5. Forcing

2487 Words
Roger menahan tangan Anna saat perempuan itu berontak. Dia Terus mencuri lumatan di bibir perempuan itu, berharap niat hatinya bersambut. Sayangnya, belum apa-apa, suara tangan mendarat di pipi orang menggema di seluruh ruangan. Roger terhenyak saat Anna benar-benar menamparnya. Pria itu pikir, Anna akan membalasnya dengan ciuman yang lebih memabukkan dari sebelumnya. Ternyata salah. Anna malah menolaknya mentah-mentah. Begitu memundurkan wajahnya dan melepaskan tahanan tangannya pada Anna, Roger menatap perempuan itu dalam diam, dengan ekspresi yang begitu sulit diartikan. "Kakak pikir aku perempuan murahan yang senang dicium begitu saja?" Roger sudah menggeleng, ingin menjawab kalau perbuatannya salah dan akan minta maaf. Sayangnya, Anna lebih dulu memotong perkataannya. "Aku tidak lebih dari p*****r kalau Kakak melakukan itu." "Na, bukan seperti itu. Aku hanya-hai?! Kau mau kemana?" Roger memekik saat Anna berupaya turun dari ranjang sementara perempuan itu masih diinfus dan dia sudah sepakat akan di sini menemani Roger meski hanya sehari saja. Sayangnya, Anna memang tidak sudi untuk menjawab Roger. Mungkin, perempuan di luar sana senang saat disentuh-sentuh ataupun diajak berciuman oleh seorang lelaki. Namun, Anna adalah Anna. Prinsipnya jelas. Sebelum menikah, dia tidak akan mau melakukan hal semacam itu karena dia tahu ciuman adalah sesuatu yang salah. Kecuali, Roger sudah menjadi suaminya. Jelas kalau dia harus melayani suaminya. Kalau tadi, Roger jelas memaksa dan membuat Anna merasa hina. Mungkin Anna terlalu berlebihan tapi, hai? Ayolah. Perempuan itu tempatnya dihargai dan dijunjung tinggi harga dirinya. Bukan diperlakukan seenak hati karena kelemahannya. Tidak salah kalau Anna sampai menampar Roger. Masih untung Anna tidak memberi tahu kedua kakaknya. Roger pasti habis di tangan kedua kakaknya. Untungnya, Anna bukanlah sosok yang suka mengadu. Tapi tetap saja, Anna kecewa. Ciuman paksa ini adalah kesalahan. Sangat salah. Harusnya Anna tidak hanya menampar, tapi melaporkan Roger karena sudah melakukan tindak asusila kepada dirinya. "Kakak tahu?" Anna yang sudah turun dari ranjang dan melepas jarum infusnya sendiri menatap Roger datar bukan main. Dan jelas, matanya menyiratkan luka dan kekecewaan yang mendalam. Ini bukan cuma tentang harga diri tapi bagaimana cara menghargai. Belum menjadi apa-apa saja sudah melakukan ini semua. Bagaimana kalau menikah nanti? Anna bahkan sampai berpikir yang tidak-tidak. "Perempuan yang akan disalahkan kalau sampai dilecehkan oleh seorang laki-laki." "Anna maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Baiklah, aku akan datang ke rumahmu. Aku akan mengakui kesalahanku." Kata Roger menatap Anna dalam. Pria ini terlihat menyesal sekali melihat sorot kekecewaan di mata Anna. "Tidak perlu." Tolak Anna mentah-mentah meski dengan perkataan yang pelan dan lembut. "Hai? Kau mau kemana?" Roger menahan Anna sekali lagi. Sayangnya, Anna memang tidak mau berhenti. Dia sudah terlanjur kecewa dengan Roger. "Sampai harus mendiamiku seperti ini?" Roger berujar dingin. "Apa hanya aku yang memperlakukanmu seperti ini? Ayolah Anna, ciuman adalah hal yang biasa. Bahkan semua orang melakukannya. Di tempat umum sekalipun, orang-orang melakukannya. Lalu kenapa hanya ciuman di bibir kau marah sekali padaku? Aku bahkan tidak melakukan hal yang lebih jauh." Langkah Anna terhenti mendengar pendapat Roger tentang ciuman itu sendiri, lantas berbalik dan menatap Roger dari kejauhan. "My body, my rules. Kakak tidak bisa menyentuhku tanpa izin." "Di luar sana banyak sekali perempuan malang yang hidupnya hancur seperti apa yang Kakak perlakukan padaku tadi. Kakak tidak berpikir kalau aku bisa saja trauma? Aku tidak butuh pembuktian fisik seperti itu. Jatuhnya hanya merendahkan, Kak. Itu pelecehan. Kakak jelas tahu tadi aku berupaya menghindar tapi Kakak memaksa. Kalau tadi aku pasrah, Kakak mau melakukan hal yang lebih juga? Mau meniduri ku sekalian, setelah itu ditinggalkan?" Baik Roger dan Anna, mereka saling menatap dalam diam satu sama lain. "Serendah itu aku di matamu, Na? Aku melakukan kesalahan aku akui itu. Aku sudah minta maaf. Aku sudah bilang kalau akan mengakui kesalahanku." "Dengan cara apa?" tatapan datar yang diberikan oleh Anna membuat Roger agak terluka. Dia tidak suka ditatap seperti itu. "Bisa berhenti menatapku seperti itu?" Roger balas menatap Anna dalam. "Aku tidak suka kau tatap seperti itu. Aku bukan penjahat." Anna lantas melihat lantai sejenak. "Lupakan saja." Katanya pelan. Dan setelahnya, perempuan itu pergi dari ruangan Roger dengan langkah yang begitu berat. Mungkin banyak yang berpikir kalau dicium oleh seorang lelaki adalah sesuatu yang menyenangkan. Mungkin iya jika mereka adalah suami istri. Sudah haknya Roger mendapat itu semua dari Anna. Sayangnya, mereka bukanlah suami istri. Bahkan, mereka tidak memiliki status sama sekali. Hanya cara Anna yang memanggil Roger dengan sebutan Kakak malah membuat mereka seperti adik kakak daripada pasangan yang sedang dekat. Tak membuang waktu, Roger mengikuti Anna. Dan perempuan itu baru terkejar saat mereka sudah sampai di pelataran rumah sakit. "Anna tolong dengarkan dulu." Roger berupaya menahan lengan Anna dari belakang. Begitu tertangkap, Anna langsung menghempas tangan Roger pelan. Dia hanya ingin pulang dan langsung istirahat. "Anna?" Sayangnya, Anna tetap kekeuh tidak ingin disentuh. Begitu sampai di tepi jalan, Anna langsung menyebrang dengan tergesa. Dan di detik itu, dia tidak sadar kalau ada mobil berkecepatan tinggi dari arah kanan yang langsung menghantam tubuh Anna hingga jatuh dan mendarat kasar di kerasnya aspal. Suara decitan ban mobil dan aspal yang saling bergesekan membuat orang-orang memekik melihat Anna yang terlempar jauh. Tubuhnya seperti seringan kapas hingga begitu mudah diterbangkan ke sana ke sini dan berakhir kembali jatuh ke bumi seperti barang tak bernyawa.. Sementara Roger yang melihat sampai tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya yang memang kurang fit membuatnya gemetar berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Sampai akhirnya, Roger mampu berjalan ke arah Anna yang kepala dan hidungnya kembali berdarah banyak. Dan yang lebih menyakitkan, perempuan itu sudah memejamkan matanya dalam-dalam saat dia sampai di sana. Untung petugas kesehatan langsung memberikan bantuan utama. Mereka bergotong royong membawa Anna ke IGD untuk segera ditangani. Sedangkan Roger sendiri dipapah salah satu perawat laki-laki karena dia hampir limbung melihat keadaan Anna. Dia tidak menyangka kalau masalah ciuman bisa sampai serumit ini. Sungguh, dia tidak bermaksud merendahkan Anna. Roger hanya ingin memiliki Anna seutuhnyan. Namun, bukan dengan cara yang menyakiti perempuan itu seperti ini. Roger salah kalau berpikiran Anna sudah berubah. Anna masihlah tetap Anna yang dulu. Gadis kecilnya yang tidak suka disentuh oleh orang lain