Maxi de Luca.
Raja tanpa mahkota di dunia hitam. Pria itu tampak duduk indah ditemani 5 wanita cantik berpakaian sexy di sisinya. Tentunya siap melayani apapun yang dia inginkan termasuk kebutuhan biologisnya. Tidak sulit baginya membuat wanita berteriak nikmat dan menggelepar di atas ranjangnya karena dia memiliki ramuan khusus yang dibuat oleh William untuk meningkatkan vitalitas.
Pria Itu tersenyum puas menatap sebuah layar berukuran 48 inci yang digantung di dinding mewah berlapis emas murni 24 karat dan bertabur Swarovski yang indah. Sebuah ruangan mewah yang menggambar betapa kaya dirinya. Sang penguasa yang akan merajai dunia dengan kekuatan ilmiahnya melalui tangan cerdas seorang William.
Pria itu benar-benar puas melihat berita besar yang disiarkan di televisi. Jejaknya benar-benar tak bisa terdeteksi oleh Intel dunia. Mereka semua dibuat pusing dengan narkotika jenis baru yang tidak bisa dideteksi. Ukuran nano dari setiap molekul yang diciptakan sukses membuat senyawa di dalamnya tak bisa terdeteksi dalam aliran darah seseorang. Dan Maxi de Luca benar-benar puas atas kerja keras William, seorang ahli analis yang dia percaya untuk menciptakan narkotika jenis baru.
"Panggil William," ucap Maxi de Luca kepada Maura Lexi.
Bodyguard cantik yang awalnya hanya berdiri tegap itu pun segera menunduk hormat. Wanita cantik yang masih melajang hingga usia 32 tahun itu segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju laboratorium. Langkah panjang dan anggun wanita itu tak akan ada yang menyangka bahwa wanita cantik itu adalah seorang bodyguard. Apalagi wajah cantik dengan hidung kecil nan tinggi. Mata indah bernetra hijau dan bulu mata lentik yang membingkainya. Tentu semua orang akan menyangka dia adalah seorang model internasional dengan tubuh proporsional dengan tinggi 182cm dan bobot 75kg. Luar biasa indah seperti bidadari.
Kini langkah jenjangnya pun berhenti di hadapan sebuah pintu besar. Wanita itu menekan remot kontrol. Tak lama kemudian pintu besi itu segera terbuka. Langkah jenjangnya pun segera masuk. Dan pemandangan pertama yang bisa dia lihat adalah wajah serius William yang sedang melakukan penelitian terhadap senyawa yang sedang dia ciptakan.
"Ada perlu apa kau datang Nona Lexi?" Tanya William tanpa menoleh ke arah sosok yang masuk ke dalam ruangannya. Namun menyadari bahwa orang kepercayaan Maxi de Luca adalah wanita ini membuatnya mudah jika ada orang datang yang diutus pasti adalah wanita cantik berwajah kaku itu.
"Kau dipanggil Bos," ucap Maura Lexi dengan wajah kakunya yang tanpa senyuman. Sayangnya wajah itu tetap saja tampak cantik walau tanpa ada senyuman terbit di sana. Tatapannya yang seperti seekor cheetah justru membuat wajahnya semakin memikat. Sayangnya semua sosok yang ada dalam markas Maxi de Luca adalah orang-orang tak berhati yang tentunya tak akan bergetar melihat wajah cantik ini.
"Oke." William pun melepas jaket kebanggaannya yang berwarna putih dan menggantungkannya di tempat seperti biasa. Kemudian melangkahkan kaki tegapnya menuju ruangan sang bos.
"Ada apa anda memanggil saya, Bos?" Tanya William saat datang menemui bisa besarnya yang duduk santai sambil memakan anggur yang disuapi oleh wanita cantik di sekitarnya. Bahkan beberapa wanita lainnya tampak memijit kaki, lengan dan bahu pria itu. Sungguh nikmat dunia yang luar biasa.
"Duduklah. Jangan terlalu serius jadi orang," ucap Maxi de Luca menggunakan jarinya untuk memerintah wanita cantik berpakaian minim di sekitarnya. Dari lima wanita cantik, dua orang di antaranya segera bangkit dan berpindah memanjakan William.
Pria kaku itu terkejut mendapatkan sentuhan dari tangan lembut seorang wanita. Pria yang biasa hidup dalam keseriusan itu tak menyangka jemari wanita bisa begitu nikmat saat menekan tubuhnya dan memberikan pijatan tepat di tempat yang terasa kaku dan lelah. Pantas saja bosnya, Maxi de Luca begitu mencintai banyak wanita.
