Sinta ikut bersama Daniel ke rumah lama mereka. Sepanjang perjalanan pulang, Daniel terus menggenggam tangan Sinta yang terasa dingin. Sesekali punggung tangan istrinya itu diium dengan penuh kasih sayang. "Kenapa sayang? Apa kamu tidak senang kalau kita bersama lagi seperti dulu?" tanya Daniel pada Sinta. Daniel masih fokus menyetir. Sesekali melirik ke arah istrinya yang wajahnya terlihat pucat. "Kenapa sih? Mukanya kayak bete gitu?" tanya Daniel lagi saat mobil berhenti karena lampu merah dan memperhatikan wajah Sinta dengan seksama. "Gak apa -apa, Mas," jawab Sinta pelan. "Gak mungkin. Pasti ada sesuatu," tanya Daniel terus mendesak. Tangan Sinta semakin di genggam dengan sangat erat dan tak di lepaskan walau sedetik pun. Sinta tetap diam. Sikapnya menjadi lebih diam dan tak ban