Perjalanan menuju Singapura memakan waktu sangat lama sekali menurut Anna. Dia sudah menghitung sejak menapakkan kaki begitu dituntun oleh Roger untuk kedua kalinya menuju lantai bawah.
Seperti pengawalan orang kaya pada umumnya, keluarga besar Barack Abraham dikawal sampai bandara Internasional Soekarno-Hatta dan terbang menggunakan pesawat khusus yang menerbangkan keluarga mereka.
Tentu saja Barack bisa karena ada orang dalam. Barack juga bagian orang penting, jadi mudah baginya untuk meminta bantuan relasi yang dia miliki. Selain itu, dia juga orang berada. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana semuanya bisa berjalan seperti ini. Kalau kata orang kaya, ada uang, apapun bisa dijalankan.
Anna tidak bersuara sejak keluar dari kamar. Dia hanya diam. Menangis pun tidak. Diajak bicara beberapa orang tidak merespon sedari tadi.
Dari semua keluarga besar Barack yang berada di kediaman, Kania dan Shilla tidak ikut ke Singapura karena Shilla diminta untuk menunggui Kania sementara Jordan pergi ke Singapura hanya sehari. Setelah mengebumikan omanya, dia akan kembali lagi meski yang lain memutuskan tetap tinggal sementara waktu. Karena selain tanggung jawab dengan keluarganya, Jordan juga punya tanggung jawab paling besar pada istrinya, apalagi istrinya tengah mengandung besar. Dan perkiraan sekitar akhir bulan ini Kania akan melahirkan.
Sebagai kakak, baik Jordan maupun Khris tahu kalau Anna terpukul. Bukan Anna saja tentu saja. Semua orang juga menyayangi Oma. Hanya saja, selesai kamar Anna dibersihkan, tiba-tiba ada telfon dari keluarga yang berada di Singapura.
Jordan pikir hanya masalah biasa karena dia juga tahu kalau di Singapura belum terlalu malam di waktu dirinya ditelfon. Begitu diangkat, justru berita duka yang dia dengar. Paman yang berada di sana menggantikan kalau omanya berpulang karena serangan jantung.
Semuanya terjadi begitu mendadak, padahal sebelum ini Oma baik-baik saja. Memang benar kalau Oma ada masalah dengan jantungnya. Namun tidak ada yang menyangka kalau Oma perginya cepat sekali.
Padahal selain ingin melihat Anna menikah, Oma juga ingin menggendong cicitnya. Namun sekarang hanya tinggallah kenangan. Apa yang Oma inginkan, tidak akan pernah bisa Beliau lihat secara langsung karena Beliau sudah mendahului semua orang untuk menghadap Tuhan dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia selama ini.
"Mau minum, Na?" Irish yang memang duduk di sebelah Anna bertanya pelan saat pesawat sudah lepas landas. Sayangnya, jangankan di balas, Anna malah seperti pura-pura tertidur. Dia terus saja memejamkan matanya sedari tadi.
"Ma?"
Irish menoleh begitu dipanggil oleh Barack yang kebetulan satu garis lurus dengannya posisi duduknya.
Lelaki paruh baya itu hanya menggeleng pelan sebagai pertanda kalau Irish tidak boleh memaksa ataupun berbicara dulu dengan Anna. Barack takut Anna kenapa-kenapa karena terus diminta ini itu.
Barack kenal putrinya. Dia tahu Anna tidak ingin diganggu sama sekali, karena itu dia meminta semua orang diam saja, biar Anna istirahat sebentar untuk sementara waktu.
Roger yang di belakang dan duduk bersama Khris juga harus ikut serta. Karena dirinya, bukanlah orang lain di keluarga Abraham. Dirinya dibutuhkan. Sangat dibutuhkan.
"Apa Oma ada titip kepadamu sesuatu, Ger? Kau yang paling dekat dengan Oma setelah Anna."
"Terakhir bertemu Oma tiga hari yang lalu. Oma masih terlihat sehat dan cantik seperti biasa." Jawab Roger jujur. "Oma tidak mengatakan apa-apa, hanya selalu berpesan kalau aku harus menjaga Anna apapun yang terjadi.
