Hipotesa

1413 Words
Para Intel internasional dibuat pusing dengan dua gembong mafia yang licin seperti belut. Mereka terus meluncurkan narkotika jenis baru. Bahkan kini penggunanya tak hanya dari kalangan muda. Tapi juga dari kalangan remaja dan orang tua. Luar biasa. Terlebih lagi, belum ada satu pun pengedar yang tertangkap basah oleh mereka. Alhasil mereka hanya bisa meneliti isi kandungan senyawa yang ada dalam darah para penggunanya. Angka kematian akibat kecelakaan terus meningkat. Semua itu karena efek dari penggunaan yang membuat penggunanya merasa telah menjadi sosok heroik. Memiliki kekuatan yang membuat mereka berimajinasi liar. Dan imajinasi mereka menjadi penyebab kecelakaan. Sedangkan dinas penelitian di kota London belum mampu menganalisa molekul apa yang ada dalam narkotika jenis baru ini. Semuanya karena molekul yang ada dalam darah penggunaan seolah menjadi homogen dalam darah. Molekul nano microscopic itu benar-benar menyatu dalam sel tanpa bisa dipisahkan. Tentunya ini adalah bukti betapa tinggi teknologi untuk menciptakan barang haram itu. Dan dari kecepatan reaksi pengguna. Bisa dipastikan katalis yang digunakan telah diciptakan sedemikian rupa. Tentunya dengan teknologi mutakhir yang tak mampu dijangkau oleh analis biasa. Karena masalah keselamatan semakin pelik, kepala Intel pun akhirnya ikut turun tangan. Ditemani oleh detektif kepercayaannya, dia segera pergi menuju ruang laboratorium. Ada hal penting yang harus dia pastikan. Segala hal yang ada di pikirannya seolah seperti benang yang saling berkaitan. Seminggu sebelum meledaknya kasus narkoba, dunia penelitian harus dikejutkan dengan menghilangnya Prof. Ligius Arthus. Seseorang yang telah dipercaya untuk menciptakan kloning dari badak albino bercula satu yang hampir musnah. Dan kini tepat satu minggu dari menghilangnya Sang profesor, tiba-tiba narkotika jenis baru yang begitu hebat datang mengguncang semesta dunia. Menghancurkan generasi muda. Bahkan para remaja dan orang tua. Hingga kondisi negeri benar-benar kritis. Kini dua orang pria berpakaian serba hitam masuk ke sebuah ruang khusus. Ruangan yang didesain dengan sangat tertutup. Pengkondisian suhu dan kelembaban di ruangan itu pun diatur oleh sebuah alat yang disambungkan ke monitor. Tak hanya itu jika suhu dan kelembaban mulai melenceng dari standar maka indikator akan menyala merah dan berbunyi nyaring. Bisa dibayangkan sepenting apa ruangan ini. Dua orang pria itu memiliki wajah tegas yang kaku. Dari kerut kening mereka, jelas menggambarkan bahwa mereka sedang berpikir keras. Langkah panjang dan tegap mereka mulai memangkas jarak dengan ruangan bernuansa tabung kimia dengan cairan di dalamnya yang bergejolak. Sedangkan di dalam sana seorang pria berkepala botak dan berpakaian serba putih sibuk memastikan pengukuran cairan kimia. Demian Thomas, tampak serius menatap dua cairan yang bergejolak dalam wadah yang dia pegang. "Ada apa lagi kalian datang?" Tanya Prof. Thomas yang menyadari kehadiran orang asing dalam ruangannya. "Kami hanya ingin bertanya terkait hilangnya Prof. Ligius Arthus," ucap Bruno Lucas tanpa basa-basi. "Sudah berapa kali saya katakan. Saya tidak tahu," ucap Prof. Demian Thomas dengan nada yang dia tahan. Sungguh dia tak ingin kembali tersulut emosi akibat masalah ini. Pria itu pun meletakkan dua gelas ukur di tangannya dan bergerak memutar tubuh demi menatap pria yang sering kali datang hanya untuk mencari sahabatnya yang menghilang bagai ditelan bumi. Tatapan matanya begitu menyelidik pada dua pria bertubuh atletis dan kekar. Sungguh kepergian Arthus saja sudah membuatnya kelimpungan, mengapa harus dikaitkan dengan dunia narkotika. Dia benar-benar tak habis pikir pada pola pikir para Intel dan detektif. "Maaf. Tapi kami harus memastikan, narkotika jenis baru yang kini meraja lela bukan hasil tangan cerdasnya. Karena sejak prof. Arthus menghilang, dunia narkotika semakin sulit dikendalikan," ucap Felix Licoln sang detektif menimpali. "Sahabat saya tidak mungkin ikut andil dalam hal ini. Kalian tentu tahu dunia penelitian kami berbeda. Jika narkoba berkaitan dengan reaksi analis, kami berkaitan dengan anatomi dan perkembangan mahluk hidup. Jadi jangan kaitkan antara narkoba dengan hilangnya sahabat saya, Arthus." Prof. Demian Thomas sangat tidak terima jika masalah itu dikaitkan. Felix Licoln menyadari Bruno Lucas hendak menanggapi ucapan sang profesor. Pria itu pun segera menepuk punggung sang kepala Intel untuk menghentikan perdebatan. "Kita pergi sekarang," ucap Felix Licoln, Sang detektif. "Tapi,-" Felix Licoln pun segera menarik Bruno Lucas pergi dari ruangan beraroma kental itu. Ruangan dengan aroma amis darah dan cairan kimia yang menusuk indera penciuman. Mereka berjalan cepat untuk kembali ke parkiran mobil. "Kita harus pastikan sesuatu di sana," ucap Bruno Lucas pada sang detektif. Pria itu benar-benar penasaran dan ingin memastikan hal ini pada salah satu peneliti yang dia yakin tahu banyak tentang hilangnya Arthus. "Saya rasa Prof. Demian benar. Prof. Ligius Arthus bukan yang