Lima

1506 Words
Part. 5 Shane terlihat terpukul sekali, meskipun dia mengenakan kacamata hitam namun semua pelayat yang datang pun tahu, bahwa dia tak henti menangis, terlihat dari hidungnya yang memerah dan usapan kasar tangannya yang selalu menyeka dibalik kacamatanya. Thea berusaha menghampiri dan berbicara dengannya, namun respon Shane sangat dingin. Entah apa yang ada difikirannya? Wanita itu memilih duduk tak jauh dari Shane, menyalami beberapa pelayat yang memang dikenalnya karena sebagian besar pelayat berasal dari perusahaan tempatnya bekerja. Meskipun sudah dua bulan Shane resign dari sana namun loyalitas yang ditunjukan oleh karyawan kepadanya masih sangat tinggi. Thea menangkap sebuah sumber suara dari beberapa orang yang tak dikenalnya. Mereka berbisik mengenai Shane yang telah mempunyai istri lain selain Linda. Thea semakin menajamkan telinganya. Dia tak kuasa menahan getar tangannya. Mereka juga bicara kalau Shane pernah memasuki ruang control CCTV hanya untuk meminta karyawan yang bertugas untuk menghapus rekamannya di lift. Dan kabarnya lagi, istri baru Shane adalah karyawan perusahaan televisi swasta itu. Getaran tangan Thea berubah menjadi kepalan marah ketika mereka dengan ringannya menghina wanita yang menjadi istri Shane. Mereka menyebut dirinya PELAKOR, perebut laki orang, sebuah julukan yang sedang hits saat ini. Bahkan mereka bilang bahwa dia tega-teganya memanfaatkan Shane karena tahu Linda yang memang sedang sekarat. Thea menangis, tapi tangisannya kali ini lebih ke amarah yang hampir meledak, dia berdiri dan bersiap menumpahkan amarahnya. Andai saja teman-teman dekatnya tak keburu datang dan menyalaminya. Mereka saling Tanya, apa yang terjadi dengan ekpresi Thea? Namun wanita itu hanya menggeleng lemah lalu menghembuskan nafas untuk mengusir penat yang dideranya. Tidak dia tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Dia bukan perebut laki orang. Shane miliknya dan justru Linda lah yang memintanya untuk menikahi suaminya. Setelah agak tenang, dia memilih untuk memisahkan diri dengan pelayat lain bersama dua teman wanitanya. Anne dan Ros. Nampaknya mereka bertiga akan menunggu hingga prosesi pemakaman selesai. “Lo denger gak desas desus aneh disini?” Tanya Ros. Tubuhnya agak semok dengan tinggi yang jauh dibawah Thea. Anne memutar bola matanya dan mengangguk. Sementara Thea yang sudah tau akan dibawa kemana percakapan ini memilih diam, dia akan segera kabur jika tak kuat. Atau ngamuk sekalian. “Menurut lo siapa istri kedua Shane?” Anne menatap Ros serius sementara Thea sudah mengeluarkan handphonenya berusaha mengalihkan perhatian. “Siapapun itu, apapun alasannya gw ngerasa dia wanita paling jahat di dunia. Udah tahu Linda sakit parah malah mau aja dijadiin simpenan.” “Yup gw setuju,” angguk Anne. Thea mendengus kesal, citra dirinya sudah benar-benar buruk dimata semua orang. Tinggal ada yang membocorkan namanya saja maka tamatlah riwayatnya! *** Thea melangkah gontai menuju kamar, bahkan dia seolah menghitung setiap tangga yang dinaiki. Satu persatu. Hatinya mendadak merasakan sepi yang teramat dalam. Perutnya bergolak. Dia bahkan lupa kalau belum makan seharian ini. Tapi rasanya mulutnya tak ingin dimasukan apa-apa saat ini. Dia sangat ingin memeluk Shane, menenangkannya. Shane pasti sangat kacau saat ini. Namun usai pemakaman, Shane malah tak tampak batang hidungnya sama sekali. Berkali-kali Thea menghubunginya, namun panggilannya