"Sayangnya Oma berpulang lebih dulu, dia tidak akan bisa melihat kedua cucu kesayangannya menikah."
Roger juga hanya bisa melakukan apa yang bisa dia lakukan sekarang. Berencana memang boleh meskipun akhirnya nanti akan ad kegagalan yang menyertai. Tidak apa-apa, namanya juga hidup. Kalah menang sudah biasa.
Kalau alasan yang membuat Roger bertahan ya Anna. Anna menjadi alasannya untuk datang juga pergi. Anna yang menggenggam semua alasan itu.
"Oma bersama kedua orang tuaku akan menyaksikan pernikahanku dengan Anna di langit, Khris.Jangan khawatir."
Khris akhirnya tersenyum setelah secara tadi diam saja. Lelaki itu menepuk punggung Roger agak keras. "Ya, mereka akan melihat dari atas sana. Aku tidak khawatir lagi kalau mereka ingin melihatku."
Seperti yang sudah-sudah, selalu saja tepukan di bahu yang Roger dapatkan. Semua orang sepertinya senang melihat Roger menanggung beban.
"Sebentar lagi kita sampai." Khris mengingatkan. Roger mengangguk seadanya sampai akhirnya terdengar juga pengumuman kalau pesawat akan segera landing.
Semua orang bersiap-siap untuk turun. Mereka sibuk dengan diri sendiri begitupun dengan Anna. Jangan tanya siapa yang mendampingiku karena seperti tadi, Anna juga tidak mau ditemani.
Mereka makhlum saja kalau Anna marah. Kalau mereka jujur, Anna bisa pergi lebih awal, setidaknya mereka bisa menemani Oma lebih lama meskipun hasilnya sama saja kalau Oma tetap tidak akan bangun lagi.
Mereka masih harus naik mobil lagi untuk sampai ke kediaman Oma. Dan begitu sampai di sana betulan, Anna tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Rumah gedong omanya ramai sekali dengan banyak orang melayat untuk melepas kepergiannya. Anna tidak sedang bermimpi, dia memang sudah kehilangan lagi.
Begitu kakinya siap melangkah pergi sejauh apapun itu tempatnya, Anna tidak berdaya ketika kedua kakaknya bahkan sampai Roger sekalipun memegangi dirinya agar tidak sampai melangkah satu inci pun.
"Aku mau ke sana." Bisik perempuan itu lirih. Aku mau melihat Oma, Sebentar saja." Pintanya memohon.
Tidak ada yang mendengarkan Anna. Semua orang tetap menahan perempuan itu karena memang sudah saatnya sang Oma di bawa pergi. Kalaupun Anna melihat wajah sang oma untuk yang terakhir kali, dia bisa saja menangis histeris.
"Paman tadi memfoto. Kita bisa melihatnya atau memintanya mengirimkan foto oma. Tenang," Khris bersuara, sudah sibuk menahan tubuh kecil Anna juga. Bisa-bisa terluka adiknya kalau memaksa menerobos lautan manusia di depan sana. Karena itu meksi berontak, Khris tetap tidak akan memberikan Anna izin. Semuanya demi keselamatan Anna. Semuanya tidak ada yang main-main.
"Lalu apa gunanya aku ke sini kalau tidak diperbolehkan melihat, oma. Lebih baik kurang saja aku di rumah. Kurang saja." bentaknya yang terdengar pelan.
Mungkin mereka yang berada di rumah mendengar atau semua orang saling berkabar sehingga sudah tahu kalau Irish dan keluarganya datang. Mereka pun tanpa pikir panjang langsung menghampiri mereka yang masih menggerombol, menahan Anna.
"Anna? Darling?"
"Mimi..." Anna mengulurkan tangannya pada wanita paruh baya yang mirip-mirip dengan mamanya. Dia Bibi Myra yang biasa dipanggil Mimi oleh Anna sejak kecil. Bibi Myra merupakan adik ibunya. Hampir setahun Anna tidak bertemu dengan Bibi Myra.
"Mimi..."
Anna menangis yang langsung dihadiahi pelukan. Myra dan yang lain pasti tahu kalau Anna dan omanya ini dekatnya bukan main. Bukan hal baru lagi kalau Anna sampai menangis seperti ini karena kepergian omanya.
"Aku ingin melihat oma, Mi... Aku mau peluk, Oma. Kenapa tidak boleh?" tangisnya. "Hanya sebentar. Aku hanya ingin melihatnya sebentar. Tolong?".
Tatapan memohon yang Anna berikan tidak mengubah apapun. Anna tetap tidak bisa mengantarkan omanya secara langsung karena belum apa-apa, dia dilarang keras. Apalagi keberangkatan dari Indonesia yang sudah sangat terlambat, Anna berakhir terlambat juga.
Seandainya saja kalau orang rumah mau jujur, Anna pasti masih punya sedikit kesempatan untuk melihat omanya yang jelita. Anna ingin melihatnya. Dia tidak pernah tahu kapan lagi matanya bisa mendapati omanya yang awet muda.
"Kita istirahat ya, sayang. Oma harus pergi sekarang. Iklhas, ya."
Mata Anna memandang depan. Orang-orang semakin menjauh bersama dengan dimasukkannya peti yang Anna yakini milik omanya ke dalam mobil. Setelahnya, mobil ditutup rapat-rapat dan tinggal menunggu semuanya habis di depan matanya sendiri.
Sementara di belakang, Barack sibuk menenangkan Irish. Dia sedih sekali karena tidak bisa menemani sang ibu di saat-saat terakhir. Saat menyusul pun, dia terlambat karena memang sudah direncanakan sejak awal seperti ini agar Anna tidak melihat omanya, agar Anna tidak terlalu sakit nantinya. Karena itu Anna tidak diperbolehkan untuk melihat omanya secara langsung. Meskipun begitu, semua orang tidak terlalu jahat. Mereka tetap menyisihkan sesuai untuk Anna agar menjDi bekalnya sendiri.
"Roger?"
Ditatap oleh Bibi Myra, Roger menganggu paham dan berjalan mendekat, ingin mengambil alih Anna dari dekapannya dan menuntun perempuan itu menuju ke dalam rumah sang oma.
Sayangnya, baru saja memegang bahu Anna, mencoba menyadarkannya, Anna lebih dulu limbung ke depan yang syukurnya berhasil ditangkap oleh Roger. Semua orang tidak tahu apa yang akan terjadi pada Anna kalau seandainya tadi jatuh terjerembab ke depan. Lukanya yang sebentar lagi sembuh, bisa tambah sakit lagi yang berujung tidak sembuh-sembuh.
"Anna? Anna?" Roger memanggil pelan yang tak kunjung direspon, Khris juga membantu menepuk pipi Anna, tapi adiknya ini benar-benar kehilangan kesadaran. Mereka bahkan baru bisa melihat sudut mata Anna yang dialiri oleh air mata. Mereka tahu, Anna terpukul dengan semua yang terjadi. Semua orang juga terpukul akan kepergian Oma. Namun hanya ini yang bisa mereka lakukan agar Anna yus terlalu memikirkan tentang kepergian omanya.
***
Orang meninggal meninggalkan nama.
Dari pernyataan di atas memang benar adanya. Apabila orang yang pergi merupakan orang yang sangat baik, pasti banyak yang mengenang kebaikannya, namanya, bahkan sampai menjurus ke hal yang lebih jauh dalam artian kebaikannya yang mengarah ke kemanusiaan, bukan romansa.
Opa dan omanya Anna orang asli Indonesia. Pada awalnya, mereka ikut dengan keluarga Abraham di Jakarta, Indonesia. Sayangnya, sejak ada kerusuhan yang mengancam Anna, mereka memutuskan untuk pergi ke Singapura, ikut dengan adik perempuan Irish yang tinggal di sana.
Mereka pergi bukannya karena merasa tidak diurus dengan baik, bukan. Mereka pergi justru karena ingin membantu menguak siapa tokoh di balik p*********n Anna yang tidak pandang bulu ini. Karena itu, daripada konsentrasi orang rumah terpecah-pecah, mereka sendiri yang memutuskan untuk ikut dengan Myra di Singapura. Selain itu, meskipun sudah tua, mereka tetap energik dan selalu menyempatkan diri untuk bertukar pikiran mengenai masalah yang mengancam Anna selama ini. Jangan lupakan, Anna satu-satunya cucu perempuan mereka juga. Pernikahan Myra dengan suaminya juga melahirkan tiga orang putra. Jadi Anna benar-benar princess sendiri di keluarga mereka. Tidak tertandingi oleh arjuna-arjuna yang lain.
