Pemakaman Ayah dan Kesendirianku

857 Words
Aku tak mempedulikan lagi, orang tua Riana dan anak-anakku. Dengan panik aku menyambar kunci mobil di garasi lalu bergegas kerumah sakit. "Selamat siang Dokter!" tanyaku ketika dokter sudah menutup jenazah ayahku. "Anda Pak Jovan?" "Iya Dok, betul." "Mohon maaf kami sudah berusaha yang terbaik, namun nyawa Ayah anda tidak bisa di selamatkan, "Baik Dok, terima kasih." "Untuk pemulangan jenazah, nanti suster akan menjelaskan prosesnya, dan prosedurnya." "Baik Dok." Dokter keluar dari ruangan ayah, tak lama suster dan bagian administrasi masuk. "Selamat siang Pak Jovan." "Selamat siang Sus." "Kami akan menjelaskan, prosedur kepulangan jenazah ayah anda." Suster pun menjelaskan panjang lebar mengenai kepulangan jenazah ayah dan biaya yang harus di bayarkan. Aku benar-benar bingung sebesar enam puluh juta yang harus aku siapkan agar ayah bisa bebas. Sedangkan uangku hanya tersisa lima juta, itu pun rencananya untuk mencari kost-kostan. Pikiranku ingin ke butik Riana mungkin disana masih ada sisa uang. "Sus, tolong jaga ayah saya sebentar, untuk saat ini saya belum mempunyai uang untuk biaya rumah sakit tapi akan saya usahakan!" "Baik Pak," Aku keluar, dari ruangan, setengah berlari aku ke parkiran. Semoga saja keluarga Riana, tidak mempermasalahkan hal ini. Setelah empat puluh menit, aku sampai di ruko dua lantai, sudah hampir dua Minggu butik Riana tidak buka, sejak kematian Riana. Aku memang memegang kunci cadangan butik, maka dengan mudah aku masuk kedalamnya. Ceklek Ruangan yang terpajang berbagai model gamis, dengan model terkini. Ruangan ini sedikit berdebu karena sudah hampir dua Minggu tidak di bersihkan. Butik yang di design Riana sendiri, dengan warna hijau tosca warna kesukaan Riana. Aku akui Riana pebisnis yang handal, dulu dia hanya menjajakan dagangannya di sosial media, bermodalkan motor matic keluaran lama dia kesana kemari mengantarkan pesanan orang. Saat enam bulan menikah denganku, Riana mulai membuka butik, baru merintis butik Riana tergolong ramai pembeli, selain secara offline Riana juga masih aktif jualan online. Maka dari itu, aku selalu berpikir keuangan Riana baik-baik saja, dan aku enggan memberinya nafkah, yang menurutku tidak dibutuhkan Riana. Bahkan semua kebutuhan ditanggung Riana termasuk saat Edo sakit dan mengharuskan operasi Riana yang menanggung seluruhnya. Aku memasuki ruangan kantor Riana. Sengaja aku membuka komputer Riana. Tapi ternyata di kunci, aku coba tanggal pernikahan kami ternyata gagal, aku coba membuka dengan tanggal lahir Riana dan gagal juga, sekali lagi aku mencoba menggunakan tanggal lahirku, ternyata berhasil. Aku tersenyum sendiri, ternyata meski aku memperlakukan Riana tidak baik, Riana masih menggunakan tanggal lahirku. 'Mas menyesal telah menyia-nyiakan mu sayang.' sesalku dalam hati. Saa terbuka komputernya aku melihat foto pernikahan kami sebagai wallpaper, foto yang bahkan di handphoneku pun tidak ada, foto pernikahan yang sangat sederhana, Riana hanya menggunakan riasan sederhana dan berbalut kebaya putih namun saat itu Riana sangat cantik, dan aku akui itu. Iseng aku buka folder yang menyangkut laporan keuangan. Astaga, aku terkejut ternyata bahkan pendapatan Riana terus menurun tapi bagaimana bisa?. Pendapatan dan penjualan butik, sangat berbeda jauh. Dalam laporan penjualan terus meningkat, tapi pendapatan bersih yang di peroleh selalu menurun. Aku membuka folder lainnya, kini folder dengan nama CCTV, aku mengerutkan dahi, bagaimana bisa ada CCTV? sejak kapan Riana memasang CCTV di butiknya?. Klik Saat file pertama aku buka tidak ada yang aneh dalam rekaman tersebut. Aku buka lagi hingga di file kelima, terlihat Cindy dan ibu mendatangi butik, mereka terlihat berbincang, dengan salah satu karyawan, namun tidak jelas dalam rekaman tersebut siapa wanita itu?. Tak lama mereka pergi tapi sebentar mereka memasukan uang yang cukup banyak ke tas mereka dan yang memberikan uang itu adalah karyawan tersebut. File keenam, ada aku sedang berbincang dengan Nita, untuk file ini aku sangat terkejut, pasalnya kejadiannya adalah saat aku sedang berciuman dengan Nita, di koridor kantor yang seingatku sangat sepi. Tapi ternyata Riana mengetahui semuanya. "Ya Allah, ternyata Riana mengetahui semuanya tapi kenapa dia diam saja?" kataku menyesali semuanya. Aku terus membuka file rekaman satu persatu, ternyata Ibu dan Cindy juga hampir setiap hari datang ke butik untuk meminta uang kepada Riana, dalam rekaman nampak jelas jika mereka selalu melakukan ancaman kepada karyawan Riana. Selain Ibu dan Cindy ternyata aku pun tertangkap basah melakukan hal tak senonoh dengan Nita, aku selalu beranggapan jika kantor Riana tidak ada CCTV ternyata dugaanku salah. Setelah aku membuka semua file, aku meneteskan air mata, ternyata aku sebejat itu aku menduakan Riana dan tanpa aku sadari Riana ternyata mempunyai bukti perselingkuhan kami. Tanpa sadar aku sudah di ruangan ini selama tiga jam, aku seperti di kuliti hidup-hidup karena di perlihatkan keburukan dan kebejadan diriku. Aku meneteskan air mata kala di file terkahir ternyata Riana menyisipkan video pernikahan kami. Entah siapa yang merekam moment sakral itu, karena kami saat itu hanya memiliki handphone android keluarga terlama. Apa mungkin Mas Danu?. Kring ... kring Ponselku berbunyi ternyata pihak rumah sakit. "Akhh... " aku benar-benar frustasi karena tak menemukan uang sepeserpun dalam brankas Riana. "Apa sudah diambil oleh Riana semua?" "Akh bagaimana ini?" Aku benar-benar frustasi, saat ini keadaanku sangat kepepet. Akhirnya aku meninggalkan butik, tujuanku adalah rumah ayah. Jika harus bertemu dua Mak lampir aku pun tak takut. Jarak yang aku tempuh cukup jauh hampir satu jam agar bisa masuk kedalam rumah. Ternyata duo Lampir sudah tidak ada. Tujuanku adalah kamar utama disana ada perhiasan dari almarhumah. Ceklek,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD