Daniel menatap teduh kedua mata sayu Melati. Terlihat Melati menarik napas dalam dan perlahan dihembuskan secara teratur.
tangan Daniel kembali terulur lalu menggenggam tangan dingin milik Melati.
"Aku siap nunggu kok. Kamu tenang saja. Gak perlu kamu jawab sekarang. Kalau kamu masih bimbang dengan pertanyaan yang terkesan berharap ini. Kamu tahu, bersamamu aku juga bisa berubah menjadi diriku sendiri, Mel. Bagiku, Kamu adalah salah satu orang yang memiliki peran penting untuk perubahan yang sangat positif ini," jelas Daniel pada Melati. Tatapan Daniel penuh kekaguman pada Melati.
"Aku gak se -hebat itu, Dan. Kamu tahu, hidupku berantakan dan sangat hancur. Kamu mengenalku hanya dari luar saja bukan dari dalam sini," ucap Melati lirih menunjukkan letak hati sesungguhnya.
"Kamu hebat Mel. Sangat hebat. Aku memang mengenalmu dari luar saja. Kini, aku mencoba untuk mengenalimu secara utuh, dari luar dan dari dalam. Kalau belum menjadi satu mana boleh mengenal yang di dalam," ucap Daniel sambil menggoda Melati.
Melati ikut tertawa Bibirnya yang pucat tetap saja tak mengurangi kecantikan wajahnya yang memang sudah cantik dari lahir walaupun tidak menggunakan riasan make up.
"Kamu yakin gak nyesel?" tanya Melati pada Daniel.
Daniel mendekati Melati dan mengangkat satu alisnya. "Ngapain nyesel? Ini kan maunya aku. Ini keputusan aku," ucap Daniel pada Melati. Suaranya begitu lantang dna mantap.
"Jadi gimana? Mau gak?" tanya Daniel pada Melati kemblai mengulang dengan pertanyaan yang sama.
"Istrimu gimana?" tanya Melati sedikit ragu. Melati tahu betul, Daniel Wiki bukanlah lelaki yang masih sendiri. Ia sudah menikah dengan wanita kaya raya bernama Sinta.
Daniel mencium punggung tangan mulus Melati lalu tersenyum.
"Kamu tahu tentang dia?" tanya Danile pelan.
Melati pasrah mengangguk mengiyakan pertanyaan Daniel barusan.
"Aku tahu," jawab Melati singkat sekali.
"Aku sudah memastikan semuanya. Dia sudah pergi meninggalkan aku. Dia menikah lagi dengan pria kaya pilihan orang tuanya. Jadi, Aku juga boleh dong menikah dengan wanita manapun yang aku suka," ucap Daniel dengan senyum penuh gelora
Melati mengangguk lagi dengan sneyum indahnya. melati yang sejak awal sudah mengagumi sosok Daniel pun tak bisa menolak kesempatan yang sangat ia harapkan sejak lama.
Perjuangan Melati tidak mudah. Ia bukan wanita malam biasa yang sering menjajakan tubuhnya. Sejak bertemu Daniel dan menolong pria yang kesatikan dan bahkan terkena amnesia. Melati harus berhadapan dengan madam Rosi yang terus marah karena Melati sering ijin dan membatalkan jadwal yang sudah ada. Madam Rosi pun harus rugi dan bangkrut membayar berkali lipat dari dp lelaki hidung belang yang bayarkan untuk memesan Melati.
"Berikan aku anak. Anak laki -laki untuk meneruskan kehidupanku selanjutnya dan juga bisnisku ini, Mel," jelas Daniel menatap nanar ke arah Melati dan membuang wajahnya ke arah luar jendela klinik.
Papa Sinta telah menjatuhkan harga diri Daniel sebagai laki -laki. Ia dikira tak bisa memberikan keturunan. Bahkan lebih parahnya ia dikira sebagai lelaki yang menumpang hidup enak dengan Sinta. Padahal ia susah payang membangun perusahan Papa Sinta dari awal hingga sekarang dikenal dimana -mana.
Apakah ini suatu keadilan? Membiarkan Sinta menikah lagi? Parahnya lagi, pernikahan itu adalah pernikahan yang diharuskan oleh Papa Sinta untuk memperlancar bisnis dan usahanya.
"Apa kamu hanya ingin anak laki -laki sjaa dari aku, Dan? Sebenarnya hatimu tidak tulus mencintaiku," ucap Melati tiba -tiba.
Daniel tersentak dan tersadar oleh ucapan keraguan Melati yang menggelitik telinganya. Daniel pun tersenyum dan mnegusap pipi pucat Melati.
"Aku menyukaimu, Mel," ucap Daniel dengan suara lembut penuh keyakinan. Daniel menatap Melati dan mengunci pandangan pada gadis itu.
"Kamu mau menikah denganku?" tanya Daniel lagi pada Melati. Kali ini tatapannya begitu serius.
Melati menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum manis pada Daniel. "Aku mau, Dan," jawab Melati dengan senyum bahagia yang sempurna.
"Benarkah? Kamu mau menikah denganku?" tanya Daniel masih tak percaya.
"Iya. Aku mau," jawab Melati dengan ungguh -sungguh.
Daniel memeluk Melati dengan erat. Hatinya begitu lega dan selangkah lagi, Daniel bisa menunjukkan kebangkitannya pada Papa Sinta dan Sinta.
Setelah sembuh dan pulih, Daniel membawa Sinta ke Kota. Disana Daniel sudah menyiapkan sebuah rumah yang terletak di sebuah perumahan. Daniel segera menyuruh Melati untuk turun.
"Ini rumah kamu sama istri kamu, Dan?" tanya Melati ragu. Tatapannya penuh tanya.
Daniel tersenyum sangat manis sekali hingga lesung pipinya terlihat menggemaskan Melati.
"Bukan. Rumah ini, baru aku beli," ucap Daniel pada Melati.
Daniel memeluk pinggang Melati dan mmebawa calon istrinya itu masuk ke dalam rumah.
Rumah yang tidak besar dan tidak mewah. Namun cukup nyaman dan sangat bersih. Ada taman bunga di depan halaman rumah itu dan kolam ikan kecil lengkap dengan air mancurnya. Sungguh pemandangan indah yang alami dan sangat menyejukkan mata.
Rumah sederhana itu sudah lengkap fasilitasnya. Saat, Melati berada dirumah sakit. Daniel menyiapkan semuanya sesuai dengan kesukaan Melati.
Rumah bernuansa hijau pastel yang dipadukan dengan warna putih tulang mmebuat pandangan ke banguna itu mnejadi sangat teduh.
"Bagus gak?" tanya Daniel pada Melati.
"Bagus banget, Dan. Aku suka banget," ucap Melati begitu senang.
"Nah ... Mulai sekarang. Tugas kamu itu cuma melayani aku. Besok kita akan menikah. Mulai besok kamu lepaskan semua identitas kamu dan kamu harus pakai identitas baru sebagai istri Daniel Wiki. Kamu siap kan? Mengarungi bahtera rumah tangga sama aku?" tanya Daniel pada Melati.
Melati menatap Daniel lekat. Ada perasaan bahagia. Ada se -titik harapan yang untuk meraih kembali kebahagiaan itu bersama Daniel.