Bab 1. Prolog
Zello Adrian Wang.
Pria tersebut, kini sedang berjalan menuju kelasnya. Hari ini,adalah hari di mana ia pindah sekolah. Mengapa ia pindah? Tentu saja karena teman sekaligus atasannya, Alka. Ia pindah karena ia menjalankan misinya untuk mencari bukti mengenai kasus yang menimpa istri temannya itu.
“Eh! Ganteng banget…dia murid pindahan?”
“Yaampun! iya dia ganteng banget! Kayaknya murid pindahan deh, gue belum pernah ngeliat dia.”
“Gila, kalo kayak gini mah kita punya cadangan… si Alka kan susah banget kita deketin, siapa tau dia gampang.”
“Kayaknya sih gitu, diliat dari wajahnya sih friendly banget!”
“Kyaa!! Gue harap dia sekelas sama kita!”
Ya, kira-kira begitulah omongan-omongan para gadis di sekolah barunya saat ia melewati mereka. Setelah sampai di depan kelas, Zello mengambil nafas terlebih dahulu sebelum masuk.
“Permisi,” ucap Zello sambil mengetuk pintu ruang kelas.
“Wah, kamu sudah datang ya… mari masuk,” sambut guru yang berada di dalam dengan ramah. Lalu, Zello pun masuk ke dalam kelas dan matanya juga langsung bertemu dengan manik hitam Alka yang duduk di bagian pojok ruangan.
“Nah, sekarang silahkan perkenalkan diri kamu ya,” titah sang guru pada Zello.
“Hai, nama saya Zello Adrian Wang. Kalian bisa panggil saya Zello ya, salam kenal!” ucap Zello memperkenalkan diri.
“Salam kenal!” balas semua murid di kelas serempak.
“Jadi, ada yang mau ditanyakan sebelum Zello duduk?” Tanya guru tersebut pada mereka semua.
“Kamu udah punya pacar belum?”
“Boleh minta ID Line nya tidak?”
“Kamu ganteng banget sih, aku jomblo nih….”
“Duh, jangan ganteng-ganteng dong… udah cukup Alka aja yang bikin para cewek di sini gila!”
“Kamu tinggal di mana?”
“Maaf, bisa bertanya satu-satu tidak ya?” tanya Zello yang bingung ingin menjawab yang mana lebih dulu.
“Hah, sudah-sudah tidak usah dijawab pertanyaan mereka. Nah Zello, kamu duduk di samping Alka saja ya… Alka, kamu mau kan? Soalnya sudah tidak ada tempat lagi untuk dia,” jawab dan tanya sang guru pada Alka.
“Ya,” jawab pria tersebut singkat.
“Yasudah, kalau begitu silahkan Zello,” ucap guru tersebut mempersilahkan.
“Terima kasih Bu Lina,” balas Zello sopan kemudian berlalu menuju kursi kosong samping Alka.
“Pagi,” sapa Zello pada Alka yang cuek.
“Hm,” balas Alka sekenanya.
“Santai, gue bakal nyari buktinya secepat mungkin!” ucap Zello yakin.
“Hm,” balas Alka lagi cuek.
“Nyebelin ya, untung sabar,” dumal Zello lalu mulai fokus dengan guru yang sudah memulai pelajaran.
Keyzia Syaquilla Zynn.
Gadis tersebut kini tengah berjalan di lorong sekolah menuju perpustakaan. Sepi. Itulah yang disukai oleh gadis yang kini mengidap phobia akan sentuhan tersebut. Namun malang, saat ia akan masuk ke dalam perpustakaan, Keyzia malah mendapat perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya. Ya, saat ia masuk tiba-tiba saja Keyzia tersiram oleh air keruh yang ternyata merupakan kuah sisa bakso. Rupanya, teman-temannya itu menaruh sebuah ember tepat di atas depan pintu masuk.
“Hahaha! Lihat tuh guys, bajunya sudah tidak karuan begitu warnanya,” ucap salah satu temannya yang tertawa saat melihat keadaan Keyzia yang sangat memprihatinkan.
“Iya, yaampun… mana bau lagi, kasian banget wajahnya jadi kena saus gitu,” balas teman yang satunya.
“Eh, sudah yuk… makan siang gue belum selesai tadi, lebih baik kita ke kantin aja.”
“Hahah, ok deh… selamat tinggal Keyzia yang cantik,” ucap temannya itu lalu pergi meninggalkan Keyzia yang kini terdiam dengan kepala tertunduk. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang, karena Keyzia memang tidak pernah membawa baju ganti ketika sekolah. Akhirnya dengan terpaksa, ia pun kembali ke kelas untuk mengambil tasnya.
“Astaga! Liat si Keyzia deh… itu baju kenapa jadi kotor gitu, mana bau banget lagi.”
“Hahaha, dengar-dengar sih habis di siram pake kuah sisa bakso.”
“Kasian banget… padahal dulunya primadona sekolah loh….”
“Iya, lagian sih belagu, padahal dari dulu kita-kita nembak dia mulu, eh tapi dia sok nolak gitu… dasar cewek tidak tahu diri.”
