pernikahan.
Keluarganya sudah memberikan berbagai solusi untuknya. Tetap saja, ia kabur dari rumah. Sifatnya yang keras kepala. Membuat keluarganya merasa capek harus memberitahumu. Kali ini kesempatan lagi mencoba untuk membicarakan pernikahan. Tapi, bukan soal perjodohan. Vian tidak suka dijodohkan.
"Rava.. apa kamu sudah menghubungi kakak kamu?" tanya Jordan, Ayah Rava dan Vian.
"Sudah, tapi kakak tidak membalasnya." jawab Rava.
"Kemana anak itu pergi? Kenapa dia tidak bisa menjaga nama baik keluarga. Apa yang dilakukan diluar sana sudah terlewat batas." geram Jordan, memukul pegangan Sofa di sampingnya. Dia terus mengumpat kesal.
"Sabar, dia pasti akan pulang. Mungkin sekarang sedang banyak pekerjaan." isti Jordan hanya bisa mengusap dadànya. Mencoba meredakan amarah tuan Jordan.
Jordan menghela napasnya mencoba untuk sabar sesuai dengan apa yang dikatakan istrinya. "Rava.. Sekarang, kamu cepat cari tahu dimana Vian. Kalau perlu, kamu sekarang hubungi Mr Ken. Dia pasti tahu di mana majikannya." pinta tuan Jordan sedikit kesal.
"Baik, yah." Rava segera menghubungi kakaknya lagi. Saat tak ada jawaban dari kakaknya. Rava segera menghubungi Mr Ken. Dan, langsung dijawab olehnya.
Tuan Jordan beranjak berdiri. Dia berkacak pinggang. Berjalan menghampiri Rava. "Mana?" Tuan Jordan mengambil telpon di tangan Rava.
"Ken... Dimana Vian sekarang." suara keras Tuan jordan menggema seluruh ruangan.
Ken yang terkejut dengan suara kerasnya. dia menjauhkan ponsel dari telinganya. Mencoba menghela napasnya. Hampir saja jantungnya copot di buatnya. "Maaf, tuan Jordan. Ada apa?" tanya Mr Ken gugup.
"Dimana, tuanmu?" tanyanya mengeraskan suaranya.
"Tuan, pergi ke suatu tempat tadi tuan. Saya juga kurang tahu. Dia bilang, saya tidak boleh ikut dengannya." ucap Vian. Meski dia mengatakan sebenarnya. Mimik bibirnya masih saja gugup.
"Jangan bohong padaku?" pekik Tuan Jordan.
"Maaf, tuan. Saya tidak bohong. Tuan Vian sudah pergi dari tadi. Saya masih dikantor menyiapkan semua berkas. Untuk Meeting besok." jelas Mr Ken.
Tuan Jordan berdengus kesal. Lagi-lagi dia tidak bisa dapat informasi darinya. Dimana dia sekarang. Merasa sangat kesal dengan anaknya. Tuan Jordan segera mematikan ponselnya. Melempar ponselnya tepat di tubuh Rava.
"Gimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi dimana anak kita?" tanya istrinya.
"Belum. Tadi Ken hilang jika Vian tidak ada di kantor. Dia bilang pulang duluan. Tapi, sekarang aku tidak bisa menghubunginya." Tuan Jordan mulai pusing di buatnya. Tingkah anak itu seperti anak kecil.
"Apa kita cari dia?" saut Rava.
"Tidak usah! Biarkan dia mandiri."
****
Saat keluarga dirumah terlihat sangat panik. Cemas Dan penuh ketegangan serta amarah di ruangan keluarga. Vian dengan santainya berjalan mencoba mencari tahu di mana wanita yang dia temui kemarin. Dia mencoba mencari tahu dimana dia tinggal. Tetapi, setelah lama berputar-putar tetap saja dia tidak bisa menemuinya.
"Sialan! ini sepatu kenapa juga talinya lepas!" Seorang wanita bergumam kesal, ia duduk jongkok membenarkan tali sepatunya. Sementara seorang laki-laki berjalan dengan tatapan mata lurus kedepan tanpa menatap ke bawah. Hingga dia mencari wanita yang sedari tadi sibuk dengan tali sepatunya.
"Aw---"
"Maaf! Maaf!" Vian, menundukkan kepalanya.
"Maaf, katamu. Kalau jalan lihat-lihat." geram wnaita itu kesal.
Fina mengangkat kepalanya. Kedua matanya menyipit menciba memastikan wnaita di depannya. Pandangan matanya mulai membulat sempurna saat melihat sosok wanita yang dia cari. Wanita itu membersihkan tangannya.
Vian tersenyum tipis mengulurkan tangannya ke depan.
"Tidak usah!" Wanita itu menepis tangan Vian. Dia mengangkat kepalanya. Melotot tajam ke arahnya. Dia berdiri sendiri, menarik sudut bibirnya sinis.
"Eh... Maaf, om.. Apa anda tidak bisa lihat? Disini ada orang, kenapa anda jalan nabrak saya." ucap Linda. Dia masih saja kesal dengan laki-laki di depannya.
"Kamu? Wanita yang menggoda saya kemarin malam?" tanya Vian, perlahan melangkah ke depan mendekati wanita itu.
Linda merasa Vian terlihat sangat aneh, Dia melangkah mundur perlahan, sembari menatap was-was wajah Vian.
"Mungkin anda salah orang!" ucap Linda memalingkan wajahnya. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin.
"Tidak!" Vian mencengkram kedua bahu wanita itu.
Linda mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?" ucap Linda, mencoba melepaskan tangan Vian di bahunya.
"Apa kamu benar wanita kemarin malam?" tanya Vian lagi. Dia terus mencoba memastikan.
"Tidak!" tegas linda.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Atau aku teriak?" Linda mencoba melepaskan dirinya.
"Iya..Oke.. Aku akan lepaskan kamu. Tapi, aku boleh tanya satu hal padamu." Vian mencoba mengalah, dan melepaskan tangan wanita di depannya.
"Nama kamu siapa?" tanya Vian. Mendekat wajahnya.
Linda merasa risih. Dia menarik kepalanya seidikit ke belakang.
"Aku Linda, kamu bisa panggil aku Lyli. Atau, kamu juga bisa panggil aku. Indah... Ah.. Terserah kamu, lah. Mau panggil aku apa. Yang penting panggil dengan nama yang bagus." ucap Linda sedikit jutek.
"Linda..." Vian terdiam, otaknya mencoba berpikir sejenak. Dia mulai mengukirkan nama Linda di otaknya. Perlahan Vian mulai merenggangkan cengkeraman di kedua bahu Linda.
"Kalau tidak ada yang ditanyakan lagi aku mau pergi dulu." Linda mencoba melangkah. Dengan cepat, Vian menyadarkan dirinya dari lamunannya. Vian meraih tangan Linda. Mencegah dia pergi.
"Jangan sentuh aku lagi. Atau, aku sekarang kan teriak." ancam Linda.
Vian masih saja diam. Merasa kesal. Linda menarik napasnya dalam-dalam. Dan, mulai membuka mulutnya. "Tolong... Tolong.. Ada om, mesùm." teriak Linda menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Iya.. Iya. Maaf!" Vian mengangkat kedua tangannya ke atas. Dia terlihat lebih tampan saat menarik salah satu alisnya ke atas. Sembari mengecilkan matanya sekilas ke arah Linda.
"Apa om ini mau tanya tentang aku lagi?" Linda melipat kedua tangannya di atas dadànya. Dia memutar matanya malas. Menunggu laki-laki di depannya berbicara. Sementara Vian, masih saja menatap setiap ukiran wajah Linda yang begitu cantik baginya.
"Om... Jika tidak ada yang ditanyakan, pergilah. Atau aku yang pergi." Linda mencoba pergi lagi. Kesekian kalinya, Vian mencoba memegang tangannya. Dibalas pelototan tajam oleh Linda.
Bagi Vian seumur hidupnya sebagai pemain wanita. Baru kali ini dia mendapatkan sebuah hal yang mengejutkan baginya. Gimana tidak, ia kalah dengan gadis kecil di depannya. Dia bahkan gadis cuek tidak seperti wnaita yang biasa bersama dengannya. Wajahnya terlihat sangat lugu tapi keras kepala. Sementara dirinya laki-aku keras kepala yang tiba-tiba tak bisa berkutik jika di depannya. Dia hanya bisa diam, dan mencoba memberanikan dirinya bertanya padanya.
Dia penggoda wanita paling jago. Tapi, ia tidak bisa menggoda wanita di depannya. Bahkan berbicara saja dengannya dewasa gugup. Merasa ada yang aneh pada dirinya. Vian mencoba untuk menenangkan dirinya dulu. Menuntaskan pertanyaannya lalu pergi. Sebelum ada orang yang tidak dia bisa bertekuk lutut pada wanita di depannya.
"Ya, dan aku pergi!"
"Bentar!"
Langkah Linda terhenti. "Apa?" tanyanya tanya menatap ke belakang lagi.
"Apa kemarin kamu mabuk di club malam?" tanya Vian lagi. Dia terus mencoba mencegah Linda pergi. Dengan berbagai caranya.
Linda mengerjapkan matanya. Dia baru ingat jika kemarin malam dia memang sempat frustasi dan minum banyak di bar. Linda membalikkan badannya, melangkah mendekati Vian.
"Dari mana kamu tahu?" tanya Linda lirih.
"Kamu benar-benar tidak ingat. Siapa yang muntah di jasku. Dan, siapa yang menggodaku, memelukku, bahkan kamu beraninya menciùmku" jelas Vian. Linda terdiam lagi, dia mulai mengingat kembali kejadian kemarin. Perlahan Linda mulai ingat di saat dia berangkat ke bar. dan apa saja yang dia lakukan. Saat kejadian melakukannya ingat. Dirinya berada satu kamar dengan laki-laki.
Linda mengangkat kepalanya, menatap laki-laki di depannya. Linda menelan ludahnya susah payah, saat melihat jelas wajah yang tak asing baginya. "Sepertinya aku pernah melihatmu?" ucap Linda mulai basa-basi.
"Jadi, kamu.. Kamu laki-laki yang kemarin? Maaf! Maaf! Jika om, mau uang. Oke, aku akan berikan uang untuk ganti rugi semuanya." ucap Linda. Dia mulai mengingat siapa laki-laki di depannya
"Tidak itu yang aku inginkan." Ke dua mata tajam laki-laki menatap lekat kedua matanya. Merasa sangat aneh dengan tatapan itu. Linda menarik sudut bibirnya sinis. Memalingkan wajahnya acuh.