Arthus menatap lesu embrio yang sempat berkembang dalam tabung ciptaannya. Nyatanya embrio itu gagal berkembang dan mati secara perlahan. Semua bisa dilihat dari permukaan embrio yang berubah warna menjadi kecokelatan. Tanda bahwa sel-sel di sekitar sudah mati.
Sungguh Arthus bersedih bukan karena penelitiannya gagal. Tapi karena ada nyawa seseorang yang di ujung tanduk jika dia tidak berhasil menciptakan Cloning dari Maxi de Luca. Dan dia adalah manusia yang tak berdaya karena tak mampu menjaga orang terkasihnya. Sungguh Arthus tak ingin John Smith melakukan hal buruk pada istri dan anak semata wayangnya.
Di tempat lain...
Dalam sebuah ruangan bernuansa hitam. Seorang pria berteriak sambil melempar benda apa pun yang ada di sekitarnya. Dadanya kembang kempis menahan gejolak amarah yang menggebu. Dia benar-benar kecewa akibat informasi buruk pagi ini. Dia pikir semuanya akan berjalan lancar. Dan dia bisa segera melancarkan aksinya. Tapi nyatanya Cloning itu gagal.
“Kita ke laboratorium sekarang!!!” teriak John Smith dengan suara yang menggelegar. Membuat kaki tangannya gemetar melihat kemarahan Sang bos besar. Bruno Johnson pun segera bergerak ke pintu utama untuk membukakan pintu bagi John Smith. Kemudian pria bertubuh tegap dan kekar itu berjalan layaknya seorang bodyguard terlatih di belakang Sang bos.
Langkah mereka begitu panjang dan cepat. Sangat terlihat ada amarah dan rasa memburu waktu dalam langkah mereka. Wajah kaku John Smith menggambarkan betapa dia sangat kecewa. Sungguh dia paling tidak suka dengan kegagalan. Dan dia harus memastikan apa yang terjadi ruang laboratorium hingga rencana kloning ini gagal.
Sesampainya di depan pintu laboratorium. Bruno Johnson segera menekan remot kontrol untuk membuka pintu secara otomatis. Dan mereka pun masuk ke dalam.
John Smith segera berjalan menuju tabung inseminasi dan melihat embrio yang tampak menghitam. Matanya memerah berkabut amarah. Dan dengan kepalan tangannya, pria itu memukul tabung hingga hancur berkeping-keping. Menyisakan sampah tajam yang berserakan di lantai. Aroma anyir segera menguap dari embrio yang mulai menciptakan bau busuk.
Tak puas dengan hal itu, John Smith pun menendang dagu Sang profesor yang telah gagal hingga terjungkal. Kemudian menarik kerah sang profesor dan mengobarkan amarah yang menggebu. Pria itu kembali memukul tepat di wajah Sang profesor. Merasa tak puas, pria itu kembali menarik kerah Ligius Arthus yang tampak pasrah dan tak melawan.
“Kau sengaja menggagalkan rencana ini?” tanya John Smith dengan tatapan netra birunya yang kelam. Urat darah di Sklera matanya tampak memerah menandakan betapa marahnya dia. Sedangkan Arthus hanya diam membisu. Dia sadar apa pun yang akan dia katakan sebagai alasan tetap salah.
“Katakan!!! Apa kau sengaja menggagalkan rencana ini?” teriak John Smith dengan mata yang membulat dan tampak mengerikan. Bahkan teriakannya jauh mengerikan dibandingkan dengan suara petir saat badai. Hal ini tentu saja membuat Sang profesor gemetar ketakutan.
“Maaf. Tapi memang embrionya gagal berkembang,” ucap Sang profesor tak mampu mengucapkan alasan apa pun karena nyatanya dirinya sedang diselimuti rasa takut yang luar biasa.
“Jika anda menyayangi keluarga anda. Tidak seharusnya anda gagal, Prof. Apa anda lupa nyawa istri dan putri anda ada di tangan saya?” Sebuah ancaman mengerikan terbit di bibir hitam Sang mafia. Sebuah ancaman yang sangat di takuti oleh Sang profesor. Sungguh dia pun tak ingin gagal. Tapi nyatanya saat ini dia gagal. Dan kini tubuhnya kembali terpelanting ke belakang saat Sang mafia mendorong tubuh lemah itu.