“Hahah, iya ya… rasakan terkena karma! Sudah tidak bisa di sentuh, di bully pula lagi.”
Tak menggubris ocehan dari mulut teman-temannya, Kezia pun langsung mengambil tasnya dan bergegas keluar dari ruang kelas menuju ruang TU untuk meminta izin.
Tok… Tok… Tok…
“Masuk!” ucap seseorang di dalam ruangan tersebut.
“Permisi Bu Nia, saya ingin izin pulang cepat hari ini. Apa boleh?” tanya Keyzia meminta izin.
“Yaampun Keyzia! Kamu di bully lagi?!” kaget Bu Nia sambil geleng-geleng kepala.
“Tidak Bu, tadi saya tidak sengaja ketumpahan,” balas Keyzia berbohong.
“Huh, kamu bohong lagi… sebenarnya kamu sudah banyak sekali izin Keyzia, tapi ya karena nilai kamu jauh di atas rata-rata, yasudah boleh… tapi lain kali kamu bawa aja baju ganti ya… biar tidak izin pulang terus,” ucap Bu Nia memberi izin.
“Iya Bu, Terima kasih atas pengertiannya… kalau begitu saya permisi,” balas Keyzia kemudian berlalu keluar dari ruang TU menuju luar sekolah.
Saat ia berada di halte dekat sekolahnya, pas sekali taksi pun lewat. Keyzia langsung menyetop taksi tersebut.
“Maaf, dek. Bajunya kotor karena apa ya?” tanya sang supir sebelum Keyzia masuk ke dalam mobil.
“Kuah bakso pak,” jawab Keyzia jujur.
“Duh, kalo kuah bakso mah baunya ngengat banget. Maaf ya dek, saya tidak bisa mengantar adek pulang, soalnya saya takut nanti mobilnya jadi bau,” ucap supir tersebut tak enak hati.
“Ya sudah kalau begitu tidak apa pak,” balas Keyzia tidak masalah.
“Maaf sekali lagi,” ucap supir tersebut lalu kembali melajukan mobilnya pergi meninggalkan Keyzia yang masih terdiam di tempat.
“Apa jika aku menaiki bus, para penumpang akan mengusirku?” tanya Keyzia pada dirinya sendiri. Setelah berpikir, Keyzia pun akhirnya memutuskan untuk menaiki angkot. Namun lagi-lagi, saat Keyzia baru saja duduk, ibu-ibu yang berada di sebelahnya pun protes.
“Duh, kamu bau banget sih… mau muntah nih saya,” ucap Ibu-ibu tersebut melirik Keyzia tidak suka.
“Eh, tidak boleh seperti itu… kasihan adiknya,” imbuh seorang wanita paruh baya pada ibu tersebut.
“Nenek mau gantiin saya di sini? Kalo mau silahkan… tapi meskipun saya duduk di tempat nenek juga pasti masih kecium baunya,” balas ibu-ibu tersebut tak terima.
“Ya sud—”
“Maaf kalau begitu saya akan turun, terima kasih nek,” ucap Keyzia menyela lalu memberitahukan supir angkot bahwa ia akan turun. Setelah angkot berhenti, Keyzia pun langsung turun dan membayar ongkos pada supir tersebut.
“Pada akhirnya aku harus berjalan kaki,” gumam Keyzia lalu mulai melangkahkan kakinya menuju arah pulang.
“Ibu, aku pulang,” ucap Keyzia saat akan masuk ke rumah.
“Selamat—loh Keyzia, kamu kenapa nak?” tanya sang ibu khawatir saat melihat kondisi sang putri yang malang.
“Tidak apa-apa Bu, Keyzia ganti baju dulu ya… habis itu baru Keyzia bikin kue, agar bisa buka toko sehabis dzuhur,” jawab Keyzia pamit menuju kamarnya.
“Iya nak,” balas Kania. Lalu, Keyzia pun segera masuk ke dalam kamar untuk mandi sekaligus mengganti baju.
Setelah selesai, barulah Keyzia keluar dari kamar menuju dapur untuk membuat kue. Saat sampai di sana, ternyata sangat ibu tengah menyiapkan bahan-bahan agar Keyzia dapat langsung membuat tanpa harus menyiapkan lagi.
“Keyzia,” panggil Kania saat sangat putri tengah asyik mencampurkan bahan-bahan.
“Iya bu?” jawab Keyzia.
“Apa kamu tidak sebaiknya berhenti sekolah saja? Ibu tidak tega kamu di bully terus-terusan nak,” ucap sang ibu yang membuat Keyzia sontak menoleh.
“Keyzia tidak bisa mendapatkan pekerjaan tanpa ijazah bu,” balas Keyzia yang membuat sang ibu menunduk.
“Kamu tidak perlu bekerja, kita bisa terus membuka toko kue,” ucap Kania lagi.
“Tapi Keyzia masih sangat butuh bimbingan bu,” balas Keyzia.
“Iya, ibu mengerti… nanti ibu akan carikan guru homeschooling untuk kamu,” ucap sang ibu yang membuat Keyzia berpikir sejenak.
“Baiklah jika itu yang ibu inginkan,” balas Keyzia pasrah yang akhirnya menurut pada ibunya.
Bersambung~