6

812 Words
Daniel membawa Melati pergi secepatnya. Rumah itu dibiarkan terbengkalai tak terkunci. Semua harta benda yang berharga sudah di bawa. Sepanjang jalan, Melati hanya diam merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Rasanya luar biasa perih di area punggung dan betisnya. Kedua mata Melati terpejam sambil sesekali meringis. Daniel melirik ke arah Melati dan memegang tangan Melati yang penuh luka. "Kamu masih kuat? Kita ke rumah sakit sekarang ya?" titah Daniel pada Melati. "Jangan, Dan. Aku gak apa -apa kok," ucap Melati lirih. Melati menahan rasa sakit yang timbul dengan rasa tak karuan. "Beneran gak apa -apa?" tanya Daniel sangat cemas. Melati mengangguk pasrah dan menjawab dengan sangat lirih, "Beneran gak apa -apa." Melati pun tertidur pulas sambil menahan rasa sakit. Daniel tetap fokus menyetir dan mencari solusi terbaik. Ingatannya sudah benar -benar pulih. Ia sudah bisa mengingat semua masa lalunya dengan baik, termasuk kejadian kecelakaan itu. Sekilas wajah Melati yang tulus menolongnya saat itu terbayang kembali. Betapa beraninya Melati saat itu. Wanita cantik yang seksi tanpa berpikir panjang turun ke bawah untuk menolong Daniel tanpa pamrih. Bahkan Melati malah berubah total hingga membuat Daniel kagum. Daniel berhenti di suatu tempat. Ia berniat menjual mobilnya dan membeli mobil lain. "Deal. Tolong rahasiakan identitas kami," pinta Daniel pada bos penjual mobil itu. "Kami jamin. Identitas anda dalam aktivitas jual beli ini bisa di rahasiakan dengan baik," jelas pemilik usaha itu. Daniel pun langsung memindahkan semua barang -barang mereka lalu menggendong Melati masuk ke dalam mobil yang lebih tertutup dan aman. Melati juga di bawa ke sebuah klinik untuk mendapat pertolongan. Tubuhnya yang lemas membuat Melati tak bisa berbuat apa -apa lagi selain merintih hingga ia menangis. Beberapa hari kemudian ... Melati sudah sembuh dan masih dalam masa pemulihan. Melati sudah diperbolehkan pulang. "Dan ..." panggil Melati lembut. "Ya ... Kamu sudah bangun Mel?" tanya Daniel yang terlihat sangat berbeda. Baru tak melihat danile beberapa hari saja. Lelaki itu nampak berubah total. Gaya berpakaianya begitu rapi dan klimis. Daniel yang tadi sedang menelepon di dekat jendela pun langsung menutup ponselnya dan berjalan menghampiri Melati. Tangan Daniel mengulur dan mengusap pelan kepala Melati penuh kasih sayang. "Ini kamu kan, Dan?" tanya Melati masih ragu. "Iya. Ini aku, Daniel Wiki. Lelaki yang kamu tolong saat kecelakaan malam itu," jelas Daniel dengan suara yang begitu lantang dan mantap. Melati menatap lekat ke arah Daniel. Ada perasaan bersalah yang terselip di sanubarinya. "Maafkan aku, Dan," ucap Melati lirih sekali. "Mel ... Kamu kenapa? Kamu gak salah. Malahan aku yang seharusnya berterima kasih sama kamu. Kamu sudah mengubah hidupku Mel," ucap Daniel pada Melati. "Mengubah hidup kamu? Maksud kamu, apa, Dan? Gara -gara aku, kamu malah ditinggalkan oleh istrimu sampai ia menikah lagi," ucap Melati pada Daniel. Melati tahu semuanya. Melati memang mencari tahu semua hal tentang Daniel. Awalnya ia mau melaporkan soal Daniel. Tapi, lama -lama, Melati malah jatuh cinta pada Daniel. Sampai Melati rela untuk meninggalkan pekerjaan dunia malamnya hanya untuk merubah dirinya menjadi wanita yang lebih baik. Minimal ia bisa menjadi wanita yang mirip seperti Sinta, istri Daniel. Daniel duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Melati dengan erat. Satu minggu ini, Melati mendapatkan perawatan intensif. Daniel mulai bergerak untuk mengembalikan masa jayanya yang hilang direnggut oleh orang -orang serakah termasuk Ayah mertuanya. "Kamu mau menikah denganku, Mel?" tanya Daniel begitu serius menatap Melati. "Apa?" tanya Melati spontan karena tak percaya dengan permintaan Daniel barusan. "Menikah denganku ya, Mel? Aku menyukaimu," cap Daniel pada Melati. Entah itu suatu pernyataan jujur atau hanya harapan palsu agar Melati bangkit kembali setelah terpuruk di atas ranjang. "Me -ni -kah? Kamu gak salah bicara ini sama aku, Dan?" tanya Melati masih ragu. Daniel menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum manis sambil mengeluarkan kotak merah berbahan beludru. Daniel membuka kotak itu dan mengambil cincin dari dalam kotak itu lalu memasangkan cincin itu di jari manis Melati. Melati menatap jarinya yang sudah tersemat cincin bermata berlian. Kedua matanya menatap Daniel lekat. "Aku ingin menikahimu, Mel," ucap Daniel lembut. Wajahnay terlihat serius dan tidak main -main. "Aku gak mimpi kan, Dan?" tanya Melati masih saja ragu. "Enggak. Ini aku cubit pipi kamu," ucap Daniel sambil menyubit gemas pipi Melati yang terlihat tirus sekarang. "Iya sakit," jawab Melati sambil mengusap pipinya bekas cubitan gemas Daniel. "Kamu mau? Mneikah denganku?" tanya Daniel mengulang. "Kamu tahu? Aku bukan wanita baik. Aku bukan wanita suci," ucap Melati lirih. Rasanya malu sekali mengakui keburukan yang pernah ia jalani menjadi bagian dari masa lalunya. Daniel mengangguk pelan. "Aku tahu semuanya. Tapi, Bukankah setiap orang itu berhak mendapatkan kesempatan baik? Kesempatan untuk di pilih, kesempatan untuk bahagia dan menjalni kehidupan sesuai harapannya?" jelas Daniel yang tak peduli dengan masa lalu Melati. Daniel memang begitu kagum pada Melati. Wanita mandiri yang tak pernah mengeluh sedikit pun. Wanita memiliki niat besar untuk berubah dan meninggalkan semua keharaman yang selama ini dipujanya. Wanita yang terlihat buruk dan hina di dunia tetapi memliki hati yang baik dan bersih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD