5

802 Words
Malam itu, Daniel benar -benar frustasi. Satu tahun berlalu memebuat semuanya berubah termasuk istrinya yang kini sudah menjadi milik orang lain. Padahala mereka belum bercerai secara resmi. Tri, Satpam rumah itu menjelaskan duduk perkaranya dan ada sangkut pautnya dengan Leo, Tuan besar di rumah ini serta Rianti. Daniel melihat foto pernukahan Sinta dnegan Baskoro suaminya dan itu benar -benar membuatnya marah dan emosi. Dengan gagah berani, Daniel mendatangi rumah kedua orang tua Sinta di salah satu perumahan elit. Daniel mencari tahu soal kebenaran dan nasibnya yang terlantar di atas bukit untuk pemulihannya. "Untuk apa kamu datang ke sini? Masih punya nyali untuk datang? Setelah semua urusan perusahaan tidak ada yang becus ditangan kamu?" jelas Leo pada Daniel. "Papa tidak kaget lihat Daniel kembali?" tanya Daniel bingung. "Enggak. Untuk apa? Malahan Papa senang kalau kamu tidak kembali dan lebih baik kamu tidak usah kembali untuk selamanya. Lagi pula, Sinta udah bahagia dengan suami barunya yang tentu lebih kaya, profesional dan bisa kasih keturunan buat Papa. Tidak kaya kamu yang mendadak muskin karena semua kekayaan Ayah kamu dihibahkan untuk panti asuhan dan panti jompo. Alhasil kamu tidak memiliki apapun dan hjdup menumpang dari Sinta. Satu lagi, Kamu lelaki mandul! Jadi gak usah cari Sinta lagi. Sebentar lagi, Papa akan mendapat cucu," jelas Leo penuh semangat menjelaskan semuanya. Daniel hanya terdiam. Ternyata sifat Papa mertuanya tidak pernah berubah sama sekali. Serakah, sombong, tidak mau dikalahkan dan sangat emrendahkan orang lain. "Kenapa diam? Mending kamu pergi dengan wanita malam kamu. Dasar lelaki tidak tahu di untung!" umpat Leo dengan emosi penuh. "Wanita malam?" tanya Daniel bingung. "Kamu ingin berpura -pura? Atau memang ingin menyembunyikan momongan kamu yang baru. Kamu pikir, Papa selama ini diam. Papa tahu akmu selamat dan kamu berada di rumah seorang wanita malam. Tidak mungkin kamu tidak melakukan hal -hal haram bersamanya. Serahun kamu berada di sana. Jangan sampai kamu pulang membawa aib dan malapetaka ke dalam rumah ini dan keluargaku!" teriak Leo dengan suara keras. Leo langsung menutup pintu rumahnya dengan kasar. Secara tidak langsung Leo mengusir Daniel. Entah bagaimana kebenarannya. Daniel pergi rumah itu dan kembali ke kampung terpencil dimana Melati berada. Malam itu hujan deras dan badai mulai menerjang kawasan perbukitan di daerah tempat tinggal Melati dan kawasan pariwisata yang ada disana. Daniel pulang ke rumah kecil dan sederhana itu dengan susah payah. Kaca mobil begitu redup karena embun air hujan dan menghalangi penghilatan jarak pandang jalan. Akhirnya, Daniel sampai di rumah. Ia begitu kaget saat melihat rumah Melati yang terlihat berantakan di depan. Taman bunga yang Melati buat sebagai temlat usaha pun hancur. Rumah itu gelap. Daniel lagsung masuk ke dalam rumah Melati dan mencari keberadan Melati. "Melati! Melati! Kamu dimana?" teriak Daniel panik dan cemas melihat keadaan rumah yang sudah porak poranda. Melati berada di bawah ranjang sejak semalam. Ia tak berani keluar rumah dan hanya bisa menangis. Ranjang itu juga sudah hancur dab mengenai punggungnya. Daniel menyalakan senter dan mencari Melati ke setiap sudut. "Melati! Jawab aku!" teriak Daniel mulai frustasi. Pikirannya terus melayang dengan ucapan Leo, Papa mertuanya yang begitu sinis dan tak suka lada dirinya dan Melati. Melati? Jangan-jangan? "Melati!" teruak Daniel masuk ke dalam kamar melihat kamar yang sudah seperti kapal pecah. "Dan ... " Suara lirih dan terdengar merintih membuat Daniel yakin itu suara Melati. Daniel memasang telinganya untuk mendengarkan rintihan itu beradal dari mana. "Dan ... Tolong aku ..." Rjntihan itu semakin meyayt hati Daniel. Kedua mata Danile tertuju pada ranjang yang ambruk dan jari Melati terjulur keluar dengan kulit penuh luka karena gesrekan dengan kayu kasar bahkan paku kecil yang menancap di ranjang itu. Daniel segera menaikkan ranjang dan membuang ke arah lain. Ia melihat Melati telungkup dnegan punggu penuh luka. "Melati! Kamu gak apa -apa?" tanya Daniel panik. Daniel mengambil beberapa paku kecil yang masih menancap di punggung Melati. "Awwww ..." teriak Melati menangis. Air matanya lurus dengan deras di pipi wjaahnya yang pucat. Antara bahagia dan haru bercampur menjadi satu. Melati pikir, Daniel tidak akan kembali ke rumah ini. Melati juga berpikir ia akan mati sia -sia di rumahnya sendiri karena ada orang yang sengaja ingin membunuh Melati. "Kamu harus pergi sekarang Dan. Banyak orang tak di kenal mencari keberadaan kamu," ucap Melati sekuat tenaga mengungkap semuanya. Padahal tubuhnya sudah lemas dan tak berdaya. Melati lebih mirip seperti orang sedang sekarat. "Gak. Aku gak akan biarkan kamu sendiri dan kenapa- kenapa. Kita harus pergi dari sini," ucap Daniel cepat. Ia mengambil tas pakaian Melati dan memasujkan beberpa barang Melati dan barang penting lainnya. Daniel memasukkan tas tersebut dab beberapa makanan yang tersisa di rumahnya. Lalu menggendong Melati ke arah mobil untuk pergi. Setelah ini ia juga akan menjual mobil ini dan menukar dengan mobil lain. "Dan ... Bawa perhiasan dan uangku di laci," titah Melati yang mulai lemas. Daniel pun bergegas mengambil barang berharga milik Melati. Waktunya tak banyak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD