Mereka tiba di depan sebuah butik terkenal. Mereka segera masuk dan seketika menjadi pusat perhatian, tatapan orang-orang tertuju kepada mereka. Mungkin pesona yang dipancarkan oleh Alex-lah yang seakan menyita perhatian orang-orang tersebut. Sambil menunduk Stella mengikuti langkah Alex, mencoba menghindari tatapan para pengunjung butik itu, meski sebenarnya tatapan kekaguman itu tertuju pada Alex, tapi Stella merasa secara otomatis tatapan itu juga jatuh untuknya.
Alex berhenti di depan sebuah ruangan, Stella ikut berhenti. Tiba-tiba Alex menggenggam tangan Stella, membuat Stella mendongak dengan jantung yang berpacu cepat. Alex membawanya masuk ke dalam ruangan itu.
"Kalian sudah datang!" sapa seorang wanita saat melihat kedatngan mereka berdua.
"Tunjukkan saja bajunya!" ujar Alex seakan tidak peduli pada sapaan wanita itu.
"Kau seberuntung apa mendapatkan wanita secantik dia?" tanya Nanda -- pemilik butik, tidak peduli ucapan cuek Alex.
Stella tersipu malu mendengar pujian Nanda.
"Aku Nanda, orang sial yang mengenal calon suamimu." Wanita itu mengulurkan tangannya pada Stella yang segera disambut oleh Stella seraya berkata, "Stella Caelan."
Seakan terkejut akan apa yang dikatakan Stella, Nanda terpekik dan berkata, "Wah, kau tahu apa arti namamu?"
"The Stars Of Heaven!" ujar keduanya bersamaan. Dan itulah awal kedekatan Stella dan Nanda.
Alex yang baru mengetahui arti nama Stella sempat terkesima, namun pria itu dengan cepat mengembalikan ekspresinya.
"Ayo, kita coba gaunmu," ajak Nanda dan menggiring Stella ke arah ruang ganti khusus.
Setelah selesai mengenakan gaun pernikahan rancangan Nanda dengan sedikit bantuan, Stella seolah tidak percaya melihat bayangan dirinya di cermin. Ia menatap seorang gadis tengah berdiri dengan mengenakan gaun pernikahan berwarna putih tanpa lengan yang bagian bawahnya mengembang dan ekor yang tidak terlalu panjang. Stella merasa tidak yakin bahwa gadis yang berdiri di hadapan cermin itu adalah dirinya. Stella memiringkan tubuhnya untuk memastikan bahwa yang berada di depan cermin adalah benar dirinya.
"Kau benar-benar sangat cantik," puji Nanda lagi.
"Terima kasih," ujar Stella menunduk malu.
"Kita harus menunjukkan pada Alex, pantas saja ia memesan khusus gaun ini, ternyata untuk orang yang dicintainya," ucap Nada panjang lebar. Stella tercengang mendengarnya.
"Benarkah?" tanya Stella memastikan.
"Sudahlah. Ayo, kita tunjukkan pada mereka. Alex akan marah jika kau terlalu lama di sini." Nanda mengabaikan. pertanyaan Stella yang sarat dengan kebingungan.
Saat mereka keluar dari ruang ganti, Stella akhirnya mengerti maksud Nanda mengatakan 'mereka'.
Ternyata, di sana juga ada Litina dan Aliya, duduk berhadapan dengan Alex. Mereka semua menoleh pada Stella yang terlihat sangat mempesona dalam balutan gaun pengantin rancangan Nanda yang khusus dipesan oleh Alex untuknya.
"Sangat cantik," puji Aliya yang segera disetujui oleh Litina.
"Tidak heran Alex tergila-gila padamu!" Litina kembali menimpali Stella dengan berbagai pujian yang membuat rona di pipi Stella semakin menjadi.
"Bisa kalian tinggalkan kami?" Suara Alex menghentikan setiap canda tawa yang terjadi di sana. Aliya yang mendengar itu ingin membalas kakaknya, namun tertahan saat mamanya memberi isyarat untuk tetap diam dan melakukan apa yang diinginkan Alex.
Ketika semua orang telah keluar dari ruangan itu dan hanya menyisakan Stella dan Alex, keheningan kembali terjadi selama beberapa menit, membuat Stella merasa gugup berada berdua saja dengan Alex dalam satu ruangan. Stella berniat untuk kembali ke ruang ganti saat suara Alex menghentikannya.
"Aku ingin mengembalikan kalungmu."
Ucapan Alex membuat Stella terdiam untuk beberapa saat dan wanita itu menerima kalung tersebut. Kalung yang membuatnya uring-uringan semalaman dan ternyata kalung itu ada pada calon suaminya.
"Akan kupasangkan!" lanjut Alex dan memasangkan kalung itu pada leher jenjang calon istrinya. Stella yang masih terkejut akan apa yang terjadi, semakin dibuat terperanjat saat merasakan hembusan napas Alex di lehernya. Dan itu semakin membuat Stella benar-benar terdiam di tempat.
"Sudah!" kata Alex mengakhiri sekaligus membuat Stella tersadar.
"Te-terima kasih." balas Stella, segera berlalu kembali menuju ke ruang ganti meninggalkan. Alex yang sempat melihat rona merah di pipi Stella.
Astaga.
*****
Setelah melakukan fitting, bukannya langsung kembali ke kantor, tapi Stella menghabiskan waktu seharian bersama Litina dan Aliya. Kedua wanita itu menyeretnya untuk ikut bersama mereka hingga malam hari. Dan sekarang mereka bertiga berada di salah satu restoran yang sebagian besar sahamnya ada milik Edward. Stella sudah berganti kostum setelan kerjanya dengan dress biru selutut yang dipilihkan Litina. Pada mulanya Stella menolak, tapi dengan sedikit paksaan dari Litina dan Aliya, akhirnya Stella menyerah dan mau mengenakan gaun itu. Ia berpikir, tidak baik mengecewakan kedua wanita yang akan menjadi keluarganya nanti.
Setelah beberapa menit duduk di salah satu meja di restoran tersebut, terdengar suara derap langkah mendekat dan menyita perhatian Stella sehingga ia menoleh dan terlihat dua orang pria berbeda generasi mendekat ke arah mereka. Seorang pria paruh baya yang masih tampak gagah dan tampan seolah tak termakan usia, duduk menggelosor di samping Litina. Sedangkan pria lainnya yang memiliki wajah tampan yang hampir sama seperti pria paruh baya tersebut, bahkan pria ini seolah menggambarkan bagaimana dulunya Leonard di masa mudanya, duduk di samping Stella.
Benar, Alex dan Leonard tiba-tiba datang dan bergabung bersama mereka.
Suasana makan malam itu terasa canggung, apalagi bagi Stella ini adalah kali pertamanya makan bersama dalam satu meja dengan satu keluarga lengkap, keluarga Harris, pemilik Harris Corporation, tempatnya bekerja.
Mereka semua tengah menikmati makan malamnya, ketika Leonard memecahkan keheningan yang terjadi beberapa saat kemudian. "Jadi, mengapa kau ingin melakukan pernikahan ini secara diam-diam?"
Pertanyaan Leonard ditujukan untuk Alex yang langsung meletakkan alat makannya.
Namun, sebelum pria itu sempat menjawab pertanyaan Papanya, Aliya lebih dulu menyahut, "Mungkin dia tidak ingin wanita-wanitanya tahu." Aliya langsung mendapatkan tatapan tajam milik kakaknya. Tapi wanita itu pura-pura tidak peduli, padahal sebenarnya ia merasa terintimidasi.
"Aku ingin ini lebih privasi." jawab Alex seraya kembali menyuapkan makan malamnya.
"Katakan saja yang sebenarnya!" cecar Aliya.
"Aku juga menginginkan pernikahan yang lebih privasi. Tidak perlu diketahui oleh publik. Asalkan kita sah di hadapan Tuhan dan keluarga terdekat mengetahuinya," ujar Stella dengan cepat, memotong perkataan Aliya. Ia tidak ingin terjadi perang dingin malam ini.
Semua orang terdiam setelah mendengar perkataan Stella. Tidak ada yang menyangka bahwa Stella akan menerima pernikahannya dengan Alex akan dilaksanakan secara tertutup dan diam-diam.
"Seandainya yang akan menikah dengan kakakku bukanlah dirimu, maka wanita itu tidak akan sudi melakukan pernikahan secara diam-diam!" ujar Aliya terang-terangan.
Alex yang mengerti maksud Aliya hanya diam seakan tidak peduli pada apa yang dikatakan adiknya itu. Setelahnya, kembali terjadi gurauan-gurauan kecil. Stella yang awalnya merasa canggung, lama kelamaan menjadi terbiasa bercakap dan bercanda bersama keluarga konglomerat itu.
?????