Linda terus berjalan keluar. wajahnya yang tertunduk. Dengan rambut panjang berwarna hitam itu tepat di depan mukanya. Wanita itu seperti hantu berjalan sempoyongan. Dan beberapa kali hampir saja menabrak dinding tak bersalah.
"Ugghhh…" Linda menutup mulutnya dengan telapak tanhanyu. Sembari berjalan. Perutnya terasa sangat mual.
Brukk…
tubuh wanita itu terasa menabrak sebuah tembok keras di depannya. Linda menyentuh seseorang di depannya. Entah siapa itu. Bau parfum?
wanginya begitu menyeruak masuk ke dalam penciumannya. Aroma Spicy/Woody yang terasa hangat dan misterius, aroma yang spicy yang mungkin dicampur dengan tembakau, kayu manis, kayu cendana, kayu aras atau jahe.
Linda tahu segala macam parfum mahal. Karena dia juga suka mengoleksinya di rumah.
Wanita ini begitu mengenal parfum mahal. Apa memang dia punya selera yang sama. Gumam laki-laki itu lirih.
"Baunya harum." gumam Linda. Memeluk tubuh seseorang di depannya. Wangi tubuhnya seketika memikat dirinya. Linda menarik jas hitam pria tampan di depannya. Dan menempelkan.
"Heh.. Apa yang kamu lakukan pada tuan kami." dua orang pengawal yang dari tadi berdiri menatap tajam ke arah Linda. Dia mulai geram melihat tingkahnya.
Laki-laki di dekapan Linda itu hanya diam. Mengangkat tangannya. Lau menggelengkan kepalanya. Meminta agar para pengawalnya itu lebih baik diam.
"Tapi tuan!"
Linda mengangkat kepalanya. Pandangan matanya tang terlihat hitam Ia mengerutkan ke dua matanya. Melihat begitu jelas orang di depannya. Bibir merah senada itu terlihat manyun beberapa sentih seperti anak kecil yang sedang ngambek. Ia meraih kerah laki-laki itu. Menariknya sedikit ke bawah.
"Siapa kamu?" tanya Linda. Wanita itu hanya bisa melihat samar laki-laki di depannya. Wajah tampan itu tidak bisa dipungkiri.
"Jangan sembarangan menyentuh, tuan kamu." suara keras dari samping laki-laki itu membuat Linda menoleh. Mengerutkan keningnya. Dan tertawa kecil.
"Biarkan saja dia. Sepertinya dia sedang mambuk." suara laki-laki itu terdengar begitu serak. Membuat Linda mulai tertarik. Dia tersenyum lagi memandangi laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya.
"Eh.. tuan, anda begitu tampan." ucap Linda. tersenyum simpul, mengusap ke dua pipi laki-laki di depannya tanpa malu. Tubuhnya kembali lunglai, menyandar di d**a bugarnya.
"Shiit… Jangan kurang ajar. w************n. kamu telah menodai kemeja tuan saya." geram salah satu pengawal di samping tuan muda itu. Dan hampir menarik tubuhnya menjauh.
"Jangan sentuh dia." ucap laki-laki itu.
"Tapi tuan, anda…"
"Diamlah! Hanya aku yang tahu situasi ini. Jangan banyak bicara atau menbantahku." bentak laki-laki itu.
"Baik, tuan!" dua pengawal itu tertunduk. Dengan ke dua tangan saling memegang. Tepat di atas daerah sensitifnya.
"Hai… Wanita, nama kamu siapa?" tanya laki-laki itu. Menyentuh dagu Linda, menariknya ke atas. Di balas cepat dengan senyuman tipis olehnya.
"Om… namaku, Linda." ucapnya, kembali menyadarkan kepalanya yang terasa sangat berat. Dia merasa nyaman berada di dalam delapan tubuh laki-laki di depannya itu.
"Sejak kapan aku menikah dengan tantemu?" geram laki-laki itu.
"Entahlah.. Memangnya aku harus panggil kamu apa? Tuan muda? Atau, pak, atau om, atau kakek?" ucap Linda. Ia memukul d**a laki-laki itu. Sembari terus tersenyum sok ramah.
"Ugghh.. Ughh… Ughh.." Linda, menutup mulutnya lagi. Perutnya tiba-tiba terasa mulas lagi. Rasanya ingin sekali dia mengeluarkan semua isi dalam perutnya.
"Hueekkk…. Hueekk…" wanita itu menumpahkan semua minuman di perutnya, tepat di jas hitam milik laki-laki di depannya. Bukanya marah, laki-laki itu hanya diam menghela napasnya.
Tubuh wanita itu jatuh kesekian kalinya Di dekapan tubuhnya. Wanita itu kini sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya semakin tengkulai lemas.
"Kurang ajar!" umpat dua pengawal itu. Dan langsung di cegah oleh tuannya.
"Biarkan dia urusanku." ucap laki-laki itu. Dia melepaskan jas hitam miliknya. Dan melemparnyatepat di tubuh pengawal di belakangnya. Dia mengangkat tubuh Linda. Membawanya pergi masuk ke dalam lift.
"Apa kamu sudah ingin bermain denganku, wanita kecil." gumam laki-laki itu. Dia berjalan menuju ke kamarnya. Di sebuah hotel mewah. Kamar khusus itu adalah kamar pemilik hotel yang memang di desain hanya khusus untuknya. Tidak ada yang bisa tinggal di sana kecuali dirinya.
Laki-laki itu membawa Linda ala bridal style. Berjalan masuk ke kamar hotel. Membaringkan tubuhnya di ranjangnya.
"Emmm… Nama kamu siapa?" tanya Linda tanpa sadar. Melingkarkan ke dua tangannya di leher laki-laki di depannya. Sembari menariknya mendekat tepat menatap wajahnya.
Wanita ini cantik juga jika di lihat dari dekat. Dia tidak seperti wanita biasa. Dan ke dua mata itu? Sepertinya dia baru saja menangis. Matanya bengkak? Apa mungkin memang dia sedang sakit hati?
Entahlah.. Aku tidak perduli siapa dia.
"Kenapa kamu diam saja." gerutu Linda. Menarik lehernya semakin mendekat.
"Nama kamu siapa?" tanyanya lagi.
"Kamu penasaran denganku?" tanya laki-laki itu. Ia menyentuh wajah Linda. Menghusapnya lembut.
"Jangan sentuh aku, tuan!" ucap Linda. suara kecilnya itu terdengar sangat manja. Membuat gairah tersendiri bagi laki-laki di depannya.
"Bukanya kamu menginginkannya." bisiknya. Mengecil leher Linda. Membuat wanita itu menggeliat geli. Linda segera menyadarkanndirnya sejenak. Meski ke dua katanya masih terlihat samar memandang laki-laki di depannya.
"Tuan, aku memang mabuk. Tapi, tolong jangan sentuh aku. Aku bukan wanita murahan." ucap Linda. Ia mencoba beranjak berdiri. Laki-laki itu terlihat sangat geram. Dia menarik tangan linda. Hingga terjatuh terlentang di atas ranjang. Laki-laki itu mulai menjamah tubuh Linda. Merasa kesal dengan sikap laki-laki di depannya. Linda menendang daerah sensitif miliknya.
Bught..
"Aw---" rintih laki-laki itu. Mendekap daerah sensitifnya.
Ke dua mata Linda mencoba terbuka lebar. Ia bangkit dari ranjang dan mencoba berlari pergi.
"Kamu mau kemana?" tanya laki-laki itu. Meraih baju tipisnya. Menariknya hingga terbelah jadi dua.
"Aaaa…" teriak Linda menutupi tubuhnya. Ia meraih selimut di ranjang, membalut tubuhnya.
"Maaf, tuan. Jika anda hanya mengantar aku. Aku ucapkan terima kasih. Tapi, saya tidak mau di sentuh oleh anda. Karena saya masih punya harga diri. Jadi lebih baik. Anda urungkan niat anda untuk bermalam dengan saya." ucap Linda. ia meraih tas miliknya. Dan beranjak pergi meninggalkan kamar hotel itu. Semua orang memandangnya aneh. Bahkan, Linda tidak perduli akan hal itu. Dia berjalan sempoyongan. Sembari memegang kepalanya.
Tubuhnya yang hanya berbalut selimut itu. Jadi bawah ejekan, bahkan jadi bawa ketawa orang-orang yang melihatnya. Linda menghentikan taksi di depan. Dan segera naik ke dalam taksi sebelum laki-laki itu mengejarnya.
***
"Siapa wanita itu?" gumam laki-laki itu menarik sudut bibirnya tipis.
"Sepertinya ini akan jadi permainan yang menarik. Jika aku bisa menyentuh tubuhnya." ucapnya, menyentuh bibirnya. Menahan gairah ingin segera memilikinya.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" salah satu pengawal berjalan masuk menghampirinya.
"Aku baik-baik saja." jawabnya. Sembari berbaring di ranjang. Dengan telapak tangan kiri menyangga kepalanya. Senyum tipis dan bahagia itu terukir di bibirnya.
"Tuan, kenapa hari ini anda terlihat sangat bahagia?" ucap pengawal itu bingung. Mereka tidak pernah sama sekali melihat tuanya tersenyum. Dan sekarang, baru pertama dalam hidupnya melihat tuanya bisa tersenyum kembali. Dan ini jadi moment yang berbeda dalam sejarah. Saat tuanya tersenyum saat bersama dengan wanita yang baru dia kenalnya.
"Dia sangat menarik. Aku mau, kamu segera bawa dia ke hadapanku. Jangan paksa dia. Biarkan dia sendiri yang datang padaku. Dan memintaku untuk menyentuhnya." ucapnya.
"Batu kali ini aku di tolak oleh wanita. Dan sia, benar-benar berani menendang daerah sensitifku."
"Apa? Kurang ajar sekali dia. Saya akan kasih pelajaran padanya tuan." jawab pengawal itu antusias.
"Tidak usah, biarkan saja. Aku ingin kamu bawa dia ke hadapanku. Jangan sampai kamu menyentuhnya. Atau menyakitinya. Aku tidak akan tinggal diam." tajamnya. Beranjak dari ranjangnya.
"Sekarang kalian pergilah. Aku mau istirahat." pintanya.
"Baik, tuan!" dua pengawal itu segera pergi meninggalkan tuanya. Dan laki-laki sama sekali masih tersenyum membayangkan wanita yang begitu menarik baginya. Seumur hidup batu kaki ini dia di tolak oleh wanita. Dan dia wanita kecil yang masih jauh di bawahnya. Seketika wanita itu menjadi daya tarik tersendiri baginya.
"Baik, tuan." pengawal itu tertunduk.