Arthus pun segera bangkit. Pria itu merangkak dan menyentuh kaki sang mafia. Apa pun akan dia lakukan demi keselamatan dua orang yang dikasihinya. Dia tak ingin istri dan anaknya menderita karena kegagalannya. Sungguh.
“Saya tidak pernah lupa, Tuan. Saya mohon jangan lakukan hal yang menyakiti mereka. Saya mohon,” ucap Arthus memohon. Namun saya tubuh lemahnya kembali menerima siksaan. Sebuah tendangan kasar kembali membuatnya tersungkur.
“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi sel yang anda berikan tak cukup mampu menunjang kehidupan embrio. Kita butuh sel yang jauh lebih spesifik dari Maxi de Luca,” ucap Sang profesor tampak gemetar sambil menjelaskan.
Penjelasan Sang profesor membuat John Smith memiringkan kepalanya. Pria itu menatap tajam pria yang tampak menyedihkan. Berlutut dengan tubuh memar dan wajah berlumuran darah. Tapi sungguh dia memang tak punya hati. Pria itu justru berjalan ke sebuah kursi. Duduk angkuh di sana dan menarik cerutu. Membakar tembakau terbaik dunia dalam cerutunya dan menikmati asap carbon yang tercipta dari pembakaran. Menghirup aroma nikmat hingga menelusup di setiap lobus paru-paru dan menghembuskannya. Sedangkan tatapan matanya masih intens pada Sang profesor yang tampak menyedihkan.
“Sel apa yang kau butuhkan?” tanya Sang mafia tanpa basa-basi.
“Kita butuh jaringan kulit dari Maxi de Luca. Itu adalah jaringan yang paling mungkin untuk menciptakan Cloning dari Maxi de Luca. Sel kulit adalah sel yang paling mudah melakukan regenerasi. Itu artinya sel kulit merupakan sel yang paling aktif dan memungkinkan untuk terus melakukan pembelahan secara mitosis dan membentuk jaringan serta organ manusia dalam proses kloning. Dan jaringan yang kita butuhkan untuk proses kloning yaitu jaringan dermis. Dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang memegang berbagai fungsi. Pada lapisan ini, terdapat berbagai komponen seperti akar rambut (folikel), tepi saraf, pembuluh darah, dan kelenjar keringat. Dan terkait fungsi dermis pada lapisan kulit manusia antara lain membantu mengatur suhu tubuh, membuang kotoran, juga membantu ketahanan terhadap air. Sehingga dalam proses kloning, embrio tidak akan mati karena perubahan suhu dan kadar air yang ekstrim,” ucap Prof. Ligius Arthus dengan berusaha tenang. Dia berharap penjelasannya bisa mengurangi kemurkaan Sang mafia. Dia berharap keluarganya tetap aman jika penelitian ini kembali dilanjutkan.
“Jaringan kulit,” gumam John Smith membuat Arthus menarik nafas dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan untuk terus tenang.
“Kita butuh jaringan kulit hingga yang terdalam. Dan aku sendiri yang akan memisahkan sel Dermisnya.” Arthus kembali bicara.
John Smith mengetuk jemarinya, tanda dia sedang berpikir bagaimana cara untuk bisa mendapatkan jaringan kulit dari Maxi de Luca. Sedangkan pengawalan dan pengawasan di wilayah de Luca sangat ketat.
Bruno Johnson yang memiliki ide cemerlang pun segera menghampiri bosnya.
“Seperti yang kita ketahui. Maxi de Luca adalah orang yang suka berpetualang ranjang. Kita bisa menggunakan wanita untuk menjadi penyelundup di sana dan mengambil jaringan kulitnya,” ucap Bruno Johnson membuat senyuman licik terbit di wajah sangar John Smith.
“Panggil Liana Grebill!” John Smith memerintahkan Bruno Johnson untuk memanggil salah satu wanita cantik yang menjadi kaki tangannya. Wanita berwajah lembut yang semua orang ketika melihatnya tak akan menyangka dia adalah salah satu anak buah gembong mafia dunia.