tak diangkat sama sekali. Shane seolah mengacuhkannya. Dia pun menekan nomor Edward, tapi sama seperti majikannya, lelaki itu juga seolah ditelan bumi tak terdengar kabar beritanya. Guyuran shower hangat cukup menenangkan hati thea yang sangat gundah saat ini, perutnya sudah bergejolak sedari tadi rasanya kram namun aneh, dia sedang hamil tapi kramnya seperti seolah dia sedang datang bulan. Sambil memejamkan mata, wanita itu menyabuni tubuhnya. Diapun membuka mata ketika ingin membilas tubuhnya. Seketika itu kakinya kaku matanya melotot melihat bahwa sudah banyak darah mengucur dari vaginanya. Setelah memakai baju, Thea mencoba menghubungi Shane, tapi seperti yang sudah-sudah suaminya itu tak menjawab panggilannya sama sekali. Akhirnya Thea memanggil taksi untuk pergi ke rumah sakit.  “Ibu apakah kesini sendirian?” Tanya dokter muda yang mengenakan kacamata tipis. Tubuhnya kurus dan wajahnya agak oriental. Thea mengangguk, tangannya sudah diinfus karena terlihat lemah sekali. “Janin ibu tidak berkembang, atau biasa disebut blighted ovum. Sehingga harus dilakukan tindakan kuretase, untuk membersihkan sisa-sisa darah yang menempel di Rahim ibu.” Thea menggenggam seprai dengan kuat. Habis sudah harapan untuk bisa bersama Shane. Tuhan seperti sedang menghukumnya. Mungkin memang dia tidak ditakdirkan bersama Shane. Dokter itu menulis diagnosis untuk diserahkan ke perawat, tambahnya, “sebaiknya ibu segera menghubungi suami ibu untuk menyetujui tindakan yang akan diambil.” Thea terisak. Dia kini merasa sebatang kara. Tak mungkin dia mengabari orangtuanya, mereka akan sangat sedih jika tahu anaknya kini sedang dicampakan. Berkali-kali Thea mengirim pesan singkat ke Shane dan berpuluh-puluh kali dia melakukan panggilan telepon. Tapi tak ada yang direspon. Sementara di suatu tempat lainnya, Shane sedang mematung di sebuah gedung yang sangat tinggi, memandang senja yang mulai memudar. Tangan kanannya memengang minuman beralkohol berwarna senada dengan botol yang ada di mejanya, minuman itu sudah hampir habis. Di sampingnya tergeletak handphone yang berkedip-kedipa karena mode silent. 52 panggilan tak terjawab dan 27 pesan. Semuanya dari Thea, hingga akhirnya ponsel itu berkedip lama dan mati karena batreinya yang sudah habis. Shane mengingat saat-saat terakhir Linda bersamanya di Singapore. Saat itu tubuh Linda sudah penuh dengan selang dan kabel, karena kondisinya yang semakin memprihatinkan. Namun dia masih mampu meraih kesadarannya. Digenggamnya tangan Shane dengan erat, sambil tersenyum dia menatap mata Shane dan meminta lelaki itu untuk mendekatkan wajahnya. Diusapnya wajah Shane dari kening hingga ke pucuk hidungnya, tangan Linda membelai pipi Shane dan beralih ke bibirnya. “Sekarang aku akan tenang ninggalin kamu, karena sudah ada Thea, aku tahu dia mencintai kamu dan mungkin kamu juga akan mencintainya atau bisa saja tanpa kamu sadari kamu telah jatuh cinta ke dia. Shane… menimang anak hanya alasan aku saja, aku hanya ingin kamu tidak berlarut-larut ketika aku pergi nanti…” Suara Linda tercekat di kerongkongan, sesuatu seolah tertarik dari tubuhnya, nafasnya terasa berat. Shane mulai menitikkan air mata, tapi Linda segera menghapus dengan jarinya yang hanya tertinggal tulang berbalut kulit. “Aku cinta sama kamu Shane, aku tahu kamu juga masih cinta sama aku, karena itu kamu harus terus hidup, kamu harus bahagia. Demi aku Shane, demi cinta kita. Kamu harus melanjutkan hidup