Kalau dari keluarga Barack sendiri, Barack anak kedua. Kakaknya juga hanya memiliki satu putra. Istrinya meninggal waktu kecelakaan berkendara bersama kakak Roger sendiri. Karena istrinya meninggal di tempat, kakak Roger seperti orang linglung setelah kecelakaan itu, dia merasa bersalah. Karena itu Barack yang mengambil alih perusahaan. Kakaknya juga tidak keberatan. Justru malah Ariel, anak dari kakaknya yang menjadi Direktur, sementara Jordan dan Khris masih di bawah abangnya. Dasarnya Barack tidak gila harta. Dia juga menyayangi kakaknya. Karena baginya, keluarga lebih penting daripada apapun.
Di kediaman omanya yang memang bersebelahan dengan Myra, Anna diistirahatkan dalam kamarnya yang memang khusus Anna gunakan saat datang ke Singapura.
Meksipun Anna sering main ke Singapura untuk mengunjungi oma dan opanya, Anna tidak pernah bertemu Roger sama sekali. Dia juga tidak tahu kalau ternyata selama ini Roger tinggalnya di Singapura bersama sang paman. Ya meskipun kalau tahu pun Anna tidak bisa melakukan apa-apa, setidaknya dia tahu kalau Roger di sana dan baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup.
Padahal kalau mau dianalisis lebih jauh, Anna juga menjalin hubungan jarak jauh dengan opa dan omanya. Jadi kebenarannya, Anna sudah dilatih hubungan jarak jauh sedari dulu. Hanya kedua kakaknya yang tidak pernah pergi jauh darinya. Dari dulu sampai sekarang. Sudah jelas, mereka yang tidak mau jauh-jauh dari Anna.
Saat diminta untuk melanjutkan S2 ke luar negeri pun, mereka dengan senang hati menolak dengan alasan tidak mau jauh-jauh dari Anna. Sudah jelas kan betapa sayangnya mereka pada Anna. Makanya mereka tidak tega memberikan kabar duka pada Anna.
Mereka mungkin bisa menahan rasa sakitnya sendiri. Tapi mereka tidak bisa kalau harus melihat Anna yang terluka. Merekalah tidak akan pernah bisa. Dan merahasiakannya kematian Oma selama beberapa jam juga bukan untuk main-main, tapi memang sebagai upaya untuk menjaga Anna. Princess mereka akan sedih berkali-kali lipat. Malamnya di teror, malam itu juga omanya yang berada di luar negeri juga tiada. Sudah pasti Anna akan down sekali.
Kalau kebanyakan orang terkadang bisa merasakan jika akan kehilangan, maka Anna salah satunya. Kemarin, sedari pagi, Anna sudah mengatakan kalau dia ingin menghubungi Oma, tapi sayangnya Oma tidak mengangkat saat ditelfon. Myra juga berasalan kalau Oma sedang diajak latihan berjalan oleh putranya. Anna percaya saja, dia tidak merasa aneh sama sekali.
Sampai waktu malam sekitar pukul tujuh malam, ketika Anna mengeluhkan Omanya yang tidak bisa dihubungi, Irish mengatakan kalau Oma sudah tertidur karena lelah latihan berjalan.
Sewaktu itu, Anna juga memaklumi, dia akan menghubungi besok saja. Tapi takdir Tuhan tidak ada yang tahu. Bertepatan dengan Anna yang diteror, setelahnya Oma berpulang di rumah sakit.
Beliau sudah sakit tapi pihak keluarga sengaja menyembunyikan sakitnya. Hanya pada Anna yang menjadi kesayangan semua orang.
Dan soal teror itu, Barack juga sudah tahu. Khris dan Jordan tidak mungkin menyimpan rahasia sebesar itu pada papanya sendiri. Kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Anna lagi, mereka semua tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.