meski hanya seujung kukunya sekalipun. Harusnya dia bersabar. Padahal dia sendiri tahu kalau memang berat jalannya bisa menjadikan Anna sebagai istrinya. Belum lagi kecelakaan ini, Roger pasti dicoret dari daftar calon suami Anna. Daripada kembali ke ruangannya, Roger memilih menunggui Anna di luar IGD. Dia tidak bisa tenang sebelum tahu keadaan Anna. Perempuan itu kehilangan banyak darah tadi. Dan di tempat duduknya, Roger bisa melihat Anna diberi transfusi darah yang seingatnya golongan darah perempuan itu adalah AB. "Please save her." Roger bergumam pelan dengan harapan yang begitu tinggi. Dan seakan ingat sesuatu, Roger langsung menghubungi Khris dan belum menekan tombol dial, tahu-tahu Khris sudah datang dan menatapnya khawatir dengan nafas yang berkejar-kejaran. "Anna? Anna? Bagaimana keadaan Anna?" tanyanya. "Masih ditangani dokter." Balas Roger pelan. Kakak kedua ini lantas duduk di samping Roger, mengirim pesan kepada orang tuanya dan Jordan agar ke rumah sakit untuk melihat keadaan Anna. "Apa yang menabrak tidak punya mata?!" Roger samar-samar mendengar amarah Barack Abraham dari seberang sana. Yang beberapa saat kemudian sambungan terputus. Khris menghela nafasnya berkali-kali. "Dia baru saja diserang, sekarang ditabrak, besok apa lagi? Seharusnya aku tidak pulang sendirian. Seharusnya aku tetap curiga padamu." Roger hanya diam menatap nanar ke depan sana. Kepalanya jadi berdenyut hebat melihat Anna yang tengah ditangani. Ini semua kesalahannya. Harusnya dia tidak memaksa saat Anna memang tidak mau. Semuanya jelas, Anna memang tidak suka disentuh tanpa izinnya sejak awal. "Aku menciumnya paksa dan dia mar-" "Damn you, Roger!" Khris langsung memutar tubuhnya dan mencengkeram kuat kerah baju yang dikenakan oleh pria itu dengan mata yang menatap tajam. "Kalau Anna bilang tidak ya, tidak! Apa kau tuli sampai tidak bisa mengartikannya?!" "Maaf." "Ahrg!" Khris menghempas kasar cengkeramannya. "Dia jelas marah padamu. Tapi kalau aku sampai menghajarmu, dia pasti lebih marah lagi." Tekannya. "Anna sudah pernah ditabrak sampai koma dua minggu. Dan sekarang ditabrak lagi. Tuhan..." Khris meremas rambutnya tidak tenang. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Anna? Dia bisa dicincang ayah dan kakak pertamanya karena lalai menjaga Anna. "Kau senang sekali membuatku dalam masalah, Ger. Dari dulu sampai sekarang." "Maafkan aku, Khris. Aku akan bertanggungjawab. Aku sendiri yang akan mengatakan pada Paman Barack kalau aku yang membuat Anna sampai seperti ini. Jangan khawatir." "Masalahnya ada pada Anna! Kenapa kau tidak mengerti?!" Khris menekan kalimatnya dengan tatapan tak habis pikir ke arah Roger. "Aku tidak peduli kalau sampai dihukum Papa. Tapi aku lebih khawatir kalau Anna sampai kenapa-kenapa." Roger mengembuskan nafas berat. Dia juga khawatir pada Anna karena itu dadaa dan kepalanya sampai sakit seperti ini. Perempuan itu bahkan langsung tidak sadar tadi. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk. Roger tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Dan tak lama berselang, Barack Abraham datang bersama Irish, istrinya. Ada Jordan juga yang wajahnya panik sekali. "Dimana Anna? Bagaimana keadaannya? Bagaimana dia bisa ditabrak?!" "Pa, tenang dulu." Bu Irish berupaya untuk menenangkan. Dia tahu kalau suaminya ini khawatir sekali dengan putri kesayangannya. "Bagaimana mau tenang, Ma? Kenapa selalu Anna yang dicelakai?" tanyanya sendu. "Harusnya menyerang Papa saja. Jangan Anna." "Penabraknya sudah diamankan, Pa. Jangan khawatir, dia akan mendapat balasan yang setimpal setimpal." "Tidak ada balasan yang adil untuk menyakiti adikmu, Jordan. Bahkan hukuman mati terlalu ringan." Kata Pak Barack tanpa ekspresi. Beliau sedikitpun tidak pernah memberi toleransi untuk orang-orang yang berani menyakiti Anna. Dari dulu bahkan sampai sekarang. Tak lama kemudian, perawat keluar yang langsung jadi sasaran semua orang yang menunggui Anna di luar. "Bagaimana keadaan putri saya, Sus?" "Maaf, Pak. Pasien kehilangan banyak darah. Kami kehabisan stok golongan darah AB." "Saya." Pak Barack mengajukan diri. "Golongan darah saya AB. Ambil darah saya!" "Mari Pak ikut saya untuk pemeriksaan lebih lanjut." Sementara Pak Barack dan Bu Irish pergi, kedua kakak laki-laki Anna masih di sana bersama dengan Roger. Roger berdiri saat Khris dan Jordan sibuk menelfon entah siapa, dia tak peduli. Yang Roger tahu, dia khawatir kepada Anna. Kalau begini jadinya, dia tidak akan sanggup pergi ke Singapura meninggalkan Anna meski Anna tidak membutuhkan kehadirannya sekalipun. Dia berjalan menuju jendela kaca, yang dengan jelas menampik saat Anna tengah ditangani. Ada darah di mana-mana. Dan seperti tadi, Anna tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera membuka matanya. Seandainya Roger tadi membiarkan Anna tidur, perempuan itu pasti sudah tertidur lelap sekarang, bukan malah lelap di dalam sana yang penuh dengan aura mencekam dan menyesakkan. "Kau akan baik-baik saja, Na. Aku berjanji." Bisik Roger lirih dengan sorot yang meredup dan setelahnya, tangannya terkulai bersamaan dengan pekikan yang tak mampu Roger tahan lebih lama. Baik Jordan dan Khris langsung berjalan cepat menghampiri Roger yang ambruk. Badannya panas'sekali. "Ini kenapa malah dia yang pingsan?!" Jordan berujar panik saat mendapati wajah Roger yang pucat pasi. "Roger memang sakit, Kak." Khris yang memang tahu tentu saja menjawab. "Astagaaa, mereka serasi sekali. Satu sakit, sakit semua." Ujarnya tak habis pikir. Lantas bersama-sama dengan Khris, Jordan meminta bantuan perawat untuk menangani Roger yang badannya sangat panas. Baru membopong tubuh besar Roger saja, mereka sudah berkeringat meski AC dimana-mana. *** Pertama kali yang pria itu lihat saat membuka matanya adalah ruangannya saat di rawat di rumah sakit. Matanya mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang ada. Dan dua detik berikutnya, Roger terduduk dengan detak jantung yang menggila. "Anna?" sebutnya. Dan yang lebih mengejutkan Roger lagi, ada semua orang yang tengah menungguinya di kamar rawat. Dia bingung melihat keluarga Anna di dalam ruangan itu semua. Susah payah Roger menelan ludah. Tenggorokannya sakit bukan main. "An-na? Anna, dimana dia? Kenapa kalian semua di sini?" tanyanya susah payah karena agak sulit untuk berbicara. Tidak ada yang menjawab Roger. Yang ada, semua orang di sana malah menatap Roger datar, tanpa ekspresi yang berarti. Yang bersamaan itu juga membuat Roger merasakan kekhawatiran-kekhawatiran yang mendalam. "Anna? Anna baik-baik saja, kan? Kenapa kalian hanya diam? Aku sedang bertanya." Dengan keringat dingin bukti kepanikan yang tengah Roger alami, Khris yang memang lebih dekat dengan Roger mendekat ke arah pria itu. Dan setelahnya, dia menunjuk sebelah kiri, di ranjang yang mana ada Anna tengah tiduran pada ranjang yang dinaikkan. Begitu Roger menoleh, jantungnya berdetak kencang sekali lagi. Matanya melihat ke arah Anna yang tengah di rawat di sebelahnya. "Kenapa di sini?" tanya Roger tanpa sadar saat melihat Anna yang tersenyum tipis ke arahnya. "Rumah sakitnya penuh sampai adikku tidak kebagian ruang VVIP. Jadi, dia dirawat di sini juga, bersamamu." Roger melihat ke arah Anna yang menggunakan bantuan oksigen untuk bernafas. "Kau-kau baik-baik saja Anna? Maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi, sungguh." Katanya memohon. "Memangnya kau apakan putriku? Kenapa sampai meminta maaf seperti itu?" Nyali Roger menciut mendapat tatapan membunuh dari Pak Barack. Namun, dia lelaki, jadi harus berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Aku mencium putrimu paksa, Paman. Karena itu dia pergi dan sampai tertabrak. Tolong maafkan aku." Roger menatap Pak Barack dan istrinya sungguh-sungguh. "Khris?" Pak Barack menatap putra keduanya garang. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" "Aku tahu, Pa." Khris tersenyum miring. Roger hanya terus bernafas. "Kalian ingin membunuhku?" tanyanya pasrah. "Ya, silahkan. Bunuh saja." Dan semua orang tertawa. Pak Barack lantas mendekat ke arah Roger, menepuk bahunya berkali-kali. "Aku akui keberanianmu untuk meminta maaf, Ger. Soal Anna yang kecelakaan, itu kecerobohan dia sendiri yang tidak melihat jalan saat menyeberang. Ya, meskipun kau juga ikut andil membuat putriku sakit. Jadi, sebagai hukumannya, sembuhkan dia. Temani Anna di sini sampai dia pulih." "Jadi ini hukumanku?" Roger menatap Pak Barack lagi. "Kenapa tidak dinikahkan saja, Paman?" "Enak saja, pantaskan dulu dirimu baru melamar putriku. Paman tunggu di rumah. Kalaupun kau tidak datang, banyak yang menyukai Anna dan Paman juga punya kandidat sendiri untuk calon suami Anna." "Ya?" Roger bengong di detik Pak Barack mengatakan kalau beliau memiliki kandidat sendiri untuk calon suami Anna. Dan saat Roger menoleh ke arah Anna, perempuan itu hanya menatapnya dalam diam, tak ada senyuman tipis yang menghiasi wajah manisnya seperti tadi. "Sudahlah, pulihkan dirimu dulu." Kata Pak Barack akhirnya. Bagaimana bisa kau menjaga Anna kalau m kau sendiri sakit seperti ini. Kami semua akan keluar, kalian istirahat lah." Sudah seperti harga mati, semua orang menurut untuk keluar dari kamar rawat itu. "Papa keluar dulu, Na. Cepat sembuh, Sayang. I love you." Pak Barack mencium keningnya Anna sayang. "Love you too, Pa." Anna menerima ciuman ayahnya dengan senang hati dan melepas semua orang pergi. Dan benar, hanya tinggal mereka berdua di kamar yang sangat luas ini. Penuh kecanggungan yang terasa menyiksa di antara keduanya karena kejadian yang sempat mereka alami tadi. "Maafkan aku, Anna." Roger kembali melihat ke arah Anna. Yang sayangnya, perempuan itu sudah memejamkan matanya dalam-dalam. Roger tidak tahu apakah Anna betulan tidur atau hanya memejamkan matanya dan enggan menjawab. Tapi yang pasti, Roger tidak akan menganggu Anna. Masih untung dia hidup sampai sekarang, tidak dicincang oleh kedua kakak dan ayahnya Anna. Namun tetap saja Roger malah dibuat kepikiran periha kandidat calon suami Anna. Siapa itu? Apakah Roger termasuk di dalamnya? Tidak ada yang tahu. Karena selama ini, Anna selalu menuruti semua permintaan papanya. Tidak terkecuali. Bahkan kalau diminta untuk tidak bersama Roger pun, Anna akan menurutinya. Perempuan itu memang putri yang begitu penurut dan menjadi kesayangan di keluarganya, kesayangan semua orang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD