bc

CLONING

book_age18+
531
FOLLOW
2.4K
READ
mafia
no-couple
heavy
scary
genius
ambitious
high-tech world
special ability
crime
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Semua berawal dari sikap serakah manusia yang ingin menguasai dunia.

John Smith.

Demi menguasai bisnis hitam di dunia narkotika, pria itu menciptakan Kloning dari Maxi De Luca. Tujuannya hanya satu, mencuri senyawa rahasia dari Mafia De Luca.

Maxi De Luca.

Sosok penguasa tanpa mahkota yang merajai dunia kegelapan. Dunia penuh fantasi yang diciptakan melalui sebuah senyawa rahasia. Lebih nikmat dan mampu membuat kita melayang tinggi saat memakainya. Jauh lebih kuat dari sebuah heroin.

Pria matang nan tangguh ini sukses menguasai dunia dengan senyawa ciptaannya. Demi merusak generasi muda, agar hanya dia yang berkuasa. Memonopoli pemikiran banyak orang dengan menghancurkan sel-sel syaraf otak generasi muda. Tentunya melalui hal yang membahagiakan. Narkotika.

Namun siapa sangka dua sosok penguasa itu bisa musnah. Mereka tewas di tangan cloning yang diciptakan. Mengacaukan dunia yang sudah ada dalam genggaman mereka dengan kekuatan hati nurani.

Sang kloning justru menyelamatkan dunia.

chap-preview
Free preview
The secret plan
Seorang pria duduk tekun di hadapan benda ajaib. Sebuah benda dengan segala kesempurnaan yang mampu mengurai sinar. Mengintip rangkaian benang dalam tubuh makhluk langka. Menangkap citra utuh struktur untaian ganda asam deoksiribo nukleat, yang biasa dikenal sebagai DNA. Sebuah istilah yang berkaitan dengan genetik sebuah makhluk. Malam ini, Prof. Ligius Artus masih terus fokus dengan sebuah pinset nano yang digerakkan oleh mesin berteknologi tinggi. Kekuatan tekhnologi yang mampu mengarahkan pinset sesuai dengan keinginannya melalui sebuah tombol. Pria itu mulai merobek untaian ganda DNA dari larutan encer dan meletakkannya pada papan exhaust silicon nanoscopic. Papan silikon yang didesain anti-air, sehingga larutan mudah menguap dan hanya meninggalkan untaian DNA. Seperti sinar yang menyilaukan di antara kegelapan, Arthus melihat pancaran elektron dari mikroskop. Ketelitiannya mampu membidik untaian DNA itu dari lubang nano pada dasar papan demi memperoleh citra beresolusi tinggi. Kening pria itu mengkerut padat. Arthus berusaha berkonsentrasi dengan memusatkan pikiran pada satu tujuan. Masih di bawah microscope electron, pria itu mengintip rangkaian benang ajaib dari suatu makhluk. Membuat perhitungan rumit untuk memutuskan di mana dia akan memotong rangkaian benang kromosom dengan tepat. Dibantu dengan sebuah enzim khusus dari bakteri yang bersahabat dengannya. Bukan sahabat dalam arti yang biasa, namun sahabat dalam hukum symbiosis mutualisme. Enzim rektrisi yang dihasilkan dari bakteri khusus itu lah yang dia gunakan sebagai gunting ilmiah. Enzim rektrisi yang diciptakan dari bakteri itu berfungsi memutus DNA tanpa merusak susunannya. Itulah mengapa dia begitu mencintai sang bakteri. Masih dengan ketelitian yang sangat tinggi, Artus menyiapkan sel inang. Sel sempurna yang dia simpan begitu apik. Sebuah sel yang dia harap nantinya bisa menjadi pusat kehidupan ciptaannya. Artus menggenggam harapan setinggi langit untuk misinya kali ini. Dia ingin menciptakan seekor badak albino bercula satu berkelamin betina untuk dipasangkan dengan badak albino terakhir di dunia yang berkelamin jantan. Begitu teliti, Artus menggerakkan pinset nano berisi DNA badak betina yang terlanjur mati itu ke sel inang. Menyusun rangkaian sempurna untuk terciptanya sebuah embrio. Awal kehidupan yang dia impikan. Senyumannya mengembang saat menyadari kesuksesan di akhir perjuangan yang entah sudah berapa ribu kalinya menelan pil pahit kegagalan. “Sempurna!” ucapnya puas. Namun siapa sangka, dalam ketekunan dan keseriusannya. Dia tak menyadari sebuah gerakan kasat mata yang mengintai. Menangkap setiap gerak-geriknya. Guna menemukan sebuah peluang besar. Peluang yang mampu membuat siapa pun menggenggam dunia. Keserakahan nyata yang membutakan manusia tak bermoral. Gerakan itu seperti angin yang tak teraba. Mulai mendekat dengan perlahan tapi pasti. Bahkan Arthus sendiri tak bisa membedakan mana suara semilir angin dan mana derap langkah halus. Hingga akhirnya sebuah benda basah beraroma menusuk hinggap di pangkal hidungnya. “Ppfhhh...” Prof. Ligius Artus terkulai tak berdaya karena cairan yang dihirupnya dari sebuah saputangan misterius. ... John Smith, seorang penguasa dunia mafia. Pria yang paling ditakuti di abad terakhir ini. Mata setajam elang, dengan hidung tinggi menantang, tak lupa rahang kokoh yang dihiasi rambut halus tertata, menjadi ciri khasnya. Tampan namun, menakutkan. Dari bibir gelapnya, asap putih mengepul. Dan lagi-lagi dia menghisap tembakau kualitas dunia dengan cerutu emas yang membara di ujungnya. Semua gerak-gerik dan sikapnya menunjukkan betapa arogan dan berkuasanya pria itu. “Berapa lama pengaruh obat biusnya akan berakhir?” Suara berat dan kokoh merobek suasana sunyi. Pria itu benar-benar tidak sabar ingin menciptakan sebuah perang tekhnologi. Demi menguasai dunia, apa pun akan dia lakukan. “Dua menit lagi kerja obat biusnya akan berakhir,” ucap seorang pria yang setia berdiri tegap di sampingnya. David Wilson, pria berusia 34 tahun yang menjadi orang kepercayaan John Smith. Kemanapun John Smith melangkah, maka dia adalah garda terdepan yang melindungi Sang mafia. “Siapkan racun King Kobra yang paling mematikan!” John Smith benar-benar tenang saat mengatakannya. Namun, siapapun yang mendengarnya pasti akan tahu betapa kejamnya pria itu. Dengan ketenangannya, pria itu mampu membunuh siapa pun yang tidak tunduk pada . John Smith menatap cairan hijau pekat yang tersimpan dalam sebuah botol kaca berukuran kecil. Senyum kemenangan tampil di wajah tampan yang mengerikan. Satu langkah lagi dia akan menggenggam dunia di telapak tangannya. Menjadi penguasa sesungguhnya yang ditakuti siapa pun. Bahkan menjadi satu-satunya manusia terkaya di dunia yang dikelilingi oleh uang, serta logam mulia berharga. Baginya, hidup hanya satu kali. Dan betapa beruntungnya dia, jika hidup dalam segala kesempurnaan sesuai impiannya. Suasana kali ini benar-benar sunyi. Hanya ada suara debur ombak dan semilir angin pantai. Karena kini dia dan kawanannya berada di pulau terpencil. Sebuah pulau tak berpenghuni yang tak terjamah manusia. Bahkan pulau itu tak ada dalam peta dunia. Tak akan ada yang menyangka pulau ini berada di tengah-tengah luasnya Samudra Hindia. Dan betapa beruntungnya dia bisa menjadikan pulau ini sebagai markasnya, tanpa perlu khawatir ada yang mencuri data ataupun gerak-gerik rencana cemerlangnya. Namun tiba-tiba dia mendengar suara erangan pria tak berdaya yang disekapnya. John Smith tersenyum bahagia. Rupanya pengaruh obat bius yang diberikannya sudah berakhir. Dia yakin dengan memanfaatkan kecerdasan pria itu, akan mampu membuat rencana yang telah disusun matang, berjalan dengan mulus. “Enggghhh...” Prof. Ligius Artus tersadar. Kepalanya terasa pening dan berputar. Namun saat dia berusaha mengangkat tangannya, tiba-tiba dia terkejut. Rupanya kini dia dalam kondisi yang sangat memprihatikan. Dia terikat di sebuah kursi listrik yang siap menerkam nyawanya. “Lepaskan saya!” ucapnya berteriak. Tak ada jawaban. Hanya ada sebuah ejekan penuh tawa yang menyambutnya. Prof. Ligius Arthus menatap nyalang pria yang duduk dengan angkuh di hadapannya. Arthus sangat mengenali wajahnya, ketua gembong mafia pengedar narkoba terbesar di dunia. “John Smith?” gumam Artus terkejut. Tidak ada hal yang ditakutinya. Hanya saja, dia tahu betul karakter pria di hadapannya. Dia sering kali melihat wajah John Smith yang keluar masuk berita internasional. Buronan kelas dunia yang licin bagaikan belut. Belum ada yang berhasil menangkapnya. Arthus yakin, pasti ada rencana yang sudah disusun matang. “Rupanya anda mengenali saya, Tuan Arthus.” John Smith tersenyum angkuh. Lengkungan bibirnya begitu mengerikan. Seperti monster yang bahagia bertemu dengan mangsanya. “Apa tujuan anda menyekap saya?” Artus begitu gemetar. Bukan karena rasa takut. Tapi karena rasa kecewa akibat misinya yang kembali gagal. Padahal tinggal sedikit lagi dia berhasil menciptakan embrio. Seandainya saja penculikan ini dimundurkan beberapa menit, mungkin dia sempat memindahkan embrio itu ke sebuah incubator dan memasang selang nutrisi sebagai pengganti placenta. “Sepertinya anda sangat penasaran, bukankah begitu?” Bahkan dari suaranya saja, Arthus tahu betapa keji dan angkuhnya sang penguasa. “Anda benar-benar sudah mengacaukan rencana saya. Padahal saya tinggal menyimpan embrio itu dan suatu saat akan lahir sebagai makhluk cloning.” Artus begitu marah. “Tenang saja. Kau akan menciptakan embrio lain. Tapi bukan badak, melainkan seorang manusia.” John Smith menampakkan senyum evilnya. “Manusia?” Arthus begitu terkejut. Jelas-jelas pengadilan dunia melarang pembuatan cloning dari manusia. Bagaimana mungkin? “Ya. Buatkan saya cloning dari Maxi De Luca.” Artus terdiam cukup lama. Pria itu pun tahu sepak terjang seorang Maxi De Luca. Pria berkebangsaan Italia yang bersaing ketat dalam dunia hitam. Pria yang juga menjadi buronan kelas dunia. Bahkan terakhir kali dia membaca surat kabar, Maxi De Luca telah berhasil membuat narkoba jenis baru yang lebih kuat reaksinya. Rupanya penculikan atas dirinya berkaitan dengan persaingan bisnis hitam. Sebuah rencana rahasia. “Saya tidak akan membuat cloning manusia,” ucap Artus tegas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
84.1K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
155.9K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.5K
bc

Menantu Dewa Naga

read
180.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
633.9K
bc

Dilamar Janda

read
322.9K
bc

Pendekar Benua Timur

read
9.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook