Bab 5. Trash

1172 Words
“Yasudah lebih baik yang sebelumnya saja… tidak perlu panjang-panjang,” balas Zello cepat.   “Iya,” sahut Keyzia yang membuat Zello geleng-geleng sendiri.   Sembari menunggu Keyzia menyelesaikan semua soal yang ia berikan, Zello asyik membuat soal di buku lain untuk di jadikan PR. Barulah, besok ia akan periksa lagi. Besok? Tentu saja, Zello memutuskan untuk tetap mengajar gadis tersebut.   “Sudah pak.”   “Selesai.”   Keduanya berujar secara bersamaan.   “Eh? Kamu sudah selesai juga, ya?” tanya Zello sambil mengusap tentidakuknya.   “Iya,” balas Keyzia yang terlihat biasa saja.   “Kalau begitu saya periksa dulu ya… ini saya kasih PR untuk kamu, tolong di selesaikan. Besok akan saya cek,” ujar Zello sembari menyodorkan buku tersebut pada Keyzia.   “Iya.”   “Baiklah, semuanya benar,” ujar Zello setelah selesai mengecek semua jawaban Keyzia.   “Besok bapak ingin datang lagi?” tanya Keyzia pada Zello.   “Iya, kamu tidak nyaman kah jika dengan saya? Maaf kalau yang tadi,” jawab dan tanya balik Zello.   “B—bukan begitu pak, tidak apa-apa kok,” jawab Keyzia cepat agar Zello tak salah paham dengan maksud perkataannya tadi.   “Yasudah kalau begitu saya pulang dulu ya… besok saya datang lagi, jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang saya berikan tadi,” ujar Zello sembari memasukkan kembali buku paketnya ke dalam tas.   “Iya pak,” balas Keyzia yang kini berdiri.   “Oh iya, sebelumnya boleh izin tidak?” tanya Zello yang kini juga sudah berdiri tepat di hadapan Keyzia.   “Izin apa?” tanya balik Keyzia bingung.   “Saya boleh menggunakan ‘aku-kamu’ saja tidak? Karena sepertinya kaku sekali jika terus seperti ini,” jawab Zello meminta izin.   “Boleh,” balas Keyzia yang membuat Zello tersenyum.   “Terima kasih ya… kalau begitu aku pamit pulang dulu,” ujar Zello kemudian berlalu keluar dari kamar Keyzia.     Saat ia sudah turun, Zello menemukan Ibu Keyzia yang tengah mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. Penasaran sekaligus ingin pamit, Zello pun akhirnya menghampiri sang mama dari murid homeschooling nya itu.   “Misi tante,” ujar Zello sopan.   “Oh Zello, kamu sudah mau pulang ya?” tanya Kania.   “Iya tante, Zello pamit pulang dulu ya. Besok ke sini lagi kok,” jawab Zello dengan senyumannya.   “Iya, Terima kasih ya sudah mau repot menjadi guru homeschooling nya Keyzia,” ujar Kania berterima kasih.   “Tidak repot kok tante, malah Zello jadi belajar lagi… ngomong-ngomong tante buat kue sebanyak itu untuk apa?” balas dan tanya Zello penasaran.   “Syukurlah kalau kamu tidak repot, kalau ini… semuanya untuk di jual, tante buka toko kue di dekat sini,” jawab Kania dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya.   “Wah… dimana tuh tante? Jadi jika Zello butuh kue bisa langsung ke toko tante saja,” balas Zello sumringah.   “Di depan komplek kok, deket kan? Lagian kalau Zello mau kue, kamu bisa bilang atau hubungi tante saja langsung, nanti biar tante yang kirim ke rumah… ngomong-ngomong Zello pencinta kue?” tanya Kania yang juga ikut sumringah. Ya, beliau memang sangat senang jika sudah membahas tentang kue.   “Iya tante, Zello penggemar dessert,” jawab Zello dengan cengiran khasnya.   “Oh begitu ya… kalau begitu nanti tante buatkan ya kalau ada waktu luang,” ujar Kania yang masih mempertahankan senyumnya.   “Makasih banget tante,” balas Zello.   “Sama-sama.”   “Yasudah kalau begitu Zello pamit pulang sekarang ya,” ujar Zello pamit.   “Oh iya, ayo tante anter sampai depan,” balas Kania, lalu keduanya pun keluar dari rumah.   ***   Saat ini, Zello sudah berada di rumahnya. Ia, tengah berbaring nyaman di atas ranjang. Entah apa yang merasuki seorang Zello, ia kini malah tersenyum sendiri dan sesekali tertawa yang membuat siapapun yang melihat, pasti akan mengira bahwa ia gila atau semacamnya.   “Cantik banget sih… apa dia sungguhan bidadari yang turun dari surga terus nyasar?”   “Tapi dia kok tidak pernah senyum ya… apa dia tidak suka lihat muka gue? Kurang ganteng kali ya?”   “Padahal di sekolah gue udah seperti artis yang di gemari banyak kaum hawa.” Kali ini, Zello terkekeh geli dengan ucapannya sendiri.   “Oh yaampun, gue lupa minta nomornya.”   “Ngomong-ngomong satu hal yang masih gue ingat, lucunya dia saat gue sentuh terus teriak dan pingsan. Kenapa justru kelihatan imut?”   “Eh tunggu, kenapa gue jadi ngomong sendiri kayak orang nggak waras?”   “Tunggu sebentar… ngapain juga gue ngomongin dan mikirin dia kayak gini?!”   “Wah, butuh rukiyah kali ya… harusnya kemarin gue terima kartu namanya mba Wati yang buka jasa rukiyah tuh….”   “STOP ZELLO! JANGAN SEMAKIN GILA!” Setelah itu, ia pun memutuskan untuk bergegas masuk ke dalam kamar mandi.   Ya, itulah yang Zello gumam kan sedari tadi. Memang benar, mungkin dia terlihat tidak waras saat ini. Setelah keluar dari kamar mandi, ia melirik ponselnya yang menampilkan nama ‘Sampah’ di sana. Dengan malas, ia pun mau tak mau harus membalas pesan tersebut.   Chatting On.   Sampah: Hai… kamu lagi apa?   Sampah: Kok lama banget balesnya? Jangan bilang kamu belum bangun tidur?   Zello: Sorry ya, tadi ada urusan bentar   Sampah: Urusan apa? Lebih penting dari aku ya?   Zello: Pastinya dong   Sampah: Ih kamu mah kalau ngomong terlalu frontal   Zello: Hehehe, mohon dimaklumi lah ya…   Sampah: Tenang aja, aku mah tidak mungkin berpaling dari kamu   Zello: Oh, begitu ya?   Sampah: Iya, malam ini kita jalan yuk?   Zello: Tidak bisa, ada urusan   Sampah: Jadi kamu lebih mementingkan urusan lain daripada aku?!   Zello: Iya, urusanku lebih penting   Sampah: Oke, Kalau gitu caranya kita PUTUS aja!   Zello: Eh, jangan dong…   Sampah: Yasudah kalau gitu ayo kita jalan malam ini   Zello: Iya-iya…   Sampah: Nah begitu dong… Aku tau kok kamu tidak akan mau kehilangan aku   Zello: Iya…   Sampah: Oke deh, nanti aku kasih tau tempatnya ya…   Zello: Sip!   Sampah: Oke by Zel   Zello: Y.   Chatting Off.   “Cewek gila!! Lo kira lo itu cantik hah?! Jauh lebih cantik Keyzia lah bod*h!” ujar Zello melampiaskan rasa kesalnya.   “Please ya Tuhan… lancarkanlah misi hambamu ini… agar hamba bisa cepat-cepat terbebas dari sampah anorganik itu,” mohon Zello berdoa dengan raut wajah yang terlalu menghayati.   Setelah puas mengomel, Zello pun memutuskan untuk pergi ke toko bunga guna membantu sang mama berjualan. Saat sampai di toko bunga, ia mendapati sang mama yang tengah sibuk melayani pelanggan. Sontak, Zello pun langsung mendekat dan membantu melayani para pelanggan yang cukup banyak itu.   “Untung kamu dateng Zel, daritadi mama kewalahan,” ujar sang mama setelah para pelanggan pergi dari toko.   “Iya ma, tadi Zello pulang ke rumah dulu… jadi tidak langsung ke sini,” balas Zello sembari menyibak poni yang sudah sedikit panjang itu.   “Tidak masalah, ngomong-ngomong kamu sudah selesai mengajarnya?” tanya Zellin pada Zello.   “Udah dong ma…,” jawab Zello yang berubah menjadi lebih sumringah.   “Kayaknya seneng banget… kamu suka?” tanya Zellin sambil terkekeh pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD