Chapter 4 - The Secret Panel

1123 Words
          Di pagi hari, rumah itu tidak semenakutkan biasanya. Cahaya matahari menerobos masuk ke setiap jendela yang telah dibuka tirainya oleh Mike. Ia berpikir untuk tidak datang ke kampus hari ini. Mike memilih untuk menelusuri taman besar di sekeliling rumahnya dan memastikan seluruh keadaan rumahnya. Namun, karena pikirnya pasti tidak enak sendirian berkeliling di tempat seluas itu, ia pun kembali merongoh ponselnya dan menekan nomor ponsel Nichole. Terdengar bunyi sambungan dan Mike menunggu. "Ya ?" jawab Nichole dari seberang. "Kau di kampus ?" tanyanya langsung. "Hmm tidak. Aku tidak ada mata kuliah hari ini.  Kenapa ?" tanyanya balik. "Steve bersamamu ?" Mike tidak menjelaskan dan tetap bertanya padanya. "Ya, ada apa sih ?" heran Nichole dan ia mulai serius mendengarkan ponselnya. "Bagus ! Datanglah ke tempatku bersama Steve. Lebih baik banyak orang daripada sendiri kau tahu." kata Mike lega. "Untuk apa ? Kau mau meminta bantuanku membersihkan rumahmu lagi ?" tanya Nichole tajam. "Tidak. Aku hanya ingin meminta bantuan kalian untuk menemaniku mengelilingi rumah ini. Kau tahu 'kan halamannya luas dan aku merasa lebih baik agak 'ramai' daripada aku sendiri yang mengelilinginya." jelas Mike dengan menekankan kata 'ramai' tadi. "Hahahaa, kau takut ?" cemooh Nichole. "Sial kau ! Sudahlah datang saja ! Kau tak kan tahu rasanya tinggal di rumah tua besar sendirian begini !" paksanya dengan kesal. "Ahahaha baiklah... Steve ! Mike mengajak kita ke rumahnya !" kata Nichole sambil berteriak memanggil pacarnya itu. Terdengar sahutan dan ia kembali ke ponselnya. "Steve bilang okay. Kami akan ke sana sebentar lagi." jawab Nichole dan ia memutuskan ponselnya.            Mike menghela nafas lega dan menarik kenop pintu rumah. Ia pikir bahwa ada baiknya dia menunggu mereka di luar daripada di rumah. Saat ia keluar dan menunggu mereka di depan gerbang. Nic dan Steve belum datang. Mike turun dari mobilnya dan berjalan di sekitar gerbang. Ia ingat ia melihat kolam sewaktu datang kemarin. Mike langsung berjalan menuju ke arah kolam dan mengamatinya. Airnya hijau pekat dan dedaunan kering memenuhi permukaannya. Pinggirannya terbuat dari batu dan tumbuh tanaman menjalar disekitarnya. Ada sebatang pohon di dekatnya.            Mike termenung saat menatap air di kolam itu. Tiba-tiba ia tersadar oleh sesuatu yang aneh di kolam itu. Sesuatu berwarna hitam mencuat ke permukaan dan agak gimbal seperti rambut. Mike mengayunkan tangannya untuk meraih benda itu, ia menyandarkan lututnya di atas pinggiran kolam untuk menjangkau benda itu. Mike hampir mendapatkannya ketika tiba-tiba Nic memanggilnya. "Hey Mike ! Sedang apa kau di sana ?" teriaknya dari kejauhan sembari berjalan mendekati Mike dengan sesosok pria bertubuh tegap di sampingnya.            Mike langsung berhenti menjangkau benda itu dan menoleh memandang mereka. Ia menurunkan lututnya dari pinggiran kolam dan berbalik menghadap mereka. Tanpa ia sadari, benda aneh itu telah tenggelam ke dasar kolam. "Ah, tidak ada. Kalian kapan datangnya ?" tanya Mike menghampiri mereka. "Dari tadi. Kami memanggilmu tapi kau tidak menyahut malah sibuk dengan kolam itu." kata Steve langsung dan menyalami ala pria dengan Mike yang membalasnya. "Apa sih yang kau lihat di kolam ?" tanya Nic penasaran sambil melihat kolam. "Tadi ada benda aneh di sana, jadi aku ingin mengambilnya. Tapi, karena kalian memanggil aku tak jadi mengambilnya. Itu di sana..." kata Mike menunjukkan lokasinya dan saat ia menoleh ia menyadari bahwa benda aneh itu sudah tidak ada ! Mike bergegas ke arah kolam dan mengecek sekelilingnya. Nic dan Steve hanya melongo bingung. "Aneh... Padahal tadi ada di situ. Dan itu bukan hewan air kurasa... Semacam benda menyembul..." gumam Mike. Steve menepuk pundaknya hingga Mike berhenti dari lamunannya. "Sudahlah Mike, paling juga daun kering atau apapun dari pohon itu yang jatuh." kata Steve sambil menunjuk pohon di sebelah kolam.           Mike pun hanya mengangguk dan mengajak mereka kembali ke rumah sebentar mengambil beberapa barang yang diperlukan untuk menjelajahi halaman nanti. Steve bereaksi sama dengan Nic begitu melihat rumah Mike. Mereka mengambil dua botol besar air mineral dan beberapa makanan yang dibawa oleh Nic. Mereka mulai menyusuri halaman di sekitar rumah dulu. "Mike, aku perlu mengakui bahwa rumahmu ini besar sekali dan halamannya juga. Tapi, halamanmu ini lebih mirip hutan deh sepertinya." kata Steve mengerling sekeliling mereka yang dipenuhi oleh semak dan pepohonan.           Mike hanya tertawa dan memeriksa sekeliling mereka dengan teliti. Apalagi di bagian bawah jendela kamarnya. Ia masih heran bagaimana seekor kucing bisa membuka jendela yang sudah rusak. Tapi ia tidak menemukan apa-apa. "Eh ? Apa ini ? Coba lihat." kata Nic tiba-tiba dan ia menunjuk sebuah batu putih yang berbentuk oval dengan banyak tumbuhan menjalar di sekelilingnya. Mike dan Steve menghampirinya dan ikut melihat apa yang ditunjuk oleh Nic. "Bukan batu nisan 'kan ?" pikir Steve ngeri. Mike mengangkat bahu. Ia juga tidak tahu apa itu dan meneliti batu itu dengan lebih dekat sambil berusaha menemukan apakah ada huruf yang terukir di sana. Ada bekas torehan yang telah memudar dan mereka tidak bisa membacanya. Mike berdiri, dan berbalik menghadap mereka. Tangannya bertumpu pada batu itu. "Sepertinya hanya batu biasa. Tidak ada gundukan tanah di sekitarnya. Berarti bukan nisan." kata Mike menyimpulkan. Saat ia tidak sengaja bertumpu dengan cukup berat ke batu itu, tiba-tiba terdengar bunyi "klik" aneh. Mereka semua terdiam mendengarkan. "Kalian dengar itu ?" tanya Nic pelan dengan waspada. Keduanya mengangguk. Mereka menoleh mencari arah suara itu. Tidak terlihat apa-apa di antara pepohonan dan semak belukar. "Seperti pintu terbuka ?" tebak Mike mencari sekeliling. "Apa batu ini panelnya ?" tanya Steve yang mulai berkeringat. Mereka bertiga memandang batu itu. "Kurasa ya..." jawab Mike dan mereka memutuskan untuk mencari sesuatu yang mungkin terbuka akibat tekanan Mike pada panel batu itu. Tanpa disadari, mereka berpencar dalam lingkaran kecil dan mencari sumber suara itu.             Lima belas menit mereka mencari dan mulai bergerak dalam lingkaran yang cukup besar. Nic mencari di sekitar pepohonan sebelah utara, Steve bergerak mencari ke arah timur sedangkan Mike menyingkirkan semak belukar di sebelah selatan. Dengan berlumur lumpur karena tanah basah kemarin dan keringat membasahi baju mereka, akhirnya Mike menemukan sesuatu di antara semak-semak berjarak lima meter dari batu putih itu. "Hey kalian, kemarilah dan lihat ini !" panggil Mike setelah menyingkirkan beberapa semak belukar dengan susah payah. Nic dan Steve berlari ke arah Mike dan ikut berjongkok seperti Mike ke arah yang ditunjuknya.            Sebuah pintu tingkap terbuat dari kayu yang kelihatannya masih sangat kokoh dengan lumpur yang sedikit menutupinya. Ada sedikit celah dan mungkin menyebabkan bunyi klik tadi. Mike menoleh pada mereka berdua untuk berunding apakah ia harus membukanya atau tidak. Steve mengangguk dan ikut memegang tepian pintu tingkap yang terbuka itu. Mereka berdua membuka pintu tingkap yang ternyata lumayan berat dengan Nic memandang mereka cemas. Gelap sekali di dalam pintu tingkap ditambah lagi awan mendung mulai menyapu langit kembali. "Aku tak bisa melihat apa-apa dari sini." kata Mike setelah berjongkok lebih rendah untuk melihat apa yang ada dalam tempat itu. "Kurasa sebaiknya kita kembali lagi ke sini nanti. Hujan sudah mulai turun." kata Nic memperingatkan mereka. Keduanya menengadah dan hujan rintik-rintik telah turun. "Ya, sebaiknya begitu." Mike langsung menutup kembali pintu itu dan menekannya hingga berbunyi "klik" menutup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD