Emilia Entah sejak kapan, sepertinya panah asmara mulai tertancap di hatiku. Begitu saja, dengan tiba-tiba, dan tanpa jeda. Seperti yang dikatakan oleh Prisil, aku tidak hanya menyukai aroma parfum tengil, tapi aku juga menyukai aroma asli tubuhnya. Harus aku akui kalau aku tak hanya jatuh hati pada kebaikan dan perhatiannya, tapi juga pada wajah dan tampilan fisik seorang Akhtar. Mata memang nggak bisa bohong. Hari pertama aku masuk kerja setelah cuti selama tiga hari, tengil mengantarku berangkat ke kantor. Tentu saja aku nggak bisa menolak karena tengil bukan hanya memaksa tetapi menuntut. "Ini mobil siapa sih, ngil?" Dia diam saja. Menoleh pun nggak. Nih bocah kenapa pagi-pagi musti sensi. "Baby, ini mobil siapa, sih?" tanyaku sekali lagi. "Mobilku," jawabnya diiringi seringai us