kamu… sayangi Thea dia sedang mengandung anak kamu, hargai dia sebagai istri kamu…” Linda tersenyum getir, dia bahkan sudah menyiapkan istri untuk suaminya. “Aku sayang sama kamu Linda,,,”Shane mengecup kepala Linda, turun ke kening dan hidungnya. Dia mengecup kedua mata linda dan terakhir bibirnya. Linda masih tersenyum, ketika tiba-tiba kehilangan kesadarannya dan menghembuskan nafas terakhir di pelukan Shane. *** Ruangan rumah sakit ini terasa sangat dingin, janin Thea telah dikuret. Dia yang menandatangani persetujuan dan menjamin dirinya sendiri. Miris! Namun dibanding dinginnya AC yang menyala, masih lebih dingin hati yang dirasanya. Dia kehilangan dan hanya dirinya yang merasa kehilangan. Sebuah pesan singkat terakhir yang dikirim untuk Shane. “Aku sudah selesai kuretase. Tak ada lagi janin dalam rahimku. Sekarang terserah kamu, mau dibawa kemana pernikahan kita?” kemudian Thea meletakan ponselnya di meja dekat kepala dan memejamkan mata. Sementara dari jendela rumah sakit, dokter muda tadi memandanginya lekat, dengan tatapan penuh iba. Keesokan harinya Thea sudah boleh pulang, dokter muda yang diketahui bernama Mario mengantarkannya pulang, karena kondisi fisik Thea yang masih lemah. Mario memapah Thea kedalam, dan Thea rebahan di kursinya. Setelah menyelimuti Thea, dia pamit pulang. Thea sangat berterimakasih kepada pria baik itu. Mereka baru saling mengenal namun pria tersebut sudah sangat perhatian ke Thea. Sekilas Thea merasa hatinya menjadi hangat, hal yang lama dirindukannya seolah telah kembali. Tapi Thea menggeleng, Mario terlalu baik untuk berurusan dengan wanita sepertinya. Sebuah tepukan tangan keras terdengar dari depan pintu, Thea bangkit dari tidurnya dan melihat siapa yang bertepuk tangan, sementara suara ketukan sepatu dari pemilik tepuk tangan tersebut terdengar sangat keras dan kasar seolah sengaja dihentakkan! “Shane,” “Hebat sekali kamu! Baru beberapa hari ditinggal suami, sudah berani memasukkan lelaki lain. Kamu memang pantas disebut jalang!” Shane berjongkok di depan Thea mensejajari wajahnya. Dan Thea menamparnya keras, Shane pasti kesakitan, karena tangannya pun sakit sekali. Mata pria itu berkilat marah ditariknya tangan Thea hingga dia terpaksa berdiri. “Kamu gak tau apa-apa!” Thea menghempaskan tangannya dari pegangan Shane, siapa dia?! Tiba-tiba datang dan ingin mencemburuinya, ataukah memang dia sengaja mencari alasan agar bisa berpisah darinya. “Kalau kamu hanya mau mencari alasan untuk berpisah dari aku,,, kamu gak perlu lakuin itu!! Karena tanpa kamu lakukan itu pun aku sudah pasti mau berpisah dari kamu!” thea mengumpulkan sisa tenaganya dan berlari ke tangga, dia sudah sangat muak dengan Shane. Pintu ditutup dengan keras oleh Thea dia membaringkan tubuhnya di kasur, perutnya sakit, hatinya sakit. Shane berjalan pelan dan duduk di pinggir ranjang. Membelakangi tubuh Thea. “Kamu dimana… selama dua bulan ini, ketika aku mengandung? dan kamu kemana Saat aku membutuhkan kamu untuk menguatkan aku saat aku keguguran dan harus kuret…?” Suara serak Thea berubah menjadi isakan. Ketika Shane menghadapnya, Thea justru beringsut membalikkan badan memunggunginya. Kasur itu bergerak ketika Shane membaringkan tubuhnya. Dipeluknya Thea dari belakang dengan gemetar. Dikecupnya pipi Thea, terasa pipi Shane yang juga telah basah. “Maafin aku The, maaf…” bisik Shane dan tangis Thea semakin keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD