“Tidak masalah, ngomong-ngomong kamu sudah selesai mengajarnya?” tanya Zellin pada Zello.
“Udah dong ma…,” jawab Zello yang berubah menjadi lebih sumringah.
“Kayaknya seneng banget… kamu suka?” tanya Zellin sambil terkekeh pelan.
“Suka ma, Zello mau ngajarin dia setiap sabtu dan minggu kok ma… aku tidak keberatan,” jawab Zello semangat.
“Syukurlah kalau begitu… makasih ya kamu sudah mau mengajari dia,” ujar sang mama yang ikut senang melihat wajah sang anak yang begitu antusias.
“Iya ma… Zello tidak masalah kok, lagipula Zello jadi bisa belajar lagi… soalnya kalau di sekolah Zello kan tidak terlalu memerhatikan guru,” balas Zello dengan cengiran jenaka.
“Wah… bagus kamu ya!” omel Zellin yang baru mengetahui bahwa selama ini sang anak tidak memerhatikan dengan benar jika guru sedang menjelaskan.
“Bercanda kok ma… oh iya, ngomong-ngomong mama tahu tidak kalau tante Kania itu buka toko kue?” tanya Zello pada sang mama.
“Tau dong… dia kan temen mama,” jawab Zellin dengan kekehan pelannya.
“Iihh… kenapa mama tidak bilang sama Zello, mama kan tau kalau Zello suka kue,” ujar Zello dengan wajah cemberut nya.
“Ooow… mama kan tidak berpikir kalau kamu mau beli di toko kue yang tidak terlalu besar, biasanya kan kamu beli di toko kue yang besar… nah toko tante Kania itu bisa terbilang kecil, mungkin hampir sama dengan toko mama,” balas Zellin sembari mengelus puncak kepala sang anak dengan penuh kasih sayang.
“Zello tidak masalah ma… yang penting kue,” ujar Zello sambil menyengir.
“Dasar kamu, udah yuk ngobrolnya… bantu mama pilihin bunga yang sudah layu,” balas dan ujar Zellin lalu bangkit dari kursi.
“Oke deh macan,” balas Zello yang membuat sang mama sontak menoleh.
“Apa kata kamu? Macan? Maksudnya kamu samain mama sama hewan buas itu?” tanya sang mama menatap Zello tajam.
“E—eh… tidak begitu ma… Macan itu ada kepanjangannya,” jawab Zello dengan tawa pelannya.
“Apa?!” tanya Zellin sewot.
“Macan itu kepanjangannya ‘Mama cantik'… masa gitu aja mama tidak tau sih,” Jawab Zello yang masih terkikik sendiri.
“Ooh gitu… ya mama kan jarang buka sosmed, jadi tidak ngerti begituan,” balas Zellin.
“Hahah, iya deh iya….” Setelah itu, Zello pun larut membantu Zellin membersihkan toko, melayani pelanggan, dan lain-lain.
***
Saat ini, Zello dan Zellin sudah berada di meja makan yang tentunya untuk makan malam. Ya, keduanya memang sudah menutup toko sejak jam 5 sore. Dan ketika selesai makan, tiba-tiba saja keduanya mendengar suara bel yang berbunyi. Sontak, Zello pun bangkit dari kursi untuk membukakan pintu. Namun alangkah terkejutnya Zello saat melihat bahwa yang memencet bel barusan adalah seorang gadis yang kini tengah menunduk sambil membawa sesuatu di tangannya.
“M—mama! A—ada kuntilanak!!!” pekik Zello sambil menutup matanya yang membuat sang mama pun ikut keluar. Mengapa Zello menyebutnya sebagai kuntilanak? Karena gadis tersebut kebetulan memakai gaun berwarna putih polos dan rambutnya yang panjang membuat gadis tersebut memang nampak terlihat seperti hantu. Tak ketinggalan, kulit gadis itu juga sangat pucat.
“Zello apa sih— Eh… kamu siapa?” tanya Zellin pada gadis itu.
“Keyzia tante,” jawab gadis tersebut yang ternyata adalah Keyzia. Sontak, Zello pun langsung menyingkirkan tangannya dari wajahnya dan mendongak menatap Keyzia lekat.
“Oh yaampun! Ternyata kamu Keyzia, maaf… aku kira siapa,” ujar Zello sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Oohh nak Keyzia…Yaampunn, ayo nak silahkan masuk… maaf tante tidak mengenali, kamu menunduk sih tadi,” sambung Zellin lalu mengajak Keyzia untuk masuk ke dalam.
“Terima kasih tante,” balas Keyzia lalu mengikuti Zellin masuk ke dalam. Meninggalkan Zello yang kini masih berada di tempat.
“Ada apa Keyzia kamu ke rumah tante? Sendiri?” tanya Zellin saat ketiganya sudah duduk di sofa.
“Sendiri tante, Keyzia ingin mengantar ini,” jawab Keyzia lalu menyodorkan bungkusan box kue pada Zellin.
“Wah, kue ya? Kenapa repot-repot?” tanya Zellin yang menerima sodoran tersebut.
“Tidak repot tante, aku disuruh oleh ibu untuk mengantar ini… kata ibu, Zello suka kue,” jawab Keyzia berusaha ramah.
“Oh yaampun, makasih ya… salam sama ibu,” ujar Zellin yang masih dengan senyumnya.
“Iya tante, kalau begitu Keyzia pamit pulang ya… nanti kemalaman,” balas Keyzia yang ingin langsung pulang.
“Eh tunggu, aku antar saja ya? Sudah malam juga ini… tidak baik perempuan jalan sendirian,” cegah Zello yang bangkit dari sofa.
“Tidak per—”
“Sudah tidak apa-apa nak Keyzia… benar seperti apa yang Zello katakan, tidak baik perempuan jalan sendirian saat malam,” potong Zellin yang masih dengan senyumnya.
“Yasudah kalau begitu, Terima kasih,” balas Keyzia pada akhirnya. Lalu, Zello pun segera membawa Keyzia keluar rumah menuju mobil. Tak ketinggalan, Keyzia sudah pamit lagi sebelumnya pada Zellin.
Saat Zello ingin membukakan pintu mobilnya untuk Keyzia, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Langsung saja, ia pun mengecek ponselnya dan mendapati nama ‘Sampah’ di layar. Tanpa memikirkan terlebih dahulu, langsung saja Zello mematikan ponselnya.
“Kenapa tidak di angkat?” tanya Keyzia heran.
“Tidak penting, aku akan mengantarmu lebih dulu,” jawab Zello jengah.
“Jangan, kamu angkat saja dulu… kamu bisa mengantarku setelahnya,” ujar Keyzia yang tidak enak.
“Hm… baiklah kalau begitu,” balas Zello menurut lalu menerima panggilan yang masuk untuk kedua kalinya.
“Halo.”
“Halo Zello, kamu itu kemana aja sih?! Aku lama nih nunggu kamu!” omel seseorang langsung di seberang sana. Sialnya, Zello tak sengaja memencet tombol ‘load speaker’ yang membuat Keyzia tentunya dapat mendengar dengan sangat jelas.
“S—sebentar,” ujar Zello lalu langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja.
“Saya bisa pulang sendiri,” ujar Keyzia yang tentunya membuat Zello ingin mengumpat dalam hati. Bukan untuk Keyzia tentunya, namun untuk wanita yang menelpon nya tadi.
“Jangan! Benar tidap apa-apa kok Keyzia,” balas Zello cepat.
“Kamu tidak boleh seperti itu, kekasihmu akan menunggu lama nantinya jika kamu tidak segera,” ujar Keyzia menolak.
“Tidak masalah Keyzia, lagipula tadi hanya—“ Belum sempat Zello menyelesaikan kalimatnya, Keyzia lebih dulu menyela.
“Saya juga tidak masalah untuk pulang sendiri, kalau begitu terima kasih,” ujar Keyzia kemudian berlalu pergi begitu saja keluar dari halaman rumah Zello.
“Benar-benar menyebalkan! Jika saja urusan sudah selesai, tidak akan segan lagi gue putusin dia!” kesal Zello karena gagal untuk mengantar Keyzia pulang. Akhirnya, mau tak mau Zello pun masuk ke dalam mobilnya dan menancapkan gas menuju tempat di mana wanita tersebut berada.
***
Disisi lain, saat ini Keyzia tengah menunggu taksi di salah satu halte. Namun sudah beberapa menit dan sekarang hampir satu jam taksi pun belum kunjung lewat. Ia pun menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memilih untuk memesan ojek online. Namun saat ia ingin memencet tombol ‘pesan’ tiba-tiba saja ia teringat oleh ucapan sang ibu.
‘Kalau sudah sore apalagi malam, jangan sekali-kali kamu menaiki ojek online ya… berbahaya, ibu tidak mau kamu kenapa-napa.’
Begitulah ucapan sang ibu yang terlintas dipikirannya. Akhirnya, mau tak mau Keyzia pun harus pulang dengan jalan kaki. Mengapa? Karena tentu saja ia tidak menaiki bus yang sudah pasti ramai saat ini.