4. Liar

1100 Words
Destra yang tadi sudah mantap menjadi sedikit ragu, menatap Bella dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. “Mas, apa yang masih kamu pikirkan? Ayo, kembali. Aku mau memaafkan kamu asal kamu mempertahankan rumah tangga kita dan ninggalin dia,” ulang Bella meyakinkan. Destra menatap Vivi dan Bella bergantian, bingung mungkin. Sementara Vivi sendiri hanya diam, menyerahkan semua keputusan ini pada bosnya. Meski jujur, Vivi merasa sedikit takut Destra membatalkan pernikahan ini. Dasar bodoh, padahal dia sendiri yang berkoar-koar tidak meminta tanggung jawab kemarin. Tapi sekarang apa? Takut dicampakkan kemudian ditinggalkan? “Baiklah, saya akan pertahankan rumah tangga kita,” ungkap Destra sontak membuat bibir Bella merah mereka. Namun, penuturan Destra selanjutnya membuat Bella maupun Vivi terkejut. “Tapi saya juga akan tetap bertanggung jawab pada Vivi.” “Mas ….” “Saya hanya bertanggung jawab dengan apa yang telah saya lakukan,” sambung Destra. Seolah menjelaskan jika dia memang tidak ada hubungan apapun dengan sekertarisnya selain dari kata tanggung jawab atas kesalahannya malam itu. Tahu tidak bisa membantah apapun tentang keputusan suaminya, Bella diam membeku, membiarkan pernikahan sialan itu terjadi di depan matanya. Selesai mengucapkan akad nikah, Destra langsung berdiri diikuti oleh Bella dan semua bodyguardnya. “Tuan….” Vivi yang sejak tadi terdiam memikirkan nasib hidupnya setelah ini baru membuka suara saat Destra tiba-tiba berdiri. “Ha, ha, Tuan. Anda memang berkuasa dan harus bertanggung jawab, tapi apa seberkuasa itukah sampai kau hendak meninggalkanku begitu saja setelah akad?” batin Vivi menertawakan dirinya sendiri. Tak hanya Vivi, Viola yang merupakan sahabat Vivi pun ikut kesal dengan tingkah bos mereka. Tapi sekali lagi, memangnya siapa mereka yang berani melawan seorang Destra Arga Mandawangsa. Ya, cucu pertama dari keluarga Mandawangsa itu sangatlah terkenal kaya, pintar dan berani. Tapi juga dingin dan Arogan. “Lee akan mengantarmu ke rumahku, kamu akan tinggal di sana setelah ini,” ungkap Destra sontak membuat Bella protes, “Mas!” Tapi langsung diam saat melihat tatapan tajam Destra. Lee sendiri langsung sigap, mempersilahkan wanita yang baru saja menikah dengan tuannya itu dengan sopan. “Vi ….” Belum sempat Vivi melangkah, Viola memanggilnya. Sontak membuat Vivi memeluk sahabatnya itu dan sedikit menangis di sana. Jujur, bukan nasib seperti ini yang dia inginkan. Destra memanglah pria kaya dan mapan, tapi Vivi tidak sejahat itu untuk merebut suami orang. Dan, ya. Vivi juga tidak sekuat itu untuk menjadi istri ke dua. “Vi, lo yang sabar, ya. Gue yakin pasti ada jalan keluar dari semua masalah ini,” ujar Viola seraya mengusap punggung sahabatnya menanangkan. Sementara Destra dan Bella sudah pergi, entah ke mana. Tapi yang pasti Vivi sudah berpisah dengan Viola dan berada di dalam mobil saat ini. Membiarkan tubuhnya di bawa oleh seseorang yang bernama Lee tadi. * Malam harinya. Sudah pukul delapan malam. Itu artinya sudah sepuluh jam Vivi di rumah mewah milik Destra. Vivi sudah mandi, makan, membersihkan isi kamar dan menyimpan barang-barangnya ke kamar ini. Namun, pemilik rumah ini maupun istrinya itu belum juga kembali. Vivi menjatuhkan wajahnya di meja rias, kamar ini begitu luas dan cantik. Tak elak membuat seseorang betah berada di dalamnya. Tapi tetap saja, Vivi tidak membutuhkan semua ini. Dia menginginkan kebebasan untuk hidupnya. Sudah ia katakan hidup menjomblo lebih baik daripada merebut suami orang. Apalgi menjadi yang kedua, kan? Vivi yang merasa bosan berjalan ke arah balkon. Merasa haus, Vivi pun meneguk minuman yang ada di sana. Namun, Vivi merasa tidak terbiasa dengan rumah mewah ini, ditambah dengan para bodyguard yang terus mengamatinya dari bawah, Vivi memilih kembali masuk dan mengambil salah satu buku yang tertata rapi di raknya. Pindah tempat ke atas kasurnya, kemudian berbaring seraya membaca buku guna menghilangkan bosannya. Sementara di tempat lain, Bella yang mengira bisa memiliki Destra seutuhnya dan menjauhkan dia dari istri barunya ternyata tidak, Destra masih sadar meski sudah di beri banyak minuman. “Lepas!” sentak Destra hendak pergi. “Mas, mau ke mana? Ayo, kita main, aku rindu!” pinta Bella dengan suara manja. Destra yang memenuhi permintaan Bella sebagai tanda permintaan maaf, siapa sangka hanya di permainkannya. Bella yang katanya ingin menjemput ayah ibunya di bandara ternyata hanya akal-akalanya saja, wanita itu malah membawanya ke sebuah klub dan bercerita ke sana ke mari. Destra yang sebenarnya sudah tidak berselera lagi dengan Bella ingin pergi. Mengingat ada Vivi juga sekarang di rumahnya. Tapi semakin Destra ingin pergi, semakin besar juga wanita itu menahannya. Hingga malam barulah Detsra habis kesabaran. “Lepas, Bella! Saya harus menemui Vivi malam ini,” ujar Destra sontak membuat Bella marah. “Apa-apaan kamu ini, Mas? Kamu bilang cuman mau tanggung jawab sama dia, tapi kenapa kamu seolah menghawatirkannya?!” Tak menanggapi apapun, Destra pergi dengan kepala yang sedikit berputar. “Mas, Mas, tunggu!” Tak ditanggapi, Bella murka, “Argh sial!” Destra yang sudah tiba di rumahnya segera masuk ke dalam, membuka kamar Vivi dan menemuinya. Destra memang hanya berniat bertanggung jawab, tapi dia juga tidak sejahat untuk mengurung dan membiarkan gadis itu sendiri. “Vi ….” Di dalam kamar yang gelap, Destra sedikit meraba mencari keberadaan gadis itu. Namun, tidak ada. Destra terdiam sebentar, tidak mungkin dia berani kabur, kan? Secara, ada dua bodyguard yang menunggu di depan pintu utama. Dan betapa terkejutnya Destra saat Vivi tiba-tiba memeluknya, dari arah belakang. “Tuan, kenapa anda lama sekali?” katanya diiringi sedikit tawa. Destra sedikit tak suka dengan perlakuan Vivi yang lancang, menyingkirkan tangan wanita itu dan mencengkramnya. “Berani kamu sama saya?!” gertak Destra. Namun, bukannya takut, Vivi malah semakin tertawa dan memeluk tubuh Destra erat. “Sayang, apa yang kau lakukan? Tentu saja aku tidak takut padamu, ayo kita ulangi malam panas kita kemarin, aku merindukan milikmu yang besar itu,” ujar Vivi sontak membuat milik Destra meregang. Dan tanpa aba-aba, gadis itu benar-benar menyentuh milik Destra, membuka celana pria itu dengan paksa dan menjilatinya. “Argh gila!” Destra seperti seorang pria yang sedang di perkosa oleh seorang wanita. Ya, pria itu sampai menahan tembok saking kuat dan kencangnya gerakan Vivi. Tadi di detik kemudian, Destra begitu menikmati gerakan Vivi. "Ternyata kau begitu liar, gadis kecil!" ungkap Destra seraya mengusap-ngusap pucuk kepala gadis itu seperti kucing peliharaannya. Dan setelah puas, barulah Vivi menyerah. Melepaskan benda itu, berjalan ke kasur kemudian tidur di sana. Destra tak terima. “Kau mencoba mempermainkanku dengan hanya memancingku, gadis kecil?” Bibir Destra tersenyum tipis, “Tidak akan kubiarkan!” Ikut tidur di atas tubuh Vivi kemudian menikmati tubuh gadis itu dengan sangat puas. Namun beberapa menit kemudian, seorang wanita yang membuat Destra oleng tadi datang, melotot dengan darah yang sudah mendidih. Tangannya mengepal kuat. "Apa yang kalian lakukan?!" teriaknya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD