Sinta sudah kembali pulang ke rumahnya. Ia terduduk lemas di sofa ruang tamu. Baru saja sampai dan rasanya sangat melelahkan sekali. Ia terdiam dan memijat pelipisnya dan bersandar nyaman pada sandaran sofa.
"Mayat itu bukan suamiku," jelas Sinta mendesah pelan. Padahal air matanya sudah kering menangisi suaminya yang dikabarkan telah tiada.
"Kamu kemana sih, Mas? Padahal kamu janji mau pergi sebentar," ucap Sinta kacau.
Mobil milik suaminya juga sudah tak berbentuk. Warnanya hitam karena gosong terbakar rata oleh api.
Ada yang aneh dan janggal dengan kejadian ini. Sinta tidak boleh menangis sampai mayat Daniel ditemukan. Tapi, Kalau tidak ditemukan juga, ada kemungkinan Daniel, suaminya masih hidup.
Sinta sendiri yang akan turun tangan dan menyelidiki semua ini. Ada apa sebenarnya dan bagaimana keadaan suaminya saat ini.
Beberapa bulan kemudian ...
Melati menyiapkan makan sore untuk dirinya dan Daniel di meja makan.
"Makan malam sudah siap," teriak Melati yang memasak daging panggang dengan saus korea yang sangat nikmat.
Dari wanginya saja sudah bisa ditebak kalau masakan Melati memang enak.
Daniel berjalan dari arah depan lalu ikut duduk di meja makan. Ia memandang kagum pada Melati dan masakan yang sudah tersaji di piring.
Dalam waktu beberapa bulan ini, Daniel sudah nampak lebih baik. Luka di tangan dan kakinya sudah mulai mengering menuju sembuh dan tidak ada efek samping dari kecelakaan itu kecuali sakit kepala yang teramat sangat. Danile dan Melati tak begitu akrab. Melati hanya sekedar mengurus Daniel saja tanpa ada komunikasi yang intens.
"Barbeque?" tanya Daniel begitu semangat.
"Bukan. agak mirip sih," jelas Melati yang kemudian memotong dagingnya dan dinikmati hingga habis.
Daniel juga begitu berselera dan cepat menghabiskan dagung itu hingga tak bersisa dipiring.
"Kamu kerja apa?" tanya Daniel mulai penasaran.
Setiap hari menjelang gelap, Melati sudah pergi dengan mobilnya. Melati akan kembali dini hari atau dipagi hari dengan wajah kuyu, berantakan dan pucat. Kadang di leher jenjang Melati sering terlihat noda merah tipis atau tebal memenuhi kulit mulusnya.
Daniel menatap lekat wajah Melati yang tak pernah terlihat sedih sedikit pun. Hidup Melati sangat datar dan teratur
Melati mengunyah daging panggangnya dan mengangkat wajahnya lalu menatap Daniel yang terlihat sangat penasaran.
"Apa pentingnya buat kamu tau, Daniel?" tanya Melati dengan tatapan tak suka.
"Memang aku tidak boleh tahu?" tanya Danuel cepat.
"Jangan mencampuri urusan pribadiku," jawab Melati menegaskan.
Melati memang wanita independen yang cenderung berani dan kuat. Bukan wanita menye -menye yang mudah luluh dengan rayuan gombal laki -laki. Kehidupan malam membentuk Melati menjadi karakter yang introvert. Ia tidak suka jika ada orang yang mengurusi hidupnya. Apalagi mengatakan jenis pekerjaannya adalah pekerjaan haram.
"Aku bukan ingin mencampuri urusan pribadimu. Tapi, aku hanya ingin tahu saja," jelas Daniel tak mau kalah.
Melati meletakkan garpu dan pisaunya lalu meneguk air putih dan bangkit berdiri.
"Habiskan jatah makan kamu," jelas Melati lalu pergi masuk ke dalam kamarnya.
Daniel menatap Melati dengan tatapan bingung. Hampir sebulan ini, Daniel tinggal di rumah Melati. Tapi, Daniel tak pernah melihat senyum tulus Melati.
Beberapa bulan ini, Daniel menghabiskan waktu untuk menyembuhkan luka akibat kecelakaan. Kakinya sempat sakit karena terjepit di antara jok dengan bagian setir mobilnya.
Kejadian malam itu samar tapi Daniel tetao berusaha mengingatnya. Selama ini, Daniel berpura-pura amnesia dan mencari jalan keluar atas proyek miliknya yang dicurangi.
Nyawanya masih selamat karena pertolongan Melati. Tanpa Melati, raga Daniel pasti sudah ikut terbakar bersama mobilnya yang tak lagi bisa dieksekusi.
Melati sudah keluar dari kamarnya dengan jaket kulit dan rok pendek. Ia memakai tas slempang dan memegang kunci mobil.
Daniel berdiri dan mendekati Melati.
"Boleh aku ikut?" tanya Daniel lembut.
"Untuk apa?" tanya Melati ketus sambil melanjutkan langkahnya ke depan rumah melewati Daniel.
"Melati ..." panggil Daniel cepat.
Melati menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Daniel sambil mengangkat alisnya.
"Apa?" tanya Melati.
"Aku berhasil mengingat sesuatu, " ucap Daniel berbohong.
Melati menatap Daniel dengan tajam.
"Apa yang kamu ingat?" tanya Melati berhati-hati. Ia takut, Daniel ingat dan tahu kalau Melati berbohong selama ini.
"Aku ingat kalau kamu yang menolongku," ucap Daniel membuat Melati lega.
Tatapan tajam Melati menjadi teduh dan penuh kelegaan.
"Lain waktu akan kuajak kamu. Tapi tidak malam ini," ucap Melati dengan cepat.
Melati langsung menuruni anak tangga di depan teras menuju mobil VW miliknya. Melati harus bergegas menuju tempat kerjanya dan tidak boleh terlambat.
Beberapa bulan ini sudah ia tinggal bersama pria asing yang sama sekali tak dikenalnya. Melati bingung harus bicara jujur mulai dari mana. Selama ini, Daniel mengaku tak mengingat apapun.
Rasanya ingin lapor polisi dan bilang kalau ia menemukan Daniel saat kecelakan mobil terjadi. Tapi, ia pasti akan menjadi saksi dan malah bisa jadi tertuduh.
"Argh!" teriak Melati frustasi sendiri. Melati memukul setiran mobilnya dengan keras.
Sejak seminggu kemarin, Melati merasa ada yang membuntutinya. Om Irwan, tamu langganannya juga mendadak ingin tahu di mana rumah Melati. Alasannya agar Om Irwan bisa langsung menyewa Melati untuk menemani hari-hari sepinya tanpa melalui Rosi, Bos Melati. Melati mual tak tenang menyembunyikan Daniel di rumahnya.
Melati sering membaca koran dan mencari tahu soal perkembangan kasus Daniel selama beberapa bulan ini.
Banyak media mengatakan, Daniel adalah seorang pengusaha besar yang hilang. Ada juga beberapa media meng-klaim Daniel telah mati karena terbakar.