Dan kini Maxi de Luca menepuk tangannya dengan angkuh membuat stok wanita yang berada dalam ruangannya keluar untuk memanjakan dirinya juga bosnya itu.
"Anda terlalu berlebihan, Bos. Sungguh saya tidak terbiasa seperti ini," ucap William mulai risih karena wanita yang memijitnya cukup banyak.
"Hahahaha... Jangan terlalu serius dalam hidupmu. Kau juga butuh relaksasi. Ini adalah hadiah karena kau sukses membuat narkotika yang kita jual melesat bahkan para Intel kesulitan mendeteksi jenis apa itu," ucap Maxi de Luca.
"Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik. Anda juga sudah memberikan saya yang yang begitu banyak," ucap William.
"Dan kau tak pernah menikmati hidupmu, untuk apa pundi-pundi uangmu?" Tanya Maxi de Luca mengejek. Namun hal itu tak membuat William tersinggung. Pria tampan berkaca mata tebal itu hanya tertawa karena bingung harus menjawab apa.
"Kau pilih salah satu wanita di antara mereka untuk menemani malam mu," ucap Maxi de Luca pada William.
"Anda terlalu berlebihan. Anda tahu sendiri saya tidak suka wanita. Mereka merepotkan," ucap William.
"Wanitaku tidak merepotkan. Asal kau beri kepuasan di ranjang dan uang berlimpah," ucap Maxi de Luca.
"Untuk apa anda melakukan semua ini?" Tanya William heran.
"Sudah ku katakan. Ini bonus untukmu," ucap Maxi menyesap anggur merah berkualitas dunia dari cawan emasnya.
William pun berpikir keras. Sungguh dia memang tak tertarik dengan wanita. Tapi ada satu wanita yang membuatnya penasaran dalam markas de Luca, Maura Lexi. Wanita itu berwajah sedingin salju. Tatapan setajam cheetah. Dan langkah tegap layaknya seorang pria. Tapi wajah dan tubuhnya sangat aduhai. Akankah Maxi de Luca memberikan Maura Lexi untuk menemaninya malam ini jika dia berani meminta?
Akhirnya William pun memberanikan diri.
"Bagaimana jika malam panas ini saya meminta Maura Lexi yang menemani saya?" Tanya William menatap Maxi de Luca.
Sayangnya pria itu justru mematung dan kemudian tertawa. Sedangkan Maura Lexi mengepalkan tangannya karena amarah. Sungguh dia merasa terhina karena merasa disamakan dengan perempuan murahan milik Maxi de Luca. Dia jauh lebih berharga karena dia adalah orang kepercayaan dengan kemampuan khusus. Bukan kemampuan ranjang.
"Hahahaha... Tentu saja," ucap Maxi de Luca memberikan Maura Lexi menatap pria itu tajam. Maxi de Luca pun membalas tatapan Maura dengan tawanya yang membahana. Sedangkan William tersenyum puas.
"Tentu saja tak akan kuberikan. Maura Lexi adalah wanita spesial. Dia sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Jadi tak mungkin aku biarkan ada pria yang merusaknya," ucap Maxi de Luca santai. Sedangkan Maura Lexi mendesah lega namun tatapan bengisnya tetap dia lemparkan pada William yang dengan kurang ajar menghancurkan harga dirinya.
"Okay, saya tak butuh wanita kalau begitu. Lebih baik saya menghabiskan waktu dengan senyawa dan molekul. Bila perlu atom. Dari pada saya harus menggali lubang yang jelas sudah dijebol siapapun," ucap William membuat Maxi de Luca mengangkat alisnya.
"Jadi kau ingin perawan? Baiklah akan kuberikan. Tapi bukan Maura Lexi."
"Ya. Terserah anda saja. Saya permisi," ucap William kecewa kembali ke ruangannya. Berkutat dengan senyawa ciptaannya. Nyatanya dia memang tidak tertarik pada wanita. Maxi de Luca pun menatap punggung lebar pria itu. Tak menyangka hadiahnya ditolak. Tapi dia tetap pada pendiriannya. Sejak dia mengangkat gadis kecil berusia tiga tahun yang menjadi korban kecelakaan hingga menewaskan kedua orang tuanya. Maxi de Luca bersumpah akan menjaganya hingga dewasa.