menciptakan jenis narkoba ini. Dan saya justru berpikir tentang suatu hal. Tapi kita tidak bisa bicarakan di sini. Kita bicarakan di apartemen," ucap Felix Licoln menghentikan langkahnya dan menatap netra hitam kelam milik sang Intel. Ada hal yang membuatnya sangat yakin kemungkinan yang ada di pikirannya adalah hipotesa yang mendekati benar. "Baiklah." Sedangkan di dalam ruang penelitian, prof. Demian Thomas menghembuskan nafas beratnya. Sungguh dia tidak paham apa maksud dari kedatangan ketua Intel dengan detektif kepercayaannya. Nyatanya, saat ini dia sedang berusaha keras menyelesaikan misi badak albino bercula satu yang terlantar karena hilangnya Arthus. Jalanan ibu kota London saat ini terbilang sangat lengang. Semua itu karena Felix Licoln dan Bruno Lucas menggunakan jalan di jam bebas kendaraan. Jam di mana para manusia sibuk melakukan pekerjaan demi mengumpulkan pundi-pundi dolar. Felix mengendalikan laju Maybach hitam miliknya dengan kecepatan tinggi. Sungguh dia ingin segera membahas apa yang ada di otaknya saat ini. Sedangkan Demian Thomas tampak duduk memandang ke depan tanpa bicara. Pikirannya terus berkelana. Menghubungkan segala kemungkinan yang terjadi. Demi bisa segera menutup kasus narkoba yang semakin meraja lela. Karena kini London berada dalam posisi bahaya narkotika. Sesampainya di apartemen. Felix segera mempersilahkan masuk kepada Bruno Lucas. Pria itu duduk di kursi kebanggaannya dengan kening yang berkerut, tanda dia sedang berpikir untuk merangkai kata demi menjelaskan apa yang telah dirajut oleh pikirannya. "Saya berpikir bahwa memang bukan Prof. Arthus yang menciptakan narkotika jenis baru itu. Tapi pria itu diculik untuk suatu misi. Kita tahu dia adalah ahli anatomi jaringan dan sel tubuh hewan. Saya rasa dia diculik untuk menciptakan katalis terhebat yang pernah ada dari jaringan hewan. Dengan tujuan efek penggunaan jadi lebih cepat direspon oleh otak," ucap Felix Lincoln menatap Bruno Lucas. Katalis adalah suatu senyawa kimia yang menyebabkan reaksi menjadi lebih cepat untuk mencapai kesetimbangan tanpa mengalami perubahan kimiawi di akhir reaksi. Katalis tidak mengubah nilai kesetimbangan dan berperan dalam menurunkan energi aktivasi. Dalam penurunan energi aktivasi ini, maka energi minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukan berkurang sehingga terjadinya reaksi berjalan cepat. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan kekuatan mekanik. Secara umum katalis mempunyai 2 fungsi yaitu mempercepat reaksi menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan meningkatkan hasil reaksi yang dikehendaki atau fungsi selektivitas. Katalis sebagai suatu substansi kimia mampu mempercepat laju reaksi kimia yang secara termodinamika dapat berlangsung. Hal ini ini disebabkan karena kemampuannya mengadakan interaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan senyawa antara yang lebih aktif. Interaksi ini akan dapat meningkatkan ketepatan orientasi tumbukan, meningkatkan konsentrasi akibat lokalisasi reaktan, sehingga meningkatkan jumlah tumbukan dan membuka alur reaksi dengan energi pengaktifan yang lebih rendah. Katalis dapat dibagi ke dalam 3 komponen yakni situs aktif, penyangga atau pengemban dan promotor. Situs aktif berperan dalam reaksi kimia yang diharapkan, penyangga berperan dalam memodifikasi komponen aktif, menyediakan permukaan yang luas, dan meningkatkan stabilitas katalis, sementara itu promotor berperan dalam meningkatkan atau membatasi aktivitas katalis serta berperan dalam struktur katalis. Dan biasanya katalis diciptakan dari minyak alami dari hewan tertentu yang telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk bisa menjadi reaktan dalam bahan kimia. Sedangkan Arthus adalah ahli anatomi yang pastinya memahami dengan pasti tentang senyawa dalam tubuh hewan. "Maksud anda, prof. Arthus diculik untuk membantu terciptanya narkotika yang berefek cepat dan luar biasa dengan katalis yang dibuatnya?" Gumam Bruno Lucas terkejut. Dia bahkan tak memiliki pemikiran sampai sejauh itu. Dia bahkan berpikir ini adalah kasus yang berbeda. Dia pikir ada suatu oknum yang ingin menghancurkan misi badak albino bercula satu karena rasa iri ataupun dengki. "That's right. Ini baru hipotesa saya," ucap Felix Lincoln yakin. "Ya. Ini salah satu kemungkinan yang terjadi. Dan cara kita membuktikannya adalah kita harus menangkap pengedar narkoba jenis baru ini untuk mengorek informasi tentang bos mereka." Bruno Lucas memang belum yakin seratus persen atas pemikiran Sang detektif. Tapi saat ini dia harus fokus pada penangkapan para pengedar demi mencari informasi tentang kebenaran yang tertutup tirai. "Itu benar. Saya yakin Prof. Arthus ada di suatu tempat untuk menjalankan misi mereka," ucap Felix Lincoln membuat sang Intel hanya bisa mengangguk dalam keraguan. Dia harus mengumpulkan banyak data bukan hanya pola pikir yang belum nyata. Kerja keras harus segera dimulai demi menyelamatkan kelangsungan dunia. Narkotika harus segera dimusnahkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD