3

825 Words
Melati pulang ke rumah dini hari. Melati pulang dalam keadaan mabuk berat sampai diantarkan oleh tangan kanan Rosi sampai di rumah. "Kenapa dia?" tanya Daniel yang bergegas keluar saat mendengar suara mobil Melati sudah berada di halaman rumah. "Biasa," jawab Joe, kepercayaan Rosi. Joe membawa Melati ke kamarnya. Joe sudah beberapa kali datang ke rumah Melati dan sempat kaget saat ada lelaki yang ada di rumah Melati. Daniel pun bingung dengan apa yang ia lihat saat ini. Baru kali ini, Melati pulang dengan seorang lelaki dan dalam keadaan mabuk. Melati sudah direbahkan dikasur. Joe hanya melepaskan alas kakinya saja dan Melati meracau tak jelas. Daniel menatap Melati dari pintu kamar dan terkejut saat Joe mengajaknya bicara. "Buka jaketnya nanti biar bisa napas," jelas Joe keluar dari kamar Melati. Joe melenggang berjalan menuju ruang depan untuk kembali ke mobil Melati. "Tunggu! Kamu siapa?" tanya Daniel debagn suara lantang. Joe menoleh ke arah Daniel dan tersenyum. "Aku Joe. Teman Melati. Lebih tepatnya rekan kerja Melati. Kamu sendiri siapa?" tanya Joe yang sejak tadi memang sangat penasaran dengan Daniel. "Aku? Aku hanya seorang pria yang menumpang hidup dirumah ini," ucap Daniel berpura -pura. Joe tersenyum tipis dan mengerutkan keningnya. "Kupikir kamu sugar daddynya, Melati. Sampai dia minta mengundurkan diri jadi kupu -kupu malam," jelas Joe pada Daniel. "Kupu- kupu malam?" tanya Daniel semakin tak paham. "Satu bulan ini, Melati tak mau menerima tamu langganannya. Dia bilang mau tobat," jelas Joe menatap tajam Daniel. Daniel menggelengkan kepalanya dengan cepat. Daniel duduk di salah satu kursi tamu sambil memegang kepalanya sambil dipijat pelan. "Ja -jadi, Melati itu kupu -kupu malam?" tanya Daniel masih tak percaya. Melati yang seharian berada di rumah dan melakukan tugasnya sebagai layaknya wanita biasa. Melati yang selalu pergi dari sore hingga dini hari dan ternyata adalah seorang kupu -kupu malam. Daniel sama sekali tak menduga hal itu. "Memangnya kamu tidak tahu? Apa pekerjaan Melati selama ini?" tanya Joe sinis. Daniel menggelengkan kepalanya lagi. Oh, Rasanya masih sulit untuk dipercaya kenyataan ini. Daniel sama sekali tak menduga sejauh itu. Pantas saja, tubuhnya selalu penuh noda dan Melati selalu berusaha menutupinya dari Daniel. Bahkan akhir -akhir ini Melati sudaj tak terlihat lagi memegang rokok seperti biasanya. "Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Daniel mulai membuka pembicaraan pada Joe. "Apa?" tanya Joe dengan tatapan tajam. "Ceritakan siapa dan seperti apa, Melati itu selama ini," tanya Daniel semakin penasaran. Joe menjelaskan apa yang ia ketahui tentang Melati. Melati yang bergabung di klub malam milik Rosi sejak tiga tahun lalu. *** Sinta masih mencari tahu tentang kecelakaan itu. Sinta juga membayar orang untuk mencari tahu keberadaan suaminya. Hubungan Sinta dan Daniel selama ini baik -baik saja. Walaupun keluarga kecil mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Keduanya menikah karena perjodohan keluarga. Sinta yang berasal dari keturunan keluarga sultan harus bersedia menikah dengan Daniel yang berprofesi sebagai pengusaha muda yang sukses. "Belum ada perkembangan?" tanya Sinta pada dua lelaki yang ada di depannya. "Belum ada progres. Tapi ... Kami masih berusaha mencari di sekitar terjadinya kecelakaan itu. Pasti tidak jauh," jelas salah satunya sambil memegang amplop cokelat dan menghitung fee mereka. "Kerja yang benar! Semakin cepat kalian mendapatkan kabar baik atau buruk. Semakin cepat juga kalian mendapatkan bonusnya. Pastikan suamiku pulang dalam keadaan hidup. Kalau pun tinggal nama. Aku harus pastikan itu benar jasad suamiku," jelas Sinta begitu lantang. Dua orang lelaki iti begitu paham dan mengangguk lalu mereka pergi untuk menjalankan tugas dan misinya yang belum juga selesai sudah sejak lama. Sinta kini tinggal bersama kedua orang tuanya. Usaha mereka mulai menurun dan berada di titik puncak yang sangat beresiko. Biasanya Faniel yang mengurus semuanya dan saat ini, Daniel tidak ada. "Sinta ... Papa harus mencari donatur baru," ucap sang Papa saat Sinta ikut bergabung di kursi besi di taman belakang. Papa dan Mama Sinta menatap putrinya penuh harap. "Terus?" tanya Sinta lagi. "Suamimu sudah dinyatakan hilang dan mati. Ada baiknya kamu menikah dengan seorang pria kaya. Agar usaha Papa tidak bangkrut," jelas Papa pada putrinya. Sinta menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak. Sinta itu cinta mati sama Mas Daniel!" Jelas Sinta menekankan ucapannya. "Jangan bodoh kamu, Sinta. Bisa saja, suamimu itu pergi dan mencari wanita lain karena dia merasa mandul dan tak bisa memberimu keturunan!" ucao Papa Sinta dengan suara semakin meninggi "Sinta kok gak paham sama pikiran Papa. Papa dulu yang jodohin Sinta sama Mas Daniel. Padahal saat itu Sinta sudah punya pacar. Sekarang, Papa yang siruh Sinta menikah lagi. Jasad Mas Daniel aja belum ada, Pah! Kecuali Mas Daniel sudah ditemukan. Hidup atau mati. Baru Sinta yakin," jelas Sinta. "Kalau ternyata sudah mati?" tanya Papa Sinta sinis. "Sayangnya Sinta gak yakin, kalau Mas Daniel sudah meninggal," ucap Sinta tegas lalu berlalu dari hadapan sang Papa. Sinta sudah pergi dan Papa Sinta begitu amrah pada putrinya itu. "Sudahlah Pah. Tahu kan? Sinta itu keras. Dulu waktu akan dijodohkan dengan Daniel sampai kabur dari rumah. Biarakan saja dulu. Biar dia tenang," ucap Rianti lembut. Leo melirik Rianti dan mengangguk setuju dengan ucapan Rianti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD